Berita Jogja Hari Ini
Dinkes DIY Minta Masyarakat Selalu Update Informasi Soal Kasus Cacar Monyet
Temuan satu kasus cacar monyet atau Monkeypox pertama di Indonesia telah diumumkan oleh Kementerian Kesehatan pada Sabtu (20/8/2022).
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Temuan satu kasus cacar monyet atau Monkeypox pertama di Indonesia telah diumumkan oleh Kementerian Kesehatan pada Sabtu (20/8/2022).
Melalui hal itu, kini Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta terus memberikan imbauan kepada masyarakat untuk update informasi mengenai cacar monyet.
"Kami imbau kepada masyarakat untuk meng-update informasi melalui kanal resmi Kementrian Kesehatan dan turut membantu menyebarluaskan informasi yang benar," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DIY, Setyarini Hestu Lestari, kepada Tribunjogja.com, melalui pesan singkat, Senin (22/8/2022).
Baca juga: Ada 17 Komunitas Reog hingga Barongsai Klaten Akan Ramaikan Jalan Pemuda Pada 28 Agustus 2022
Sebagai langkah antisipasi penyebaran cacar monyet di DIY, Hestu turut mengibau kepada masyarakat untuk mencermati data dari Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon serta meningkatkan kewaspadaan penyakit dini menular.
Lanjutnya, ia berharap kepada masyarakat untuk menindaklanjuti laporan penemuan kasus ke fasilitas layanan kesehatan terdekat dengan melakukan investigasi dalam 1x24 jam, termasuk pelacakan kontak erat.
Tidak hanya itu saja, Hestu turut mengajak masyarakat untuk melakukan peningkatan deteksi dini kasus cacar monyet dengan mewaspadai gejala yang ada.
Sambungnya, apabila terpapar cacar monyet, biasanya terdapat ruam akut dengan penyebab tidak umum.
Tanda-tanda yang juga muncul bagi orang yang terpapar cacar monyet ialah adanya rasa sakit kepala, demam lebih dari 38,5 derajat celcius, limfadenopati atau kelenjar sistem imun membesar, myalgia atau nyeri otot, sakit punggung, tubuh melemah, hingga gejala ruam yang tidak menampakkan penyakit kulit lainnya.
"Kalo ada temuan, segeralah melakukan penyelidikan epidemiologi kepada orang yang memiliki kontak erat," imbuhnya.
Tujuannya ialah untuk mencari tahu tambahan atau penyebaran kasus di sekitarnya.
Bahkan, komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat juga menjadi poin penting dalam mencegah penyebaran kasus cacar monyet.
Baca juga: Mahasiswa UNY Ikuti PKKMB Hari Pertama, Diajak untuk Siap Hadapi Era Industri 4.0
Maka dari itu, apabila orang telah memiliki gejala cacar monyet, setidaknya bisa melakukan peningkatan deteksi kasus sejak dini dengan mewaspadai gejala yang ada.
Hestu turut mengimbau kepada masyarakat untuk segera mendatangi fasilitas layanan kesehatan terdekat jika terjadi gejala cacar monyet.
Kendati demikian, Hestu menyampaikan, vaksin cacar monyet saat ini sudah ada dan sedang dikembangkan vaksin Smallpox generasi kedua yang efektif untuk cacar monyet.
"Tapi, jumlahnya masih sangat terbatas dan berdasarkan rekomendasi WHO, vaksin tersebut tidak diberikan secara masal. Vaksin itu hanya diberikan kepada kelompok berisiko saja," pungkasnya. (Nei)