Konflik Suriah

Pasukan AS Kawal Konvoi 137 Truk Tangki Berisi Minyak Curian dari Suriah

Pasukan AS dan milisi Kurdi menguasai wilayah luas di Suriah utara lokasi ladang minyak terbesar milik Suriah.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
Al Arabiya/AFP
Seorang pejuang Pasukan Demokratik Suriah (SDF) berdiri di sisi jalan saat konvoi pasukan AS melewati kota Qamishli yang mayoritas penduduknya Kurdi. 

Koalisi juga telah melatih pasukannya di negara yang dilanda perang untuk lebih baik menangani ancaman yang ditimbulkan oleh pasukan yang didukung Iran.

Sebagian besar pangkalan koalisi pimpinan AS di timur laut Suriah terletak di ladang minyak dan gas utama, sementara garnisun al-Tanf memblokir jalan raya strategis Damaskus-Baghdad.

Perkembangan menarik lainnya dilaporkan Steven Sahiounie, jurnalis di Timur Tengah, dan juga Pemimpin Redaksi Wacana Timur Tengah.

Dikutip Southfrot.org, laporan-laporan Steven Sahiounie dikenal akurat. Ia mengatakan, tujuan sebenarnya AS tetap berada di Suriah adalah sebagai penjajah.

Menurut Ihsan, AS mencuri sumber daya alam dan memaksakan kehendaknya pada masa depan politik Suriah.

“Lihat situasinya sekarang, AS mengendalikan ladang gas dan minyak utama di daerah kaya minyak di Suriah,” tulisnya.

Ahmad Al-Ashqar, seorang jurnalis dan pakar politik, sependapat dengan pandangan Ihsan, AS menduduki dan menjarah wilayah kaya minyak di Suriah.

Pada 8 Agustus 2022, Kementerian Perminyakan Suriah mengatakan produksi harian rata-rata minyak Suriah pada paruh pertama 2022 adalah 80.300 barel.

Sementara pasukan pendudukan AS dan tentara bayaran mereka mencuri rata-rata 66.000 barel per hari.

Menurut kementerian, krisis berkepanjangan di Suriah telah merugikan sektor minyak Suriah sekitar 105 miliar dolar AS langsung maupun tidak langsung.

Operasi pencurian minyak ini telah berlangsung selama satu dekade sekarang, di bawah Presiden Obama, Trump, dan saat ini, Joe Biden.

Laporan Sahiounie menegaskan Presiden Trump memerintahkan penarikan pasukan AS dari Suriah pada Desember 2018, tetapi Pentagon tidak setuju dengan perintah itu.

Pasukan AS tetap berada di dua lokasi: satu di wilayah timur laut yang kaya minyak, dan lainnya di tenggara di Al-Tanf.

Pada 9 Agustus 2022, Kolonel (Purn) Douglas Macgregor, mantan penasihat Pentagon era Trump, membahas masalah ini secara mendalam dalam sebuah wawancara youtube.

Ia mengatakan, dirinyalah yang merancang dasar surat perintah penarikan pasukan AS untuk ditandatangani Presiden Trump.

Macgregor mencoba membuat Trump menyetujui penarikan AS dari Irak dan Suriah juga. Trump menurutnya benar-benar menandatanganinya tetapi menolak untuk menindaklanjutinya.(Tribunjogja.com/Southfront/Sputniknews/xna)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved