Tol Yogyakarta Bawen

TOL Jogja-Solo: Penampakan Satu Rumah di Klaten Tetap Berdiri Saat Sekelilingnya Rata

Satu unit rumah berlantai dua bercat hijau di tepi jalan lintas Klaten-Boyolali itu masih kokoh berdiri meski sekelilingnya rata untuk tol Jogja-Solo

Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM/ ALMURFI SYOFYAN
Seorang pengendara sepeda motor melintas di depan rumah yang kokoh berdiri di sekitar proyek Tol Jogja-Solo di Kahuman, Ngawen, Klaten, jawa Tengah, Kamis (11/8/2022). 

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Ada yang unik terlihat di sekitar pengerjaan proyek jalan tol Jogja-Solo di Desa Kahuman, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Satu unit rumah berlantai dua bercat hijau yang berada persis di tepi jalan lintas Klaten-Boyolali itu masih kokoh berdiri meski di sekelilingnya telah rata akibat pembangunan proyek jalan tol.

Dari pantauan TribunJogja.com, Kamis (11/8/2022) sekitar pukul 10.31 terlihat pagar rumah bertingkat tersebut tertutup rapat.

Sedangkan di sekeliling rumah baik dari depan rumah, bagian belakang dan samping rumah tampak sedang ada pengerjaan pengurukan tanah pembangunan proyek jalan tol.

Pada bagian belakang rumah fondasi dasar tol bahkan sudah mulai dibangun.

Seorang pengendara sepeda motor melintas di depan rumah yang kokoh berdiri di sekitar proyek Tol Yogyakarta-Solo di Kahuman, Ngawen, Klaten, Kamis (11/8/2022)
Seorang pengendara sepeda motor melintas di depan rumah yang kokoh berdiri di sekitar proyek Tol Yogyakarta-Solo di Kahuman, Ngawen, Klaten, Kamis (11/8/2022) (TRIBUNJOGJA.COM/ ALMURFI SYOFYAN)

Kepala Seksi (Kasi) Pengadaan Tanah, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Klaten, Sulistiyono menyebut rumah yang masih kokoh berdiri itu milik dari seorang warga bernama Setyo Subagyo.

Rumah bertingkat tersebut sedianya ikut terdampak pembangunan proyek jalan tol Yogyakarta-Solo.

Namun, sampai saat ini pemilik rumah belum menyetujui nilai ganti rugi (UGR) yang ditawarkan oleh panitia pembebasan lahan.

"Tanah dan rumah itu atas nama Setyo Subagyo, pemilik tanah dan rumah belum tandatangan di berita acara persetujuan karena tidak setuju dengan Nilai Ganti Kerugian," ujarnya.

Ia mengatakan, nilai ganti rugi yang diterima oleh Subagyo senilai sekitar Rp 3,4 miliar.

Per meternya, tanah rumahnya dihargai sekitar Rp 2,5 juta sementara tanah yang berada di seberang jalan rumah Subagyo dihargai sekitar Rp 3 juta per meternya.

"Ini tim appraisal-nya waktu itu berbeda, meski tanah yang dinilai berada di daerah yang berdekatan," jelasnya.

Menurut Sulis, meski belum menyetujui nilai ganti kerugian yang diajukan, pemilih rumah itu juga tidak mengajukan keberatan atau gugatan ke Pengadilan Negeri (PN) Klaten.

"Tidak mengajukan keberatan ke PN, maunya minta kebijaksanaan dari Ketua Pelaksana agar UGR dapat dinaikkan," ucapnya.

Ia menjelaskan, untuk Desa Kahuman, Kecamatan Ngawen terdapat 68 bidang tanah yang diterjang proyek jalan bebas hambatan tersebut.

"Sekitar 61 bidang tanah sepakat dengan nilai ganti rugi dan sudah dibayarkan UGR-nya. Sisanya tujuh bidang belum termasuk rumah milik Pak Subagyo," jelasnya.

Sementara itu, Setyo Subagyo berharap UGR yang ia terima bisa dinaikkan nominalnya mengingat rumahnya berada di pinggir jalan provinsi yakni lintas Klaten-Boyolali.

Apalagi, dia mengaku harga tanah di sekitar rumahnya sudah di atas Rp 3 juta per meternya.

"Saya belum terima karena uang ganti rugi itu belum sebanding dengan harga standar pasar," katanya.

"Untuk saat ini harga pasarannya tanah di pinggir jalan raya provinsi itu udah di atas Rp 3 juta per meter persegi," akunya.

Ia menilai, bila dibandingkan dengan harga tanah normal di pinggir jalan provinsi Klaten-Boyolali, harga tanahnya yang dinilai tim appraisal cukup rendah.

Target pembebasan lahan

Sementara itu, proses pembebasan lahan jalan tol Jogja-Solo terus berjalan.

Hingga Agustus ini, Uang Ganti Kerugian (UGK) yang telah dikucurkan pemerintah untuk pembebasan lahan jalan tol Jogja-Solo di wilayah Kabupaten Sleman ini lebih dari Rp 1 Triliun rupiah.

Targetnya, pembebasan lahan di seksi 1, bakal rampung semua pada akhir tahun 2022 ini.

"Jadi target akhir tahun ini, (pembebasan lahan) seksi 1 selesai semua," kata General Manager Lahan dan Utilitas PT. Jogja -Solo Marga Makmur (PT JMM), M. Tilawatil Amin, setelah musyawarah soal tol di Kalurahan Tirtomartani, Kalasan, Kamis (11/8/2022).

“Dalam artian di Purwomartani, Selomartani, Tirtomartani itu selesai. Nanti tambah wilayah Maguwoharjo dan Tirtoadi yang junction Sleman.

Lahan yang terdampak tol Jogja-Solo di Kalurahan Tirtomartani 281 bidang dengan total UGK senilai Rp 270.6 miliar.

Uang tersebut rencana dibayarkan pada akhir Agustus. Amin menyampaikan, musyawarah tol di Kalurahan Tirtomartani sudah berlangsung sejak tanggal 8 Agustus.

Musyawarah ini untuk menyepakati penetapan model ganti rugi lahan.

Model penggantian lahan bisa dalam bentuk uang, tanah, maupun pemukiman kembali.

"Mayoritas disepakati (diganti) uang," kata dia.

Amin mengatakan, beberapa Kalurahan di Sleman yang lahannya terdampak proyek pembangunan jalan tol Jogja- Solo sudah dilakukan pencairan uang ganti rugi.

Di antaranya, Kalurahan Purwomartani dan Kalurahan Selomartani. Meskipun, di dua Kalurahan tersebut belum semua tuntas. Nilai uang yang telah dibayarkan lebih dari Rp 1 Triliun rupiah.

Sampai saat ini, kontruksi jalan tol Jogja-solo di Sleman sepengetahuan Amin masih tahap land-clearing atau pembersihan lahan.

Terutama di wilayah Purwomartani. Ia mengaku tidak begitu paham prosentase yang telah dibersihkan.

Tetapi yang pasti, kata dia, pembangunan jalan Tol Jogja - Solo ini nantinya akan dilengkapi dengan jalur sepeda. Hingga kini desain jalurnya masih dirancang.

"Desainnya masih dibuat. Estimasi di sebelah kanan jalan tol. Jalan tol nanti kan ada timbunan, nanti dikasih rumput. Nanti ada pojok batas yang berbatasan dengan ROW, itulah jalur sepeda. (Dibuat) satu jalur dua lajur. (Lebarnya) 3-5 meter," kata dia.

Update tol Jogja-Bawen

Di sisi lain, sebagian ruas jalan Tol Jogja-Bawen di seksi 1 didesain melintas di atas Selokan Mataram. Bangunan yang dibangun melintasi sumberdaya air, baik selokan maupun sungai, harus mendapatkan rekomendasi.

Sejauh ini, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak telah menerbitkan tiga rekomendasi untuk pembangunan proyek jalan tol sepanjang 76 kilometer tersebut.

Kepala BBWS SO Dwi Purwantoro pada Selasa (9/8), mengatakan, rekomendasi teknis untuk pembangunan jalan Tol Jogja-Bawen di seksi 1 (Sleman - Banyurejo) sudah selesai.

Pihak BBWSSO menghitung Q50 atau debit air siklus 50 tahun-an untuk memastikan tidak terjadi banjir. Jalan bebas hambatan Jogja-Bawen terdiri dari 6 seksi.

Kewenangan wilayah rekomendasi BBWSSO hanya seksi 1-5. Sejauh ini, Dwi mengaku sudah koordinasi dengan pengelola Borobudur.

Sebab, rekomendasi teknis pembangunan jalan tol Jogja-Bawen bukan hanya BBWSSO saja melainkan ada juga Borobudur sebagai pengelola cagar budaya.

"Kita sudah memberikan 3 rekomendasi teknis yang sudah bisa dilakukan. Jadi menghindari yang dulu-dulu jangan sampai banjir lagi dan sudah dikoordinasikan. Sudah dikeluarkan rekomendasi teknis 1,3,4. Yang 2 masih tunggu dari Borobudur," kata Dwi.

Selokan Mataram sarat akan nilai sejarah dan ditetapkan menjadi Cagar Budaya sehingga pembangunan jalan tol Jogja- Bawen yang melintas di atas Selokan perlu kehati-hatian. Dwi mengatakan, sejauh ini sudah ada kesepakatan bersama dengan Jasa Marga. Bahkan, sebelum dibangun trase telah ada komitmen sanggup mengembalikan kondisi Selokan seperti saat sebelum pembangunan.

"Sebelum pelaksanaan ada rekomendasi teknis, dan ada surat pernyataan sanggup mengembalikan seperti sebelum dilaksanakan kegiatan. Mungkin saat kegiatan ada sedikit mengganggu bangunan irigasi, jalan, sungai, tapi nanti setelah selesai dikembalikan," kata Dwi.

Sebagaimana diketahui, proyek jalan tol Yogyakarta - Bawen sepanjang 76 kilometer yang pembangunannya dimulai dari Sanggrahan, Mlati, Kabupaten Sleman hingga kini terus berjalan. Lahan terdampak jalan tol di seksi 1 telah memasuki tahap landclearing.

Selain di Sanggrahan, pembersihan lahan juga telah dilakukan di wilayah Seyegan yang berdekatan dengan Selokan Mataram. Kemudian ada juga di Banyurejo.

Humas PT Jasamarga Jogja- Bawen, Banu Subekti mengatakan, hingga akhir Juli keseluruhan kontruksi pembangunan jalan tol Jogja - Bawen, di seksi 1 (Sleman - Banyurejo sepanjang 8,25 kilometer) baru 0,4 persen.

Sebelum memasuki konstruksi awal yang rencananya akan mulai dilaksanakan pada bulan September, sejumlah pekerjaan terus dilakukan, satu di antaranya melalukan persiapan jalan kerja dengan pembersihan lahan. (*/Tribunjogja.com/mur/rif)

 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved