Berita Jogja Hari Ini

Suhu Dingin atau Bediding di DIY Diperkirakan sampai Agustus 2022, Ini Penjelasan BMKG

Rata-rata suhu udara beberapa hari terakhir mencapai 20 derajat celcius, bahkan di wilayah Kabupaten Sleman suhu udara ada yang mencapai di bawah 20 d

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Joko Widiyarso
TribunJogja.com
Alat pengukur intensitas penyinaran matahari (Cendo Stock), di Lab terbuka BMKG DIY, Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Suhu dingin terasa di hampir seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akhir-akhir.

Rata-rata suhu udara beberapa hari terakhir mencapai 20 derajat celcius, bahkan di wilayah Kabupaten Sleman suhu udara ada yang mencapai di bawah 20 derajat celcius.

Seorang warga Jogja, Mustofa (24) mengakui memang merasakan suhu lebih dingin dari biasanya sejak beberapa hari terakhir.

Ia bahkan harus memakai jaket saat tidur malam hari belakangan ini karena suhu udara yang dingin semakan terasa saat malam hari.

"Emang terasa lebih dingin sih hawanya. Kalau tidur malam biasanya enggak pernah pakai jaket, nah ini pakai karena dingin. Apalagi kalau mandi itu airnya dingin banget," ujarnya, Rabu (27/7/2022)

Fenomena hawa dingin ini kerap disebut bediding. Dalam istilah Jawa kondisi itu merupakan fenomena suhu udara yang lebih dingin dari biasanya.

Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Yogyakarta, Reni Kraningtyas menuturkan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan wilayah Yogyakarta dan sekitarnya mengalami fenomena bediding akhir-akhir.

Tiga faktor itu saling berkaitan atau berinteraksi sehingga menimbulkan fenomena tersebut.

"Adanya pergerakan massa udara dari Australia dengan membawa massa udara dingin dan kering ke Asia melewati Indonesia yang dikenal dengan Monsoon Dingin Australia," kata Reni.

Lebih lanjut, dijelaskan Reni bahwa saat ini tutupan awan relatif sedikit.

Serta pantulan panas dari bumi yang diterima dari sinar matahari tidak tertahan oleh awan.

"Sehingga langsung terbuang dan hilang ke angkasa," imbuhnya.

Kemudian yang ketiga, kata Reni, kandungan air di dalam tanah juga tengah menipis saat ini.

Membuat kandungan uap air di udara turut rendah yang dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara.

"Diprakirakan kondisi tersebut akan berlangsung sampai dengan Agustus mendatang atau puncak musim kemarau," terangnya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved