Berita Sleman Hari Ini
PMK di DI Yogyakarta Tembus 7.046 Kasus, Tertinggi Ada di Sleman dengan 3.609 Kasus
Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (Insinas) wilayah DI Yogyakarta , mencatat kasus Penyakit Mulut dan Kuku ( PMK ) di DI Yogyakarta mencapai
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (Insinas) wilayah DI Yogyakarta , mencatat kasus Penyakit Mulut dan Kuku ( PMK ) di DI Yogyakarta mencapai 7.046 kasus hewan ternak yang meli[puti sapi, domba, kambing, dan kerbau pada Selasa (28/6/2022).
Pernyataan itu disampaikan oleh Wakil Dekan III Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerjasama dan Alumni, sekaligus Kepala Satuan Tugas PMK di UGM , Prof Dr. drh. Aris Haryanto, M.Si.
"Kemudian dilihat dari distribusi wilayahnya dari empat kabupaten dan satu kota, untuk kasus tertinggi itu ada di Kabupaten Sleman , dilaporkan sebanyak 3.609 kasus," jelasnya kepada awak media, di Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Rabu (29/6/2022) pagi.
Baca juga: Adukan Nasib Desanya yang tertimbun Pasir, 3 Warga Lumajang Jalan Kaki ke Jakarta Temui Presiden
Selanjutnya kasus tertinggi kedua ada di Kabupaten Bantul dengan laporan 2.195 kasus hewan ternak yang terpapar PMK .
Untuk laporan kasus PMK tertinggi ketiga di DI Yogyakarta tercatat dari Kabupaten Kulon Progo dengan laporan 669 kasus dan disusul dengan laporan kasus dari Kabupaten Gunungkidul sebanyak 573 kasus.
Sementara itu, di Kota Yogyakarta belum ditemukan kasus PMK kepada hewan ternak.

"Di Kota nol, tidak ada laporan. Mudah-mudahan begitu seterusnya," sambungnya.
Khusus di DIY, berdasarkan jenis hewan ternak yang sering terpapar ialah sapi, dengan total 6.544 kasus.
Sementara itu, untuk domba tercatat 437 kasus, kambing 51 kasus, dan kerbau 14 kasus.
Baca juga: Touring Sudah Biasa, Astra Motor Yogyakarta Ajak Biker Camping di Merapi
"Kalau total keperluan potong paksa itu ada 65 hewan ternak ," ujarnya.
Bahkan, sebanyak 68 hewan ternak di DI Yogyakarta mati disebabkan terpapar PMK .
"Jadi kalau kasus nasional lebih tinggi dan di DIY secara keseluruhan masih di bawah nasional. Mudah-mudahan seperti itu, jadi terkendali," tutupnya. (nei)