Temuan Kasus PMK di DIY Mencapai Ratusan, 30 Persen di antaranya Berada di Gunungkidul

Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melaporkan temuan penyakit mulut dan kuku ( PMK ) yang menyerang hewan ternak di wilayahnya

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Kurniatul Hidayah
Shutterstock
Ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melaporkan temuan penyakit mulut dan kuku ( PMK ) yang menyerang hewan ternak di wilayahnya mencapai ratusan.

Kepala Dinas Pertanian DIY Sugeng Purwanto mengatakan, pihaknya belum bisa memberikan angka pasti mengingat data yang terus bergerak. 

Baca juga: Sebanyak 493 Calon Jemaah Haji asal Klaten Masuk Kloter 13 dan 14, Begini Kata Kemenag

Namun, menurutnya kasus sudah berada di kisaran seratusan.

"Ya di atas 100, tapi ya kalau saya bilang yang positif ( PMK ) di bawah 200," kata Sugeng saat dihubungi, Jumat (3/6/2022)

Sugeng menambahkan, dari ratusan kasus ini hanya tiga ekor hewan ternak saja yang dilaporkan mati karena PMK

Termasuk seekor domba di dua kasus pertama yang ditemukan di Kulon Progo pertengahan Mei 2022 lalu.

Sugeng melanjutkan, dari ratusan kasus ini Kabupaten Gunungkidul menjadi wilayah dengan temuan kasus PMK terbanyak se-DIY.

"Sementara terbanyak di Gunungkidul, ya kalau dibuat presentase ya 30 persen dari total 100 persen kasus," urainya.

Buntutnya, menurut Sugeng, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul telah mengeluarkan kebijakan penutupan pasar hewan untuk sementara waktu.

"Yang info ke kami baru Gunungkidul. Pak bupati sudah menyampaikan, hanya sementara. Satu dua minggu, kalau sudah aman ya dibuka kembali," ujarnya.

Dengan terus meluasnya kasus PMK ini, Sugeng memastikan jika pemerintah kabupaten/kota sudah lebih meningkatkan kewaspadaan dalam mengawasi lalu lintas ternak

Termasuk dalam upayanya mengantisipasi penyebaran penyakit manakala ditemukan kasus dalam suatu kandang.

Baca juga: Satu Mobil Angkutan Umum Remuk Terjepit di Antara Dua Truk saat Kecelakaan Karambol di Gresik

Dinas Pertanian DIY juga tengah merumuskan cara mencegah kelangkaan daging di masyarakat maupun persoalan lonjakan harga. 

Mengingat, waktu kurban Idul Adha yang tinggal hitungan pekan.

"Masyarakat nggak usah panik, pemerintah tetap berbenah, tetap melakukan tugasnya dalam memenuhi kebutuhan daging masyarakat. Walaupun sulit, tapi minimal bisa teratasi meskipun belum dalam kondisi ideal," tutupnya. (hda)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved