Mahasiswa UGM Membuat Cairan Penetral Bau Sampah Bernama Eco Lindi

Maka dari itu, Mahasiswa Fakultas Biologi UGM, Raina Nura Anindhita, menyulap air lindi menjadi sesuatu yang bernilai guna untuk menetralkan bau

Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Kurniatul Hidayah
istimewa
Mahasiswa Fakultas Biologi UGM, Raina Nura Anindhita, sedang mengolah air lindi menjadi formula untuk menetralkan bau sampah yang bernama Eco Lindi, Jumat (3/6/2022). 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) memikirkan persoalan lingkungan yang menimbulkan bau tidak sedap dan membahayakan lingkungan hingga berdampak pada kesehatan manusia.

Baik itu, melalui adanya air lindi atau cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan di tumpukan sampah.

Maka dari itu, Mahasiswa Fakultas Biologi UGM, Raina Nura Anindhita, menyulap air lindi menjadi sesuatu yang bernilai guna untuk menetralkan bau sampah bernama Eco Lindi.

Baca juga: Lahan Nganggur Sekitar YIA Kulon Progo Disulap Jadi Perkebunan Semangka dengan Kualitas Premium

“Eco Lindi ini dibuat dari air lindi dicampur dengan sisa air tebu (molase), asam sulfat, dan katalis organik dan hasilnya terbukti bisa menghilangkan bau tak sedap sampah,” katanya, di UGM , Jumat (3/6/2022).
 
Gadis asal Desa Prasung, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur itu, mengatakan, proses pembuatan eco lindi cukup sederhana dan mudah. 

Paparnya, air lindi , molase, asam sulfat dan katalis, harus dicampur dalam satu wadah kedap udara atau tangki. 

Dalam satu hari, ia bisa memproduksi 10 ribu liter eco lindi .

Sementara itu, tuturnya, untuk penggunaannya, cairan hanya disemprotkan ke timbunan sampah. 

“Reaksinya sekitar 3-10 menit setelah disemprotkan ke sampah tidak tercium bau lagi,” terangnya.

Sambung Raina, eco lindi telah diuji coba untuk mengatasi persoalan bau di tempat pembuangan akhir, lingkungan pasar, dan lingkungan peternakan. 

Ujarnya, hasil formula tersebut dinyatakan aman untuk ternak.

“Formula itu dapat diaplikasikan di semua limbah yang memproduksi bau, selain itu juga bisa digunakan sebagai pupuk,” tuturnya.

Ia pun menyampaikan, pengembangan eco lindi tersebut merupakan hasil dorongan dari sang ayah yang kala itu menjabat sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo. 

Baca juga: Temuan Kasus PMK di DIY Mencapai Ratusan, 30 Persen di antaranya Berada di Gunungkidul

Dia ditantang oleh ayahnya, untuk ikut mencari solusi atas persoalan sampah di TPA, terutama mengatasi bau sampah.

“Proses penetralan bau dan komposting yang biasa dilakukan memerlukan waktu sekitar enam sampai delapan minggu. Saya ditantang ayah untuk mempersingkat waktu menghilangkan bau dan setelah melalui diskusi dan berbagai kajian akhirnya ketemulah formulasi eco lindi ini,” jelasnya.

Kendati demikian, inovasi yang dikembangkan Raina itu tidak hanya memberikan alternatif solusi dalam mengatasi persoalan lingkungan. Namun, juga berhasil menyabet penghargaan Trash Control Heroes dari Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor. (nei)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved