Dinas Pariwisata DIY Jalin Kerjasama Dengan PT Sirkular Indonesia Untuk Kelola Makanan Berlebih
Dinas Pariwisata DIY menjalin kerjasama dengan PT Sirkular Indonesia untuk manajemen makanan berlebih.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Kurniatul Hidayah
Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Pariwisata DIY menjalin kerjasama dengan PT Sirkular Indonesia untuk manajemen makanan berlebih.
Kerjasama tersebut diwujudkan dengan aplikasi Surplus yang dikelola oleh PT Sirkular Indonesia.
Aplikasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh restoran atau hotel yang memiliki makanan berlebih, sehingga makanan tersebut tidak dibuang menjadi sampah makanan.
Baca juga: LPSK Terima 400 Laporan Kasus Kekerasan Seksual, Mayoritas Pelaku Orang Terdekat Korban
Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo mengatakan kebersihan, keindahan, dan kesehatan adalah bagian dari Sapta Pesona dalam dunia pariwisata.
Jika sampah tidak terkelola dengan baik, tentunya akan berdampak buruk bagi citra pariwisata DIY.
"Ini sangat urgen, karena tingkat sampah makanan kan tinggi. Dengan kerjasama ini, kami memanage makanan berlebih agar tidak menjadi sampah, sehingga bisa dimanfaatkan dengan baik," katanya, Kamis (02/06/2022).
Dengan kerjasama tersebut, ia berharap dapat mengurangi sampah di DIY dan melestarikan lingkungan.
Sementara itu, CEO sekaligus Founder PT.Sirkulasi Indonesia, Muhammad Agung Saputra menerangkan makanan yang dijual melalui aplikasi Surplus adalah makanan yang masih layak konsumsi.
Sehingga makanan tersebut bisa dikonsumsi oleh masyarakat luas.
"Misalnya toko roti yang mau tutup, tetapi masih ada stok yang belum terjual. Satu jam sebelum tutup ini sudah dijual melalui Surplus, dengan diskon sekitar 50 persen. Jadi makanan tersebut bisa dikonsumsi, bukan makanan sisa," terangnya.
Baca juga: BPOM Yogyakarta Kolaborasi Dengan BPKN RI Tingkatkan Kesadaran Perlindungan Konsumen
Selain membantu masyarakat, aplikasi tersebut juga meningkatkan pendapatan pelaku usaha.
"Jadi pelaku usaha justru untung, karena makanan yang tadinya dibuang bisa terjual lagi. Paling tidak bisa mengembalikan biaya produksi,"sambungnya.
Dengan kerjasama tersebut ia optimis dapat menyelamatkan lebih dari satu ton makanan berlebih per bulannya.
"Nantinya masyarakat bisa mengambil sendiri makanannya atau dikirimkan. Tetapi memang ada biaya tambahan untuk pengiriman," imbuhnya. (maw)