Cacar Monyet
WASPADA Penyakit Cacar Monyet atau Monkeypox yang Jadi Perhatian WHO, Ini Bedanya dengan Covid-19
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai memberikan notifikasi terkait penyakit cacar monyet yang ada di 11 negara. Ini menjadi permasalahan yang tidak
Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai memberikan notifikasi terkait penyakit cacar monyet yang ada di 11 negara.
Ini menjadi permasalahan yang tidak biasa karena negara yang sekarang terjangkiti cacar monyet itu adalah negara nonendemik.
Ada sekitar 80 kasus yang dikonfirmasi sejauh ini, sampai Sabtu (20/5/2022) dan 50 penyelidikan yang tertunda. Lebih banyak kasus kemungkinan akan dilaporkan saat pengawasan meluas.
“Ini membuka mata untuk melihat penyebaran semacam ini,” kata Anne Rimoin, seorang ahli epidemiologi di University of California Los Angeles, yang telah mempelajari cacar monyet di Republik Demokratik Kongo selama lebih dari satu dekade.
Disebut monkeypox atau cacar monyet karena para peneliti pertama kali mendeteksinya di monyet laboratorium pada tahun 1958.
Virus ini diduga menular dari hewan liar seperti tikus ke manusia atau dari orang yang terinfeksi. Dalam satu tahun rata-rata, beberapa ribu kasus terjadi di Afrika, biasanya di bagian barat dan tengah benua itu.
Akan tetapi, kasus di luar Afrika terbatas pada segelintir yang terkait dengan perjalanan ke Afrika atau dengan impor hewan yang terinfeksi.
Jumlah kasus yang terdeteksi di luar Afrika dalam seminggu terakhir saja, yang pasti akan meningkat, telah melampaui jumlah yang terdeteksi di luar benua itu sejak tahun 1970, ketika virus pertama kali diidentifikasi sebagai penyebab penyakit pada manusia.
Penyebaran cepat inilah yang membuat para ilmuwan waspada.
Meski sama-sama menyebar dengan cepat, ternyata cacar monyet berbeda dengan Covid-19.
Ini perbedaannya cacar monyet dan Covid-19 yang dirangkum oleh Tribunjogja.com dari nature.com:
1. Cacar monyet tidak mudah menular ke orang lain
Cacar monyet bukanlah Sars-CoV-2, virus corona yang bertanggung jawab atas pandemi COVID-19, kata Jay Hooper, ahli virologi di Institut Penelitian Medis Angkatan Darat AS untuk Penyakit Menular di Fort Detrick, Maryland.
Itu tidak menular dari orang ke orang dengan mudah, dan karena ini terkait dengan virus cacar, sudah ada perawatan dan vaksin untuk mencegah penyebarannya.
Jadi sementara para ilmuwan khawatir, karena setiap perilaku virus baru mengkhawatirkan, mereka tetap tidak panik.
Baca juga: Antisipasi Penyebaran Hepatitis Akut, Puan Minta Pemerintah Koordinasi dengan WHO