Senator Gus Hilmy: Masih Banyak PR Dalam Pendidikan Indonesia

Memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-114, anggota DPD RI asal DIY, Hilmy Muhammad mengatakan, masih banyak PR yang dilakukan.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Agus Wahyu
TRIBUNJOGJA.COM/ISTIMEWA
Gus Hilmy 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-114, anggota DPD RI asal DI Yogyakarta, Hilmy Muhammad mengatakan, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan dalam dunia pendidikan Indonesia.

“Pendidikan kita seharusnya setara global yang mampu bersaing dengan negara-negara lain. Tapi, nyatanya kita masih tertinggal dengan negara lain,” ucap senator nyang akrab disapa Gus Hilmy saat menjadi narasumber di DPD RI, Jakarta, Jumat (20/5/2022).

Gus Hilmy menilai, sejauh ini sekolah-sekolah di daerah masih memperihatinkan, baik tenaga pendidik (guru) dan fasilitasnya. Padahal, menurutnya, ujung tombak dunia pendidikan berada pada tenaga pendidik.

“Ini sebenarnya menjadi PR kita semua dalam pendidikan. Sebenarnya, ujung tombak bangsa ini ada pada tenaga pendidik,” paparnya.

Ia juga berharap, pemerintah dapat memberikan perhatian lebih kepada tenaga pendidik, terutama meningkatkan SDM atau beasiswa. “Jika kita mempunyai SDM yang baik, maka kita bisa berharap dengan generasi bangsa yang akan datang,” kata Gus Hilmy.

Di sisi lain, ia juga menilai, pendidikan politik dinilai penting. Namun sebagai anggota DPD RI, ia berkewajiban memberikan pendidikan politik yang baik. “Kita harus bertanya kepada diri sendiri, apakah kita sudah menjadi agen politik yang baik. Jangan harap masyarakat mencontoh kita, kalau kita mempunyai kelakuan kurang baik sebagai politisi,” terangnya.

Untuk itu, sambungnya, tugas DPD RI juga harus memberikan cerminan politik yang baik dan berakhlak. Dengan demikian generasi muda Indonesia bisa mencontoh politik yang beradab, bermoral dan berakhlak.

“Jika kita menerapkan itu, kita bisa berharap para generasi muda bisa mencontoh DPD RI. Bahkan bisa memberikan inspirasi sehingga generasi muda bisa terjun di dunia politik. Semua itu kembali kepada kita dulu,” ujarnya.

Gus Hilmy menambahkan, bagaimanapun hasil politik itu tergantung pada prosesnya. Kalau prosesnya baik, outputnya tentu saja akan baik.

“Tapi jika prosesnya bermasalah, semisal money politic, saling hina satu dengan yang lain, dan bohong. Maka kita tahu hasilnya juga tak bagus. Politisi yang baik itu yang bisa memberikan pencerahan dan solusi sehingga memberikan win-win solution. marilah kita memberikan contoh yang baik,” ajaknya.

Karenanya, ia meminta kebangkitan nasionalisme harus dijadikan sesuatu sikap dan karekter, bukan berdasarkan momentum. Maka kuncinya dalah kebersamaan dalam menjaga perbedaan. (aka)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved