Berita Pendidikan Hari Ini

Sosiolog UGM : Idulfitri Jadi Momentum Membangun Semangat Persaudaraan

Idulfitri bisa menjadi momentum bersama untuk memperkuat ikatan solidaritas sosial dan kohesi sosial dan solidaritas sosial

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Gaya Lufityanti
ist
Ilustrasi 

Tribunjogja.com - Sosiolog UGM Dr. Andreas Budi Widyanta, S.Sos., M.A., menilai momen Idulfitri sebagai bagian dari upaya memperkuat kohesi sosial di masyarakat setelah dua tahun tradisi mudik tidak digelar karena pandemi Covid-19.

Menurut Widyanta, momen mudik lebaran dengan bermaaf maafan dan berkunjung ke keluarga besar bukan hanya dirayakan oleh umat muslim saja namun juga oleh umat agama lain.

Oleh karena itu tidak mengherankan jika jumlah pemudik sekarang ini jumlahnya cukup besar karena kerinduan orang untuk berkumpul kembali dengan saudaranya.

“ Idulfitri bisa menjadi momentum bersama untuk memperkuat ikatan solidaritas sosial dan kohesi sosial dan solidaritas sosial,” kata Widyanta, Selasa (11/5/2022).

Baca juga: FKKMK UGM dan RSUP Dr Sardjito Gelar Syawalan Keluarga Besar Bersama Jejaring AHS

Dilarangnya tradisi mudik selama dua tahun, katanya, menjadikan jumlah pemudik yang melakukan perjalanan pulang kampung halamannya melampuirekorjumlah pemudik di tahun-tahun sebelumnya karena ada kerinduan bersama bukan hanya umat islam tapi juga umat yang lain.

“Kerinduan itu terasa, ada perjumpaan sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta kehidupan beragama menjadi kerinduan bersama,” paparnya.

Bagi Widyanta, tradisi mudik bukan hanya perayaan umat muslim saja, sebab sudah ada tradisi di masyarakat kita saat momen lebaran saling kunjung mengunjungi dan saling memaafkan dengan sesepuh serta dengan tetangga sekitar.

Oleh karena itu, mudik tahun ini menurutnya menjadi momentum membangun kebersamaan sosial, menguatkan tali sosial kekeluargaan serta tali kehidupan bersama.

Baca juga: UGM Hasilkan Ratusan Permohonan Paten Baru

“Nyata betul arus mudik jumlahnya sangat luar biasa bukti hati kita dilekatkan kembali setelah dua tahun tidak berjumpa, tidak bertemu, kini bisa saling bertegur sapa dan mendiskusikan banyak hal,” katanya.

Idulfitri menurutnya sebagai bentuk untuk merayakan universalitas dari perayaan keragaman menjadi bagian perayaan bersama.

Sebab ada perjumpaan sosial lintas keagamaan, suku, etnis, bahasa, menjadi arena milik bersama membangun semangat kolegial dan kolektif sesama anak bangsa.

“Syawalan adalah momen membangun kekeluargaan yang plural, saling menghargai perbedaan yang ada, memperkuat bangunan bangsa, rumah besar bernama Indonesia,” pungkasnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved