Mutiara Ramadhan Tribun Jogja LDNU DIY

Menghadirkan Rahmat dan Menjauhkan Laknat

Rahmat dan kasih sayang Allah SWT sungguh berlimpah ruah tak terhingga, sehingga bisa dirasakan semua umat manusia dan semesta alam.

Editor: ribut raharjo
zoom-inlihat foto Menghadirkan Rahmat dan Menjauhkan Laknat
Istimewa
KH Beny Susanto SAg MSI, Wakil Katib Syuriah PWNU DIY, Pengasuh Ponpes Sunan Kalijaga Gesikan

Oleh: KH Beny Susanto SAg MSI, Wakil Katib Syuriah PWNU DIY, Pengasuh Ponpes Sunan Kalijaga Gesikan

TRIBUNJOGJA.COM - Betapa umat Muslim di Daerah Istimewa Yogyakarta, seluruh Nusantara, dan berbagai belahan bumi menikmati dan mensyukuri beragam anugerah bulan suci Ramadan.

Rahmat dan kasih sayang Allah SWT sungguh berlimpah ruah tak terhingga, sehingga bisa dirasakan semua umat manusia dan semesta alam.

Tuhan sendiri telah mengenalkan diri dalam pembukaan al-Qur’an dengan nama indah ar-Rahman, Yang Maha Pengasih. Rahmat besar-Nya antara lain yang utama wahyu yaitu al-Qur’an dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW.

Namun demikian, keagungan, keberkahan,dan kesucian Ramadan ternoda akibat serangan bom saat salat Jumat, di Masjid Mawlavi Sikandar Kota Kunduz Afghanistan pada Jumat, 22 April 2022.

Dampak insiden tersebut mengakibatkan 33 orang meninggal dunia dan 43 orang terluka.

Tak ada alasan keimanan, teologis, dan logika, serta norma kehidupan yang bisa menjadi pembenaran tindakan tersebut.

Sangat bertolak belakang dengan contoh Rasulullah Muhammad SAW. yang dikenal sebagai teladan yang sangat mencintai dan menyayangi umat, seperti termaktub dalam QS At-taubah [9]: 128), “Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

Sejatinya, bulan suci Ramadan sebagai momentum untuk melipatgandakan, memperkuat rahmat Allah SWT., dan menjauhkan laknat-Nya. Akan tetapi, fenomena kejahatan teroris yang sangat jelas mengekspresikan perbuatan biadab yang dikutuk, dijauhkan dari rahmat Tuhan masih terus terjadi.

Tak peduli tempat, waktu, dan berbagai upaya, kebijakan dan kerja sama yang dilakukan negara dalam mengatasi kejahatan terorisme. Teroris dan terorisme sebagai exstra ordinary crime tidak cukup ditangani oleh lembaga-badan keamanan BNPT, Densus 88 Anti Teror, BIN, TNI-Polri dan Kementerian Agama.

Rahmat Allah SWT. yang bersifat wahbi (pemberian) dan fadhal(keutamaan-Nya) kepada semesta memang hanya tinggal menerima, terserah Tuhan. Namun demikian,Rahmat-Nya yang bersifat kasbi-ikhtiyari, yang berupa nikmat terhindar dari kejahatan teroris-terorisme, tampaknya membutuhkan ikhtiar bersama; elemen civil society, negara dan swasta,dengan proporsi masing-masing.

Tak ada ruang dan kesempatan untuk menjadi bagian dari kejahatan teroris dan bahaya terorisme. Bulan suci Ramadan yang mana kejahatan dan tangan iblis, setan telah dibelenggu, masih membuka kemungkinan potensi kejahatan akibat manusia dengan pikiran sesat-teroris dan paham terorisme. Transformasi aksi dan gerakan teror-terorisme, terus berkembang seiring pertumbuhan teknologi dan kemajuan zaman.

Sikap optimis, penuh harap akan rahmat dan fadhal Allah SWT dalam melawan terorisme merupakan modal penting. Kesediaan untuk bersinergi elemen negara, masyarakat dan swasta dalam mengatasi terorisme akan semakin memperkuat efektivitas kerja dan capaian output yang optimal dalam melawan terorisme.

Sementara simpati dan empati atas duka keluarga korban yang mengalir memang tak akan pernah bisa mengembalikan dan menghidupkan korban meskipun tetap bermakna.

Teroris sendiri jelas telah gagal menjalankan ibadah puasa (shiyam).Tidak dianggap berpuasa, meskipun boleh jadi menahan makan, minum, dan kebutuhan biologis. Puasa merupakan jihad besar, sebagaimana Riwayat Nabi SAW. pasca Perang Badr. Ibadah puasa yang diterima, selain terpenuhi unsur syariat, juga harus bisa mengupayakan aspek esoteris; menjaga pikiran, tindakan, dan perangai yang merusak, serta merugikan orang lain, bukan?

Karena itulah, sepatutnya upaya demi upaya menjaga diri dari aksi terorisme terus kita galakkan. Memberikan pendidikan dan tarbiyah paripurna berupa akhlak yang baik bagi keluarga kita masing-masing. Meneladani akhlak Nabi SAW. dengan sepenuh hati, bahwa jika pun mereka tidaklah saudara dalam iman, mereka tetap saudara kita dalam kemanusiaan. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved