Berita Klaten Hari Ini
Mengunjungi Masjid Agung Kauman Klaten, Mimbar Kunonya Pernah Ditawar hingga Rp 1 Miliar
Masjid Agung Kauman atau yang dikenal juga dengan nama Masjid Agung Kajoran disebut-sebut sebagai satu di antara masjid tua yang berada di Klaten.
Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Masjid Agung Kauman atau yang dikenal juga dengan nama Masjid Agung Kajoran disebut-sebut sebagai satu di antara masjid tua yang berada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Masjid yang berada di Dukuh Kauman, Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten itu merupakan peninggalan dari Pangeran Maulana Emas atau Panembahan Agung yang diyakini berasal dari Kerajaan Pajang.
"Untuk kapan tahun pastinya masjid ini berdiri saya tidak tahu persis. Tapi dari cerita orang tua kampung secara turun temurun, masjid ini peninggalan Pangeran Maulana Emas atau Panembahan Agung," ujar Ketua Takmir Masjid tersebut, Joko Ismanto saat Tribunjogja.com temui di masjid itu, Rabu (6/4/2022).
Ia mengatakan, pada zaman dahulu di lokasi Masjid Agung Kauman berdiri pernah tinggal seorang syeikh dari Gujarat yang memiliki ilmu agama cukup luas.
Baca juga: Museum Juang Klaten Terima Hibah Benda-benda Kuno hingga 50 Uang Koin VOC
Kemudian, Panembahan Agung mendatangi lokasi itu untuk belajar ilmu agama dan selanjutnya mendirikan Masjid Agung Kauman tersebut karena lokasinya berada di tanah perdikan.
Saat mendirikan masjid itu, lanjut dia, Panembahan Agung konon mendapatkan kiriman mimbar masjid dari Sunan Kalijaga dan mimbar itu masih digunakan hingga sekarang untuk kegiatan keagamaan.
"Mimbarnya itu datang sebelum masjid ini selesai. Itu konon dari Sunan Kalijaga. Tapi saya juga nggak tahu cerita persisnya," ucap dia.
Menurutnya, mimbar peninggalan Sunan Kalijaga itu sampai saat ini digunakan untuk kegiatan khotbah salat jumat dan hari raya idul fitri.
"Kalau untuk Ramadan kita pakai mimbar yang baru. Mimbar lama itu khusus untuk khotbah jumat dan lebaran," jelasnya.
Keunikan dari mimbar itu, lanjutnya terdapat ukiran berupa gambar gajah dan motif-motif lainnya.
Baca juga: Menilik Sejarah Masjid Selo Peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono I
Namun, Joko mengaku dirinya tidak memahami secara persis arti atau makna yang terkandung dari ukiran yang berada di kayu mimbar masjid itu.
"Dulu ada yang dari Undip meneliti tapi saya nggak tahu persis artinya dan nggak nanya juga," ucapnya.
Uniknya, lanjut Joko, pada tahun 2009 silam, ada warga negara Jepang yang datang ke Masjid Agung Kauman itu.
Warga itu berniat untuk membeli mimbar masjid yang diduga peninggalan Sunan Kalijaga tersebut senilai Rp 1 miliar.
Namun tidak di izinkan oleh pihak BPCB.