Berita DI Yogyakarta Hari Ini

Demi Kesehatan Masyarakat, Survei Terkait Galon Polikarbonat Perlu Didasari Penelitian Ilmiah

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melakukan survei terkait risiko Bisfenol A (BPA) yang ada dalam Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
dok.istimewa
Ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Beberapa waktu belakangan, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melakukan survei terkait risiko Bisfenol A (BPA) yang ada dalam Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

Diketahui, Bisfenol A merupakan bahan kimia yang bisa memicu kanker dan kemandulan dan 61 persen pengangkutan air galon di ibu kota tidak memenuhi syarat karena menggunakan kendaraan terbuka.

Ditengarai, galon air terpapar sinar matahari langsung untuk waktu yang lama.

Galon yang terpapar sinar matahari itu berisiko memicu peluluhan BPA pada galon guna ulang berbahan plastik keras polikarbonat.

Baca juga: WAJIB TAHU! Segini Suhu untuk Mematikan Kuman di Galon Air Mineral, Jaga Tubuh Tetap Sehat Ya Lur!

Mengomentari hal tersebut, pengamat media, Satrio Arismunandar mengatakan survei YLKI harus sesuai dengan penelitian ilmiah dan tidak ada asumsi, dugaan, kecurigaan, prasangka maupun misi tertentu.

Apalagi saat ini banyak masyarakat yang memanfaatkan AMDK untuk memenuhi kebutuhan hidrasi tubuh. Maka, survei yang dibuat harus dipastikan bukan untuk menolak kampanye produk tertentu.

“Jika survei yang dilakukan cuma basa-basi biar dianggap ilmiah dan tidak nyambung dengan materi atau substansi yang diteliti, ini bisa berdampak negatif dan merugikan banyak pihak termasuk masyarakat. Terutama, jika argumen yang dibangun lemah dan rekomendasi yang diajukan juga terkesan dipaksakan dan mengada-ada,” ujarnya dalam keterangan, Rabu (6/4/2022)

Salah satu yang menjadi sorotan Satrio dari survei YLKI itu adalah soal objek yang disurvei. 

Ia mengakui, dirinya melihat beberapa kerancuan dalam penelitian YLKI.

Maka, dia berharap YLKI benar-benar melakukan survei yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Baca juga: Pristine8.6+ Air Minum pH Tinggi Bagikan Ribuan Kemasan Galon untuk Keluarga Di Yogyakarta

“Misalnya, untuk mengukur keterpaparan sinar matahari di AMDK dan melihat migrasi zat BPA ke air minumnya, harus menggunakan alat ukur, penguasaan teknis dan dilakukan profesional,” bebernya.

Selain itu, kata Satrio, dalam penelitian ilmiah harus ada batasan yang jelas untuk pengertian terpapar sinar matahari.

“Apalagi jika mau mengklaimnya hingga ke tahap yang berisiko pada kesehatan konsumen,” ucapnya.

Dia mencontohkan, apakah terpapar matahari pada pukul 6.30 pagi bisa disamakan dengan terpapar matahari pukul 12.00, berapa lama AMDK galon guna ulang harus terpapar sinar matahari dan berapa sebetulnya suhu maksimal yang bisa terjadi sehingga bisa dikategorikan berisiko bagi kesehatan konsumen.

“Hal-hal semacam ini lazim dalam penelitian ilmiah, tetapi belum tercakup dalam survei YLKI itu,” tegasnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved