Mutiara Ramadhan Tribun Jogja LDNU DIY
Lapis-Lapis Keberkahan Ramadan
Setelah dihantam pandemi Covid-19 selama 2 tahun berturut-turut, umat Islam pun melaksanakan ibadah Ramadan di rumah masing-masing.
Oleh: Khairul Imam, LDNU PW DIY, Dosen IIQ An Nur Yogyakarta
TRIBUNJOGJA.COM - Setelah dihantam pandemi Covid-19 selama 2 tahun berturut-turut, umat Islam pun melaksanakan ibadah Ramadan di rumah masing-masing.
Ramadan tahun ini kita merasakan suasana kenormalan baru, meski tetap harus menerapkan protokol kesehatan seperti biasanya.
Dalam suasana semacam ini, sebagian kita masih merasakan canggung untuk berkumpul bersama, mendatangi masjid; melihat orang lain dengan pandangan “curiga”, menerapkan protokol secara ketat, bermasker, menjaga jarak, dll.
Atau, dengan dalih ini pula kita pun masih memelihara sisa-sisa kemalasan ke masjid; makan bersama dalam jamuan takjil, salat berjamaah; menyemarakkan tadarus malam, dsb.
Seyogyanya, ketika peluang tatap muka pembukaan tempat-tempat ibadah telah dibuka, terutama masjid, semangat ibadah untuk meramaikannya pun kita bangkitkan kembali. Sama halnya semangat ketika kita “protes” atas penutupannya. Kita buka lagi ingatan kita bahwa ada lapis-lapis keberkahan di bulan Ramadan.
Di bulan ini, keberkahan Allah ada dalam setiap laku kesalehan. Hal ini sebegaimana termaktub secara tegas dalam sabda Nabi Muhammad Saw. “Bulan Ramadan telah datang pada kalian, bulan yang diberkahi. Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syaitan-syaitan dibelenggu.”
Kemudian, apa makna keberkahan dalam konteks hadis di atas? Keberkahan dalam hal ini bahwa pada bulan Ramadan Allah Swt. melimpahkan nikmat kepada para hamba dengan sangat banyak dan luas. Nikmat kebaikan yang tak terkira, beserta fasilitas dan kemudahan untuk melakukannya.
Keberkahan puasa juga menjadi hiasan pada bulan ini. Selain sebagai kewajiban, puasa merupakan ibadah spesial, yang pahalanya langsung diganjar oleh Allah, bahkan akan dilipatgandakan hingga 700 kali lipat.
Lantas, puasa yang bagaimana dengan pelipatgandaan semacam ini. Yaitu puasa yang benar-benar menginsafi tubuh dan jiwa. Dalam arti, tak sekadar puasa menahan lapar, dahaga, dan berjima' saja; tapi memuasakan anggota tubuh dari hal-hal yang merusak. Lebih dari itu, memuasakan jiwa dari jebakan-jebakan setan yang menyelinap pada hal-hal yang dihalalkan sekalipun.
Di dalam puasa, setiap muslim menahan lapar dari subuh hingga magrib. Lapar puasa tidak hanya menahan makanan, tapi juga menaklukkan emosi yang kadang menyeruak dalam hati kita. Maka tak heran jika puasa menjadi ibadah ragawi dan rohani sekaligus, dengan ganjaran yang berlipat-lipat.
Tak hanya menutup keberkahan pada yang puasa, bahkan seseorang yang memberi dan mempersiapkan jamuan untuk berbuka pun mendapat lipatan pahalanya, sebagaimana ditegaskan dalam hadis riwayat Tirmidzi, “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun.”
Karena itulah, Imam al-Ghazali dalam risalah Raudhatut Thalibin wa Umdatus Salikin: (6) Seorang pemuka ulama pernah berkata, “Peganglah ilmu, lapar, lemah (khumul), dan puasa. Karena ilmu adalah cahaya yang menerangi, dan lapar adalah hikmah.”
Selain puasa, keberkahan juga tersembunyi dalam waktu. Soal waktu, mungkin kita banyak diberi peluang keberkahannya. Namun tak sedikit pula di antara kita yang mengabaikannya. Sebab, pada bulan ini banyak bertebaran waktu-waktu mustajab. Terlebih saat kita berada pada puncak kemalasan, dan kita dapat menaklukkannya dengan beribadah.
Mungkin pula hanya segelintir orang yang memang mencarinya, lalu mendapatkan dan memanfaatkannya dengan beragam amal saleh. Dan di sinilah wujud lapisan keberkahan waktu.
Maka tak heran jika Imam Syafi' sanggup megkhatamkan Al-Quran 2 kali sehari selama bulan Ramadan. Kenapa beliau bisa, dan kita tidak bisa. Kebisaan ini tidak datang tiba-tiba. Ada proses latihan dan mudawamah (kontinuitas) sepanjang bulan-bulan sebelumnya. Dan tentunya, ada lapis-lapis keberkahan di bulan Ramadan. Wallahu a’lam. (*)