Perang Rusia Ukraina

Kematian Warga di Bucha Picu Kontroversi, Rusia Minta Bertemu DK PBB

Rusia minta DK PBB dapat bertemu, Senin (4/4/2022). Rusia menyebut "provokasi kriminal oleh tentara dan radikal Ukraina" di Kota Bucha, dekat Kyiv.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Mona Kriesdinar
AP PHOTO/RODRIGO ABD
KLAIM KYIV - Dua tentara berjalan di sekeliling tank-tank Rusia yang hancur di Bucha, pinggiran Kyiv, Ukraina, Minggu (3/4/2022). Tentara Ukraina menemukan jasad-jasad manusia yang tewas secara brutal dan kerusakan massal di pinggiran Kyiv, lalu meminta penyelidikan kejahatan perang dan sanksi baru terhadap Rusia. 

TRIBUNJOGJA.COM, MOSKWA - Kementerian Luar Negeri Rusia akan mengulangi permintaannya agar Dewan Keamanan (DK) PBB dapat bertemu, Senin (4/4/2022). Hal ini atas apa yang disebut Moskwa sebagai "provokasi kriminal oleh tentara dan radikal Ukraina" di Kota Bucha, dekat Kyiv.

Misi Inggris untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang memegang kursi kepresidenan dari 15 anggota Dewan untuk April, mengatakan Dewan Keamanan akan mengadakan diskusi yang dijadwalkan di Ukraina pada Selasa (5/4/2022), dan tidak akan bertemu pada hari Senin seperti yang diminta oleh Rusia.

"Hari ini Rusia akan kembali menuntut agar Dewan Keamanan PBB bersidang sehubungan dengan provokasi kriminal prajurit Ukraina dan radikal di kota ini," tulis Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova di saluran Telegramnya, dilansir dari Reuters.

Rusia Sebelumnya, pihak berwenang Ukraina mengatakan pada Minggu (3/4/2022), bahwa mereka sedang menyelidiki kemungkinan kejahatan perang oleh Rusia setelah menemukan ratusan mayat bergelimangan di sekitar kota-kota di luar Ibu Kota Ukraina, Kyiv menyusul penarikan pasukan Rusia dari daerah itu.

Kementerian pertahanan Rusia mengatakan gambar yang didistribusikan oleh Ukraina adalah "pertunjukan lain yang dipentaskan oleh rezim Kyiv”.

Kepala penyelidik Rusia memerintahkan pemeriksaan resmi atas apa yang disebutnya "provokasi" Ukraina setelah Kyiv menuduh militer Rusia membantai warga sipil di kota Bucha.

Alexander Bastrykin, Kepala Komite Investigasi Rusia, telah memerintahkan agar penyelidikan dibuka atas dasar bahwa Ukraina telah menyebarkan "informasi palsu yang disengaja" tentang angkatan bersenjata Rusia di Bucha, lapor komite itu dalam sebuah pernyataan.

Dilansir dari Russia Today (RT), Wakil Duta Besar Tetap Rusia untuk PBB, Dmitry Polyansky, pada Minggu (3/4/2022), mengungkap bahwa Moskwa akan mengajukan pertemuan luar biasa Dewan Keamanan PBB atas insiden di Kota Bucha. Moskwa menganggap insiden yang disebut Ukraina sebagai pembantaian warga sipil tersebut sebagai rekayasa pasukan Kyiv.

“Mengingat provokasi terang-terangan oleh radikal Ukraina di Bucha, Rusia menuntut pertemuan Dewan Keamanan PBB diadakan pada Senin, 4 April. Kami akan mengungkap provokator Ukraina yang lancang dan pendukung Barat mereka,” kata Polyansky dalam sebuah kiriman Telegram.

Kementerian Pertahanan Rusia melihat “bukti” yang diklaim dari insiden itu justru muncul empat hari setelah penarikan pasukan Rusia, ketika intelijen Ukraina dan perwakilan televisi Ukraina tiba di kota itu. Kementerian menekankan bahwa berbagai inkonsistensi yang ada menunjukkan bahwa insiden itu telah direkayasa oleh rezim Kyiv untuk media Barat.

Diketahui, belakangan beredar foto yang menunjukkan banyak mayat berpakaian sipil bergelimpangan di Kota Bucha. Kyiv dengan cepat telah menyalahkan militer Rusia atas insiden itu, dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menuduh itu adalah tindakan "pembantaian yang disengaja".

“Pembantaian Bucha disengaja. Rusia bertujuan untuk menghilangkan sebanyak mungkin orang Ukraina. Kita harus menghentikan mereka dan mengusir mereka. Saya menuntut sanksi G7 yang baru dan menghancurkan SEKARANG,” kata Kuleba di Twitter.

Politisi top Barat pun dengan cepat mendukung dan memperkuat klaim Kyiv. Sekjen NATO Jens Stoltenberg mencap insiden itu sebagai kebrutalan terhadap warga sipil yang belum pernah kita lihat di Eropa selama beberapa dekade.

“Dan, itu mengerikan, dan sama sekali tidak dapat diterima bahwa warga sipil menjadi sasaran dan dibunuh, dan itu hanya menggarisbawahi pentingnya, bahwa perang ini harus diakhiri. Dan, itu adalah tanggung jawab Presiden Putin, untuk menghentikan perang,” kata Stoltenberg kepada CNN.

Sikap serupa telah diambil oleh banyak pejabat lain, dengan beberapa secara eksplisit menyalahkan Moskwa atas tuduhan pembantaian. Misalnya, Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan, bahwa pihak berwenang Rusia harus bertanggung jawab atas kejahatan ini. Moskwa telah dengan tegas menolak keterlibatan apa pun dalam insiden itu, menuduh Kyiv melakukan seluruh urusan untuk menjebak pasukan Rusia.

Sementara, Wali Kota Bucha mengonfirmasi hal ini dalam pidato video sehari kemudian tanpa menyebutkan penduduk setempat yang ditembaki berada di jalan-jalan. (kpc)

Baca Tribun Jogja edisi Selasa 05 April 2022 halaman 02

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved