Berita DIY

Berita DIY : Minyak Goreng Kemasan di DIY Tembus Rp 27 Ribu per Liter, Stok di Pasar Masih Langka

Harga jual minyak goreng kemasan di pasar tradisional Rp 14-20 ribu per liter. Sedangkan di toko moderen harganya bisa Rp 27 ribu per liter.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Gaya Lufityanti
via setkab.go.id
Ilustrasi minyak goreng 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma, Miftahul Huda, Yuwantoro Winduajie, Azka Ramadhan, Ahmad Syarifudin

Tribunjogja. com – Harga komoditas minyak goreng di DI Yogyakarta mengalami kenaikan setelah pemerintah mencabut penetapan harga eceran tertinggi (HET) minyak kemasan Rp 14.000 per liter.

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY, Yanto Aprianto menjelaskan, dengan berlakunya kebijakan tersebut maka harga minyak goreng diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar.

Menurut pantauannya, harga jual minyak goreng kemasan di sejumlah pasar tradisional rata-rata  berkisar Rp 14-20 ribu per liter.

Sedangkan di toko moderen harganya bisa tembus Rp 27 ribu per liter.

"Di Beringharjo kami  pantau harga yang dijual Rp 14 ribu, lalu di Pasar Kranggan harga sekitar Rp 19 ribu, dan Demangan Rp 20 ribu, ini pantauan petugas ya," jelas Yanto kepada Tribunjogja.com , Jumat (18/3/2022).

Disinggung minyak goreng yang tiba-tiba melimpah di pasaran ketika pemerintah mencabut HET, dia mengungkapkan, kelangkaan timbul lebih dikarenakan permasalahan yang ada di hulu.

Misalnya dari pabrik yang tidak dapat berproduksi karena tak mendapat pasokan CPO (crude palm oil) sebagai bahan baku minyak goreng.

Saat ini masalah di hulu tersebut diklaim telah teratasi.

"Kalau kemarin pokok permasalahannya di hulu, bukan di distributor, sekarang suplai sudah mulai lancar dari hulu, dari pabrik atau broker istilahnya," jelasnya.

Selain itu, sekarang juga tidak terjadi panic buying di tengah masyarakat. Berbeda kondisinya saat mengalami kelangkaan, begitu minyak goreng tersedia di pasaran biasanya ludes diserbu pembeli dalam waktu singkat.

"Dulu Rp 14 ribu di-rush sama masyarakat. Tidak sampai 1 jam habis. Sekarang dengan harga ini kegiatan itu sudah tidak ada lagi. Lalu dulu juga ada para bakul yang beli di supermarket nanti dijual dengan harga tinggi," tuturnya.

Baca juga: Disperindag Sleman Akan Kawal Secara Berkala Distribusi Minyak Goreng Curah 

Minyak Goreng Kemasan di Pasar Beringharjo Rp 25 ribu, Migor Curah Kosong

Harga minyak goreng kemasan di Pasar Beringharjo masih tinggi.

Setelah harga eceran tertinggi (HET) dicabut, harga minyak goreng justru lebih tinggi dari sebelumnya.

Penjual minyak goreng di Pasar Beringharjo, Surati (60) mengatakan harga minyak goreng kemasan saat ini mencapai Rp 25 ribu per liternya.

Menurut dia, harga saat ini adalah harga tertinggi sepanjang sejarah berjualan.

"Harganya malah lebih tinggi, kemarin dari Rp18ribu, sekarang jadi Rp25ribu. Beberapa merk harganya sama, jadi ya saya tetap beli. Harga Rp25ribu ini harga termahal sih, saya jualan minyak sudah 50 tahun, belum pernah harganya di atas Rp20ribu,"katanya, Jumat (18/03/2022).

Meski HET sudah dicabut, namun ketersediaan minyak goreng masih langka.

Ia masih kesulitan memenuhi tingginya pembelian. 

"Ini saya dibeliin sama anak saya, ya nempil juga. Kemarin ada dari Sanco datang, tapi sampai sekarang ya belum dikirim. Masih susah sekarang,"lanjutnya. 

Tak hanya minyak goreng kemasan, stok minyak goreng curah juga sulit.

Sudah dua pekan ia tidak menjual minyak goreng curah. 

Hal yang sama juga dirasakan oleh Ponirah (53).

Hari ini ia hanya mendapat dua jerigen minyak goreng curah dan sudah habis terjual. 

Ia pun kesulitan mencari stok minyak goreng curah. 

"Harganya sekarang Rp17ribu, ya memang sudah berbeda dengan harga minyak kemasan. Lha tapi kalau barangnya nggak ada kan sama saja. Ini sudah nggak ada barangnya, kosong, tinggal barco aja,"ujarnya.

Baca juga: Pemkot Yogyakarta Pastikan Ketersediaan Minyak Goreng Aman 

HET Dicabut, Minyak Goreng di Pasaran Yogyakarta Masih Langka, Konsumen Sampai Inden

Stok minyak goreng di Pasar Beringharjo, Kota Yogyakarta masih belum stabil meski di sejumlah toko retail yang ada di Kota Yogyakarta mulai terisi.

Pantauan di lapangan, semenjak Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng dicabut pemerintah dan diperbarui menjadi 24.000, para pedagang kebutuhan pokok di Pasar Beringharjo masih harus menunggu tiga hingga empat hari untuk mendapat kiriman minyak goreng dari distributor.

"Yang dari sales belum datang. Itu yang 1 liter Rp23.500 belum datang lagi, tadi sudah datang tapi sedikit," kata seorang pedagang di Pasar Beringharjo bernama Prawiro ditemui di lokasi, Jumat (18/3/2022).

Dia menjelaskan, Jumat pagi dirinya mendapat 7 karton minyak goreng.

Satu karton berisi 12 liter minyak goreng kemasan.

"Tapi langsung dibeli. Tadi sudah diambil orang-orang. Ini sisa 4 liter buat jualan masakan," jelasnya.

Dia menjelaskan, sudah dua minggu ini ia tidak menjual minyak goreng.

Penyebabnya karena kiriman dari distributor tidak berjalan lancar.

"Dua minggu kemarin kosong. Sudah banyak yang tanya minyak. Tapi kalau saya gak ambil pusing. Kalau ada ya jualan, kalau enggak ya sudah gak apa-apa," terang dia.

Pedagang lain di Pasar Sentul bernama Siti Nuriri Hasanah menyebut, pekan ini dirinya sempat mendapatkan minyak goreng kemasan bersubsidi dari pemerintah.

Dalam waktu singkat ludes terjual dengan banderol Rp14.000 per liter.

Tak berselang lama, harga minyak naik signifikan dengan diikuti stok yang langka di tingkat distributor. 

"Distributor yang biasa jual ke saya bilang stok habis, jadi saya ambil dari yang lain. Tadi baru beli minyak goreng curah satu jeriken 18 liter seharga Rp300.000," katanya.

Dia mesti merogoh kocek lebih dalam meski pemerintah telah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng curah seharga Rp14.000 per liternya.

Pembeliannya pun dibatasi oleh distributor dengan maksimal sebanyak lima jeriken per pedagang. 

Dengan harga Rp300.000 per 18 liter, harga yang dibayar untuk satu liter minyak goreng curah adalah senilai Rp16.500 lebih. 

"Stok minyaknya aman cuman pas waktu Presiden Jokowi sidak saja yang beberapa hari lalu. Sekarang ya langka lagi. Dulu kalau dengan distributor yang lama saya beli Rp264.000 per 18 liter. Jadi jualnya Rp16.000 per liter. Kalau sekarang saya jual Rp18.000 per liter," ungkap Siti. 

Sementara seorang konsumen, bernama Mulyono mengatakan, fenomena kelangkaan minyak goreng di pasaran membuat konsumen mengubah strategi saat membeli komoditas itu kepada pedagang.

Mereka rela memesan minyak goreng jauh hari sebelumnya ke pedagang langganan untuk memastikan komoditas tersedia saat dibutuhkan. 

"Karena kan kondisinya sudah beda dengan waktu dulu sebelum langka. Jadi mau tidak mau harus pesan dulu, dihubungi penjualnya supaya tidak terlanjur habis," katanya.

Warga Gunungketur, Pakualaman ini mengaku sudah punya pedagang langganan di pasar itu. 

Ia sewaktu-waktu menghubungi pedagang langganan dan memesan minyak goreng sesuai kebutuhan. 

Menurutnya, persoalan minyak goreng yang berlarut-larut tak kunjung selesai ini membuat warga kelimpungan. 

"Bukan hanya masalah ketersediaan, tapi harga juga naik tidak karuan. Sekarang saya beli minyak goreng curah Rp18.000 satu liter, kalau mau beli yang kemasan ya jujur belum sanggup karena harganya yang mahal," jelas Mulyono. 

Baca juga: Harga Minyak Goreng di DI Yogyakarta Tembus Rp 27 Ribu Per Liter Pasca Pencabutan HET Rp 14 Ribu

Stok Minyak Goreng Curah di Gudang Distributor di Sleman Sudah 3 Hari Kosong 

Stok minyak goreng curah di gudang distributor di Kabupaten Sleman sudah tiga hari mengalami kekosongan.

Padahal, gudang distributor di Banyuraden, Gamping ini menjadi pemasok penting kebutuhan minyak goreng curah ke Sleman, Bantul dan kota Yogyakarta

"Kosong sejak Rabu (16/3) siang sampai sekarang kosong," kata Suwandi, pemilik CV Yunda Utama, distributor khusus minyak curah di Kabupaten Sleman, Jumat (18/3/2022). 

Suwandi mengungkapkan, gudang distributor miliknya sudah beroperasi sejak tahun 2000-an.

Selama 23 tahun menjalankan usaha, baru kali ini mengalami "gonjang-ganjing" minyak goreng curah yang paling parah. Bahkan, dirinya kesulitan mencari barang dari supplier.

Biasanya, kata dia, gudang miliknya mendapat kiriman minyak goreng curah dari supplier di Semarang.

Namun, stoknya habis. Akhirnya pada Selasa (15/3) lalu, sempat mendapat kiriman barang dari Surabaya sebanyak 20.7 ton. 

Jumlah sebanyak itu langsung habis dalam waktu satu setengah hari.

Pelanggannya 80 persen adalah pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Seperti pedagang gorengan, keripik hingga pecel lele.

Menurutnya, kiriman pada hari Selasa kemarin dijual dengan harga Rp 11.500 per liter.

Namun, harga langsung berubah drastis pada Rabu (16/3) malam setelah Pemerintah pusat mengumumkan harga eceran tertinggi (HET) untuk minyak goreng curah di angka Rp 14.000/ liter. 

Suwandi yang saat itu masih ada stok 7 ton, kemudian menjualnya dengan harga Rp 14.000. Hingga saat ini belum menerima kiriman lagi. 

"Rabu siang sudah kosong. Hari Kamis - Jumat kami tutup. Besok Sabtu - Minggu juga tutup, karena kami belum dapat kiriman. Kemungkinan, ada lagi hari Senin (21/3). Infonya, sejak kemarin masih rapat untuk membahas perubahan harga itu," kata dia. 

Lebih lanjut Suwandi mengungkapkan, kiriman minyak goreng curah di Sleman ini mulai seret sejak awal Februari lalu.

Biasanya, dalam seminggu dirinya bisa mendapat kiriman minyak goreng curah dari supplier hingga 6 tangki.

Satu tangki berisi 20.700 kg.

 Dari jumlah kiriman tersebut, dalam sehari mampu mendistribusikan 10 -15 ton.

 Tetapi sejak awal Februari itu kiriman dari supplier mulai berkurang hingga 60 persen.  

"Biasanya seminggu dapat 6 tangki. Ini cuman dapat 2 maskimal 3. Kadang kadang malah 1 tangki," kata dia. 

Sementara itu, Kapolres Sleman AKBP Achmad Imam Rifa'i yang langsung melakukan pemeriksaan di gudang distributor minyak goreng curah bersama Satgas Pangan Polres Sleman dan Disperindag Kabupaten Sleman menyampaikan, pihaknya akan mencoba melakukan evaluasi terkait berkurangnya jumlah pasokan kiriman minyak goreng curah dari tingkat supplier ke distributor. 

"Kita akan coba pilah di mana letak sumbatan itu, sehingga dapat mengupayakan untuk memperlancar alur distribusi minyak goreng," kata Imam. Ia juga berpesan kepada distributor apabila mendapat kiriman barang segera langsung distribusikan agar ketersediaan di masyarakat tetap terjaga.

Baca juga: Stok Minyak Goreng Curah di Gudang Distributor Sleman Sudah 3 Hari Kosong 

Harga Minyak Goreng Melejit, Pedagang Angkringan di Yogyakarta Menjerit 

Banderol minyak goreng kemasan di Kota Yogyakarta mulai melejit, pasca pencabutan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp14 ribu oleh pemerintah pusat.

Fenomena tersebut, jelas membuat para pedagang angkringan yang marak di kota pelajar, mengeluh keberatan. 

Seorang pedagang angkringan yang sehari-harinya berjualan di sekitar Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, Desi Melisawati mengatakan, minyak goreng menjadi kebutuhan pokok baginya.

Sebab, aneka ragam gorengan merupakan menu wajib yang harus tersedia di angkringan. 

"Harapannya harga bisa segera turun lah. Kita pedagang angkringan kan bingung kalau seperti ini, mau menaikkan harga, ngga enak sama pelanggan," katanya, Jumat (18/3/2022). 

Karena itu, Desi pun memilih mengambil risiko keuntungan dari sektor gorengan turun, dibanding harus menaikkan harga jualnya pada konsumen.

Menurutnya, langkah seperti itu sudah paling tepat di tengah kondisi saat ini, sembari menanti kebijakan lanjutan dari pemerintah pusat. 

"Kalau harga minyak goreng tinggi terus ya kita jelas sangat keberatan, karena yang pokok dari gorengan itu minyaknya. Sekarang saya masih jual Rp2 ribu untuk tiga gorengan, jadi keuntungannya jelas menurun," keluhnya. 

Dijelaskannya, untuk mendapat minyak goreng di pasaran pun saat ini cenderung masih sulit.

Padahal, harganya sudah melambung jauh dibanding beberapa hari lalu, sebalum HET Rp14 ribu dicabut.

Bahkan, untuk memperoleh minyak goreng, ia sampai harus mendatangi rumah pedagang. 

"Terakhir saya beli kemarin malam sampai harus ke rumah pedagangnya, dapat harga Rp17.500 per liter. Sudah cek ke minimarket juga, tapi harganya sampai Rp20 ribu lebih. Mahal, tapi tetap harus beli kan," terangnya. 

Sementara itu, pedagang angkringan lainnya, Radhipta, memiliki strategi beda untuk mengantisipasi lonjakan harga minyak goreng.

Ia memutuskan untuk menaikkan banderol berbagai jenis gorengan yang dijualnya, supaya keuntungan dan pemasukannya bisa tetap terjaga. 

"Kemarin waktu harga minyak goreng masih normal, itu jualannya di Rp500, atau Rp2.000 tiga. Tapi, sekarang, kita jualnya minimal Rp1.000, karena kenaikan harga minyak goreng jelas berpengaruh banget," katanya. 

"Tapi, kita jualannya tetap ajeg (stabil), sehari sekitar 50 gorengan, dan alhamdulillah masih laris meski harganya sedikit naik. Hanya saja, kita berharap harganya bisa segera turun, jangan terlalu tinggi," imbuh Radhipta. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved