Pengawal Jenderal Soedirman Mayor (Purn) Dr Abu Arifin Berpulang
Abu Arifin yang ikut berjuang melawan penjajah hingga mengawal Jenderal Soedirman saat perang gerilya
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, PURBALINGGA - Mantan Ajudan II Panglima Besar Jenderal Soedirman Mayor (Purn) Dr Abu Arifin meninggal dunia setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Nirmala pada Minggu (6/3/2022) dini hari sekitar pukul 01.30 Wib.
Mayor (Purn) Dr Abu Arifin meninggal di usia ke 101 tahun.
Jenazah kemudian dimakamkan di makam keluarga di Klampok, Banjarnegara.
Kabar meninggalnya Mayor (Purn) Dr Abu Arifin disampaikan oleh putri almarhum, Bestari, warga Desa Dawuhan Kecamatan Padamara, Purbalingga..
Bestari mengatakan, ayahnya meninggal di Rumah Sakit Nirmala pada Minggu (6/3/2022) lalu pukul 01.30 Wib.
"Meninggal di RS Nirmala, " kata Bestari, putri almarhum Mayor (purn) Dr Abu Arifin, Kamis (10/3/2022).
Bestari mengatakan, ayahnya meninggal karena faktor usia yang lanjut.
Fisik pria itu juga sudah lemah.
Terakhir, mata kiri Abu Arifin sakit dan harus diperban.
Tapi secara umum, kondisi kesehatannya stabil.
"Tidak ada keluhan apa-apa. Cuma fisik sudah lemah, " katanya.
Baca juga: Polemik Nama Soeharto Tidak Ada di Keppres Serangan Umum 1 Maret 1949 Hingga Penjelasan Pemerintah
Abu Arifin yang ikut berjuang melawan penjajah hingga mengawal Jenderal Soedirman saat perang gerilya ternyata dimakamkan secara biasa.
Tidak terlihat ada protokol kenegaraan pada prosesi pemakamannya, atau pemakaman militer seperti pemakaman prajurit berjasa pada umumnya.
Jenazahnya dimakamkan di makam keluarga di Klampok, Banjarnegara.
"Dimakamkan di makam keluarga di Klampok," katanya.
Abu Arifin adalah pejuang atau pengawal Jenderal Soedirman yang masih tersisa.
Teman-temannya seperjuangan rata-rata sudah meninggal.
Baik karena gugur di medan perang atau meninggal saat negara ini telah menikmati kemerdekaan.
Sebut saja Letjen TNI (Purn) Soepardjo Rustam serta mantan Gubernur DKI Jakarta Letjen TNI (Purn) Tjoktopranolo.
Ketiganya adalah teman seperjuangan dalam mengawal kemerdekaan Republik Indonesia.
Mereka menjadi pengawal setia Panglima Jenderal Soedirman yang terlibat dalam perang gerilya saat Agresi Belanda II meletus, pada 1948. (*)