Berita Sleman Hari Ini
Desa Wisata Pentingsari di Sleman Tetap Jadi Inspirasi
Sepasang tenda duka masih berdiri di halaman depan sebuah rumah sederhana, di Padukuhan Pentingsari, Sleman, DI Yogyakarta.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Sepasang tenda duka masih berdiri di halaman depan sebuah rumah sederhana, di Padukuhan Pentingsari, Sleman, DI Yogyakarta. Kursi berbaris dan sebagian telah dirapikan.
Desa asri di kawasan lereng gunung Merapi itu berduka. Doto Yogantoro, generasi pengembang yang mencerabut sekaligus membawa nama Desa Wisata Pentingsari (Dewi Peri) terkenal ke seluruh pelosok Negeri, bahkan dikenal juga hingga mancanegara, berpulang.
Doto, meninggal dunia pada Rabu (2/3/2022), tepat dua hari sebelum dirinya sempat merayakan ulang tahun ke-54. Karangan bunga ucapan belasungkawa terlihat berbaris di sudut rumah.
Satu di antaranya dari Menparekraf, Sandiaga Salahuddin Uno. Di bagian dapur, terdengar samar-samar suara Ibu-ibu sedang memasak untuk tujuh hari kepergian almarhum.
"Nanti malam, tujuh harinya Pak Doto," ujar Ciptaningtyas, Istri almarhum Doto Yogantoro, sembari mengajak Tribun Jogja, duduk di teras rumah, tempo hari.
Pentingsari memang asri. Pepohonan rindang di mana-mana. Desa Wisata di Kalurahan Umbulharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman ini menjadi satu di antara desa wisata unggulan.
Berdiri sejak 15 April 2008 dan sudah mengukir banyak prestasi. Namanya, tersohor tingkat Nasional.
Buktinya, tahun 2010 ditetapkan menjadi desa wisata mandiri dan telah dinobatkan menjadi desa wisata berdaya saing serta bersertifikat keseimbangan.
Di mana, dinilai mampu memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat melalui keberlangsungan budaya dan kelestarian alam.
Baca juga: Asisten Manajer PSS Sleman, M Eksan Hengkang Bukan Karena Faktor Performa Tim Sedang Turun
Doto Yogantoro mulai berkiprah di Pentingsari sejak 2008. Kemudian, pada tahun 2013, Alumni Institut Pertanian Bogor itu dipercaya memimpin untuk menggantikan kepengurusan sebelumnya.
Melalui ide dan kekompakan masyarakat, Desa Wisata Pentingsari berkembang maju dengan pesat. Penghargaan demi penghargaan diraih.
Pada tahun 2019, Pentingsari menyabet Green Destination Award Top 100, Netherland. Dua tahun sebelumnya, menorehkan Juara II Festival Desa Wisata Kabupaten Sleman Kategori Mandiri.
Selanjutnya, Green Bronze Indonesian Sustainable Tourism Award (ISTA) kategori economic benefit di Kementerian Pariwisata. Terbaru, Desa wisata yang melibatkan hampir 130 Kepala Keluarga itu, pada Februari 2022 kembali mendapat penghargaan dari Asean Sustainable Tourism Award (ASTA), di Cambodia.
Di samping itu, Pentingsari juga dikenal menjadi "kampus" bagi daerah lain yang ingin belajar mengelola desa wisata. Sebab, mampu menjadi desa wisata berkelanjutan karena mengadopsi konsep tata kelola yang baik. Yaitu, keterbukaan, transparansi, akuntabilitas, juga fairness dan penuh keadilan.
Semua masyarakat dilibatkan dan mengedepankan inovasi, adaptasi serta kolaborasi. Kiprahnya itu, diganjar oleh Kemenparekraf menjadi Desa Wisata Mandiri Inspiratif dalam Ajang Anugerah Desa Wisata tahun 2021.
Bu Ning, panggilan Ciptaningtyas, mengungkapkan, semasa hidup suaminya memang totalitas dalam menampung semua ide dari masyarakat.
Kemudian mengatur, mendukung, mengelola sekaligus mempromosikan desa wisata. Doto sering diminta menjadi pembicara dimana mana. Bahkan, bersama teman-temannya pada tahun 2019 mendirikan Desa Wisata Institut, sebuah lembaga pendampingan dan pelatihan SDM desa wisata. Tetapi sejak enam bulan terakhir, -sebelum meninggal--, sudah mulai intens regenerasi kepemimpinan kepada generasi penerus terutama anak-anak muda di Pentingsari.
"Kalau dulu kan Bapak tidak bisa lepas. Dia sudah intens enam bulan ini, Ayo regenerasi, agar Pentingsari tetap jadi inspirasi, tetap berjalan walau tanpa ada Pak Doto," ujar dia.
Pentingsari seperti desa pada umumnya di Indonesia. Bahkan, tidak memiliki objek wisata. Namun, yang membuat Pentingsari terasa begitu istimewa untuk dikunjungi adalah kehidupan masyarakat desa-nya. Masyarakat desa yang hidup begitu jujur dan sederhana.
Tidak membuat ataupun merekayasa apapun. Pentingsari dikenal luas dengan konsep "Live-in". Wisatawan yang berkunjung diajak menikmati kehangatan suasana desa dan membersamai tinggal dengan warga setempat sebagai induk semang.
"Bagaimana cara makan sederhana, cara membajak sawah, menanam padi. Jadi kita mulai membuat paket wisata yang memang menjual potensi yang ada. Tidak membuat ataupun merekayasa apa-apa. Kita live-in. Itu yang kami tawarkan ke wisatawan. Kehidupan ala desa," kata dia.
Berkeliling di Pentingsari begitu sejuk dan menenangkan. Pohon-pohon berdiri rindang. Ada sejumlah spot untuk bersantai, seperti "omahe simbhok".
Kemudian tempat duduk di pinggiran kolam ikan. Terdapat pula aula untuk berkesenian dan pendopo. Di sisi selatan ada camping ground yang biasa dimanfaatkan untuk kegiatan wisatawan.
Tidak perlu takut kemalaman. Rumah - rumah warga bisa menjadi homestay. Masyarakat di sana sangat ramah. Sugeng,--satu di antara warga Pentingsari,-- langsung tersenyum dan menyapa hangat ketika saya memasuki halaman rumahnya. Ia langsung mempersilakan saya duduk di teras.
"Monggo, ada yang bisa saya bantu. Mau tanya apapun, boleh," kata dia, mengawali percakapan.
Sugeng bercerita, masyarakat Pentingsari umumnya adalah orang-orang desa yang hidup sederhana dan apa adanya. Meskipun, ada beberapa orang yang menjadi Pegawai namun mayoritas adalah bertani.
Awalnya, kata dia, sejak didirikan tahun 2008, pengelolaan Desa Wisata hanya sambilan, artinya bukan mata pencaharian utama penduduk. Saat masih menjadi embrio itu, akhir tahun 2009 ada tamu datang untuk berkegiatan alam dan menginap di rumah penduduk.
"Setelah itu, warga mulai berjuang dengan segala lini. Mulai dari pemerintah, swasta, perguruan tinggi. Semula promosi pakai brosur. Tapi ternyata tidak efisien. Karena brosur seperti bungkus kacang. Setelah dibaca dibuang," kenang dia.
Berjalan waktu, masyarakat Pentingsari mulai menyadari bahwa daya tarik sebuah desa wisata bukan karena masifnya promosi.
Tapi kuncinya, ada pada bagaimana cara melayani tamu. Prinsip yang dipegang adalah tidak boleh membedakan asal daerah dan agama.
Semua tamu yang datang dilayani dengan baik, maka akan mendatangkan tamu lainnya. Konsep itu yang kini terus diterapkan.
Sugeng, merupakan salah satu pemandu di Pentingsari. Ia mengaku sudah berkiprah sejak di kepengurusan awal berdirinya Desa Wisata, atau sebelum Ketua Wisata dipegang Doto Yogantoro.
Menurut dia, almarhum Doto adalah sosok yang sederhana dan pemikirannya mudah diterima ketika memberikan pengertian kepada masyarakat. Tidak berbelit-belit. Karakternya seperti padi: merunduk.
Baca juga: Kenalan di Facebook dan Mengaku Lajang, Pelaku Pembunuhan di Sungai Bolong Magelang Miliki Dua Pacar
"Walau dia pinter macem-macem, segala hal, tapi dia tidak mau mengakui," kata dia.
Padahal, lanjut dia, Doto pandai dalam pemasaran atau marketing sehingga Desa Wisata Pentingsari akhirnya bisa dikenal luas. Bahkan mendapat beragam penghargaan di mana-mana.
Kini, marketing handal desa wisata itu telah berpulang. Sugeng mengaku kaget dan tidak percaya ketika pertama mendapat kabar tersebut. Baginya, almarhum telah meninggalkan banyak hal di Pentingsari. Terutama dalam pemikiran menuju masa depan desa wisata.
"Harus rela dan berani berkorban. Tidak memikirkan nominal bayaran. Tidak menarik retribusi yang tidak ada juntrung-nya. Pemikiran itu yang jadi warisan dari Pak Doto untuk masyarakat di sini. Sifatnya saling terbuka dan tidak mengekang," jelas dia.
Live In
Pengurus Desa Wisata Pentingsari Bayu Hindra Wijaya mengungkapkan, kepergian almarhum menjadi duka mendalam. Sebab, sosok Doto Yogantoro baginya adalah icon dari Desa Wisata yang sudah berdiri selama 14 tahun tersebut.
Menurut dia, banyak warga desa yang merasa takut selepas kepergian almarhum. Karena beranggapan tidak ada lagi wisatawan yang mau berkunjung. Namun, Ia bersama pengurus lainnya meyakinkan bahwa Desa Wisata Pentingsari akan terus berjalan.
"Kami sekarang akan terus berusaha berproses mulai dari nol," kata dia.
Selepas kepergian almarhum Doto, Desa Wisata sempat vakum selama 7 hari. Kini, mulai beroperasi kembali. Kunjungan juga mulai berdatangan. Ada sejumlah paket wisata yang ditawarkan di Pentingsari, terutama paket live in. Paket ini dijual dalam bentuk pengalaman. Di mana wisatawan akan diajak merasakan pengalaman hidup dan tinggal di desa. (Rif)