Perang Rusia-Ukraina: 2 Juta Warga Mengungsi, Presiden Ukraina: Saya Tidak Takut!
Jutaan warga sipil Ukraina mengungsi ketika pertempuran Rusia-Ukraina berlanjut di kota-kota di seluruh negeri, terutama kota-kota utama.
Penulis: Sigit Widya | Editor: Sigit Widya
TRIBUNJOGJA.COM - Sejak perang Rusia-Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu, lebih dari dua juta warga sipil memilih untuk mengungsi, meninggalkan Ukraina.
Jutaan warga sipil Ukraina mengungsi untuk menyelamatkan diri ketika pertempuran Rusia-Ukraina berlanjut di kota-kota di seluruh negeri, terutama kota-kota utama.
Badan pengungsi PBB mengonfirmasi hal tersebut pada Selasa (8/3/2022) pagi waktu setempat, menyoroti krisis kemanusiaan paling akut sejak Perang Dunia Kedua.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyatakan tidak memiliki rencana untuk meninggalkan negara, apalagi perang melawan Rusia baru masuk minggu kedua.
"Saya tinggal di Kiev. Saya tidak bersembunyi. Saya tidak takut kepada siapa pun selama yang dibutuhkan adalah memenangkan perang ini," tegasnya dilansir NBC News.

Baca juga: Rusia Disebut Beralih Serangan Jarak Jauh, Pidato Pertama Presiden Ukraina: Saya tidak bersembunyi
Dikutip Tribunjogja.com, Selasa (8/3/2022) malam WIB, Rusia dan Ukraina sepakat untuk mengevakuasi warga sipil di Sumy, yang terletak di kawasan timur laut Ukraina.
Pejabat Ukraina mengatakan bahwa proses itu berlangsung setelah terjadi serangan udara mematikan yang dilancarkan oleh pesawat udara Rusia, Senin (7/3/2022) malam.
Kepala HAM PBB, Michelle Bachelet, meminta kepada warga sipil yang terjebak dalam peperangan Rusia-Ukraina di berbagai untuk mengungsi ke tempat-tempat lebih aman.
"Aktivis pro-Ukraina ditahan, sedangkan orang-orang yang dianggap pro-Rusia dipukuli," katanya dalam pidato kepada Dewan HAM melalui pesan video, mengutip laporan.
Ia menambahkan, kemampuan untuk mengkritik kebijakan publik di Rusia, khususnya invasi ke Ukraina, semakin sempit, terbukti 12.700 orang ditahan saat protes anti-perang.

Baca juga: Mengapa Z Menjadi Simbol Pro-Rusia di Perang Melawan Ukraina?
"Saya tetap prihatin dengan penggunaan undang-undang represif yang menghambat pelaksanaan hak-hak sipil dan politik serta kriminalisasi perilaku non-kekerasan," katanya.
Menurut laporan, sejumlah warga sipil bergegas menuju kereta api evakuasi saat seorang petugas membawa perempuan dan anak-anak di Odessa, pusat pariwisata di Ukraina.
Ukraina mengklaim telah menewaskan lebih dari 11.000 tentara Rusia. Rusia mengonfirmasi sekitar 500 kerugian. Namun, belum ada pihak yang mengungkap korban dari Ukraina.
Kendati dua negara sudah melakukan negosiasi, upaya perdamaian masih gagal terwujud. Bahkan, pasukan Rusia melanggar gencatan senjata untuk hari kedua secara berturut-turut.
Belum lama ini, pasukan Rusia melepaskan tembakan ke wilayah Mariupol berpenduduk 500 ribu jiwa sehingga menghentikan evakuasi warga sipil di kota pelabuhan Ukraina. (*)