Kisah Batu Pembunuh di Jepang yang Mulai Rusak Ditelan Alam

di Jepang ada Batu ini disebut sebagai Sessho-seki atau Batu Pembunuh. Sessho-seki ini diyakini sebagai perubahan dari Tamamo-no-Mae

Penulis: Iwan Al Khasni | Editor: Iwan Al Khasni
note.com
Batu ini disebut sebagai Sessho-seki atau "Batu Pembunuh". Sessho-seki ini diyakini sebagai perubahan dari Tamamo-no-Mae, rubah berekor sembilan yang menyamar sebagai wanita cantik dan terlibat dalam rencana pembunuhan kaisar Jepang pada abad ke-12. 

Kisah-kisah tokoh legenda dalam mitologi tak hanya ada di Indonesia saja. Sejumlah negara pun memiliki kisah yang mirip dengan apa yang kerap ditemui diIndonesia. Di Indonesia misalnya ada kisah asal usul Candi Boko, Prambanan hingga batu Malin Kundang dan banyak lagi lainnya. Di Jepang ada juga kisah serupa tentang batu.

Batu ini disebut sebagai Sessho-seki atau
Batu ini disebut sebagai Sessho-seki atau "Batu Pembunuh". Sessho-seki ini diyakini sebagai perubahan dari Tamamo-no-Mae, rubah berekor sembilan yang menyamar sebagai wanita cantik dan terlibat dalam rencana pembunuhan kaisar Jepang pada abad ke-12. (note.com)

 

Batu ini disebut sebagai Sessho-seki atau "Batu Pembunuh". Sessho-seki pada perjalannya sudah menjadi Landmark atau ciri khas di prefektur (setara provinsi di Indonesia) Tochigi.

Sessho-seki ini diyakini sebagai perubahan dari Tamamo-no-Mae, rubah berekor sembilan yang menyamar sebagai wanita cantik dan terlibat dalam rencana pembunuhan kaisar Jepang pada abad ke-12.

Batu itu diyakini oleh beberapa kalangan bisa membunuh siapa saja yang bersentuhan dengannya.

Masalahnya adalah kini batu itu mulai rusak dan ramai dibicarakan oleh pengguna media sosial di Jepang.

Oleh sebab itu pejabat pemerintah lokal dan nasional Jepang diharapkan untuk bertemu dan memutuskan nasib batu itu.

Media lokal setempat mencatat retakan batu sudah terlihat di batu beberapa tahun yang lalu.

Air hujan yang merembes ke dalam berpotensi melemahkan struktur batu, tulis surat kabar itu.

Asal Usul Sessho-seki

Dilansir dari wikipedia, Tamamo-no-Mae adalah tokoh legendaris dalam mitologi dan cerita rakyat Jepang.

Dalam Otogizoshi, kumpulan prosa Jepang ditulis selama periode Muromachi, Tamamo-no-Mae diceritakan sebagai selir Kaisar Konoe yang bertahta dari tahun 1142
hingga 1155.

Ia dikatakan sebagai wanita paling cantik dan pintar di Jepang.

Tubuh Tamamo-no-Mae secara misterius mengeluarkan wangi harum, dan pakaiannya tidak pernah lusuh atau kotor.

Tamamo-no-Mae tidak hanya cantik, tetapi ia berpengetahuan luas dalam berbagai bidang ilmu.

Walaupun ia terlihat baru berusia dua puluh tahun, tak ada pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya.

Setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya dapat ia jawab, mulai dari mengenai musik hingga agama dan astronomi.

Kecantikan dan kecerdasannya membuat setiap orang di Istana Kekaisaran kagum dengannya. Kaisar Konoe juga sangat mencintainya.

Kaisar Konoe mencurahkan semua cintanya kepada Tamamo-no-Mae hingga pada suatu waktu, kaisar tiba-tiba jatuh sakit secara misterius.

Kaisar berkonsultasi dengan sejumlah besar biksu dan peramal untuk mencari penyebab penyakit yang dideritanya.

Namun tidak ada satu pun dari mereka yang memiliki jawabannya.

Pada akhirnya, seorang peramal bintang bernama Abe no Yasuchika mengatakan kepada kaisar bahwa penyebab penyakitnya adalah Tamamo-no-Mae.

Yasuchika menjelaskan bahwa Tamamo-no-Mae adalah seekor kitsune berekor sembilan yang menjelma menjadi wanita muda lagi cantik.

Majikannya adalah seorang daimyo jahat yang sengaja membuat kaisar sakit agar dapat merebut tahta kaisar. Setelah mengetahui dirinya sedang diincar, Tamamo-
no-Mae menghilang dari istana.

Kaisar memerintahkan panglima perang terkuat waktu itu, Kazusa-no-suke dan Miura-no-suke untuk memburu dan membunuh rubah (kitsune) jadi-jadian itu.

Setelah sempat berhasil menghindar dari para pemburu, kitsune muncul dalam mimpi Miura-no-suke dalam wujud Tamamo-no-Mae yang cantik.

Kitsune tahu bahwa dirinya akan dibunuh oleh Miura-no-suke pada keesokan harinya, dan memohon agar nyawanya diampuni kali itu. Miura-no-suke menolak.

Pagi keesokan harinya, para pemburu menemukan rubah di Dataran Rendah Nasu. Miura-no-suke memanahnya hingga makhluk itu terbunuh.

Tubuh rubah berubah menjadi Batu Pembunuh (Sessho-seki) yang dapat mencabut nyawa siapa pun yang menyentuhnya. Arwah Tamamo-no-Mae berubah wujud menjadi Hoji
dan menghantui batu tersebut.

Menurut legenda, batu di Nasu terus dihantui oleh Hoji hingga diusir oleh seorang biksu bernama Genno. Hoji mengancam Genno ketika biksu itu sedang
beristirahat di dekat Batu Pembunuh.

Genno melakukan ritual pengusir hantu, dan memohon agar Hoji mau diselamatkan. Hoji akhirnya menyerah dan bersumpah tidak akan menghantui batu itu lagi.

Legenda Tamamo-no-Mae dijadikan inspirasi cerita noh Sessho-seki (Batu Pembunuh) dan kabuki berjudul Tamamo-no-Ma. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved