LPG Nonsubsidi Naik, Pertamina Jateng-DIY : Masyarakat Menengah Jangan Beli Gas Subsidi

Setelah harga minyak mengalami kenaikan sejak Februari lalu, kini giliran gas liquified petroloem gas ( LPG ) nonsubsidi ukuran 5,5 kilogram hingga

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
ILUSTRASI LPG Bright Gas 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Setelah harga minyak mengalami kenaikan sejak Februari lalu, kini giliran gas liquified petroloem gas ( LPG ) nonsubsidi ukuran 5,5 kilogram hingga 12 kilogram yang mengalami kenaikan harga.

Dikutip dari laman resmi Pertamina, harga gas LPG di wilayah DIY untuk lokasi filling plant di Bantul dan Sleman, harga jual Bright Gas 5,5 kg Rp 88.000 dan Bright Gas 12 kg Rp 187.000.

Akibat kenaikan harga tersebut, muncul kekhawatiran masyarakat yang semula menggunakan gas LPG nonsubsidi akan beralih ke gas subsidi.

Pihak PT Pertamina pun mengimbau agar masyarakat pengguna gas nonsubsidi tidak beralih ke gas bersubsidi, supaya pasokan gas di DIY tidak mengalami kendala.

Baca juga: Warga Terdampak Tol Yogyakarta-Bawen di Sleman Mulai Membangun Rumah Baru 

"Pertamina mengimbau masyarakat menengah ke atas dan usaha di atas level mikro untuk menggunakan LPG nonsubsidi. Karena LPG subsidi hanya diperuntukkan bagi masyarakat miskin dan usaha mikro," kata Unit Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibilty (CSR) Pertamina MOR IV Brasto Galih Nugroho, Jumat (4/3/2022).

Brasto menegaskan, langkah PT Pertamina untuk mencegah adanya gejolak kenaikan harga gas dengan cara melakukan pengawasan ketepatan sasaran LPG subsidi melalui pemerintah daerah.

Dia menambahkan, secara nasional penggunaan LPG subsidi 3 Kg porsi konsumsinya sekitar 93 persen dari total konsumsi LPG.

Sementara untuk penggunaan LPG nonsubsidi secara nasional hanya sebesar 7 persen dari masyarakat saat ini.

Pihaknya memastikan tidak akan ada kenaikan harga untuk gas LPG subsidi meski tren harga Contract Price Aramco (CPA) yang terus meningkat pada bulan Februari mencapai 775 USD/Metrik Ton (MT) atau lebih tinggi 21 persen dari rata-rata CPA sepanjang tahun 2021.

Serta pengaruh geopolitik yang memanas di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina, Pemerintah dan Pertamina tidak akan menaikkan harga LPG subsidi 3 Kg.

“Jadi meski tren CPA terus meningkat, LPG subsidi 3 Kg tidak mengalami perubahan harga. Harga LPG subsidi 3 Kg tetap mengacu kepada Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat.” jelasnya.

Kenaikan harga gas LPG belum dipastikan akan berlangsung hingga kapan.

Namun yang pasti, pihak Pertamina kini mulai bersiap untuk menghadapi permintaan gas LPG di bulan Ramadan.

Brasto mengatakan, stok gas LPG saat Ramadan maupun Idul Fitri tahun ini tercukupi.

Sebab LPG di Jawa Tengah dan DIY dipasok dari instalasi Pertamina Patra Niaga, yaitu Integrated Terminal Cilacap dan Integrated Terminal Semarang. 

Kemudian dijelaskan, yang termasuk dalam Integrated Terminal Semarang adalah LPG Terminal Opsico Semarang, LPG Terminal Tanjung Mas Semarang, dan LPG Terminal Rembang.

"Pertamina Patra Niaga menjaga ketahanan stok LPG sehingga masyarakat tidak perlu khawatir. Dan untuk Ramadan dan Idul Fitri, nantinya kami akan membentuk Satuan Tugas (Satgas) BBM dan LPG Ramadan dan Idul Fitri untuk memonitor stok dan penyaluran LPG," tegasnya.

Berdasarkan data Pertamina, rata-rata penyaluran harian LPG ukuran 3 kg di DIY untuk Januari-Februari 2022 mencapai 416 metric ton (MT).

Jumlah tersebut bisa saja berubah-ubah teegantung kebutuhan masyarakat.

Terpisah, Kenaikan harga gas LPG itu sudah dirasakan oleh ibu rumah tangga bernama Desi Caesaria yang minggu lalu merasa kaget sebab harga gas ukuran 5,5 Kilogram tidak seperti biasanya.

"Minggu lalu gas saya habis. Pas isi ulang kok harganya sudah Rp80 ribuan lebih. Padahal Desember kemarin masih Rp70 an ribu," katanya, saat diwawancara Jumat (4/3/2022).

Baca juga: Cek Harga Terbaru Motor Honda Supra X 125, Kini Hadir Makin Berkelas

Desi memilih menggunakan tabung gas ukuran 5,5 kilogram lantaran dinilai lebih hemat dan aman.

Dengan adanya kenaikan harga gas isi ulang tersebut, ia merasa keberatan sebab kini dirinya harus merogoh kocek lebih dalam untuk memenuhi kebutuhan gas LPG.

"Jelas keberatan, soalnya kenaikannya kok tinggi," ujarnya.

Meski begitu, dia mengaku tidak akan membeli tabung gas ukuran 3 kilogram atau gas subsidi untuk keperluan masaknya.

"Saya tetap pakai yang ukuran 5,5 kilogram, ya asal barangnya ada gak apa-apa. Yang susah itu kalau harganya mahal tapi barangnya susah. Kalau harga naik ya bisa disiasati," pungkasnya. (hda)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved