Berita Gunungkidul Hari Ini
Harga Kedelai Impor Melambung, Produsen Tempe Gunungkidul Sebut Hanya Mampu Bertahan 2 Bulan
Selain minyak goreng kemasan, masyarakat Gunungkidul kini dihadapkan dengan mahalnya harga kedelai impor. Usaha produksi pembuatan tempe
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Selain minyak goreng kemasan, masyarakat Gunungkidul kini dihadapkan dengan mahalnya harga kedelai impor.
Usaha produksi pembuatan tempe dan tahu pun terancam mandek karena kondisi tersebut.
Agung Kristianto, pemilik usaha Tempe Kang Bonny di Kalurahan Hargomulyo, Gedangsari mengatakan saat ini produksi masih berjalan. Namun ia memperkirakan tidak akan lama.
"Kemungkinan hanya akan bertahan 2 bulan dengan kondisi sekarang, setelahnya tidak tahu harus bagaimana," kata Agung dihubungi pada Senin (21/02/2022).
Baca juga: Menteri BUMN Erick Thohir Temui Sri Sultan HB X, Raja Keraton Yogyakarta Tersebut Khawatirkan Ini
Menurutnya, produksi tempe saat ini nyaris tidak ada keuntungan.
Sebab harga tempe per papan ia jual di harga Rp 12 ribu, sedangkan harga kedelai impor sendiri sekarang di kisaran Rp 11 ribu per kilogram (kg).
Satu-satunya cara yang dilakukan saat ini mengurangi ukuran tempe.
Sebab Agung mengaku tidak ingin mengecewakan pelanggan tetapnya, sedangkan untuk menaikkan harga dirasa mustahil karena tetap tidak akan ada keuntungan.
"Sebisa mungkin kami pakai kedelai murni, paling ukuran panjangnya yang dikurangi," jelasnya.
Terpisah, Pengrajin Tahu di Pedukuhan Sumbermulyo, Kalurahan Kepek, Wonosari, Nanang Santoso mengungkapkan bahwa ia sempat berhenti berproduksi pada 11 hingga 13 Februari lalu.
Keputusan tersebut diambil dengan harapan harga bisa stabil.
Adapun saat ini proses produksi kembali dilakukan.
Namun karena harga kedelai impor masih tinggi, maka konsekuensinya harga tahu yang dibuat juga ikut naik, dengan selisih Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu dari harga sebelumnya.
"Kenaikan ini juga sudah disepakati bersama pengrajin tahu lain," ungkap Nanang.
Baca juga: Minyak Goreng di Kota Magelang Langka, Disperindag Akan Gelar Operasi Pasar
Kepala Seksi Distribusi, Bidang Perdagangan, Dinas Perdagangan Gunungkidul, Sigit Haryanto tak menampik bahwa mogok produksi sempat terjadi.
Bahkan saat itu yang terap berproduksi hanya sekitar satu-dua pengrajin tahu.
Menurutnya, pihaknya kini hanya bisa bergantung bagaimana kebijakan dari pusat.
Pasalnya, naiknya harga kedelai impor saat ini merupakan situasi tingkat global.
"Kami saat ini hanya bisa memantau dan melaporkan ke pusat sebagai bahan penentu kebijakannya," ujar Sigit.(alx)