Pandemi Covid 19

UPDATE Kasus Covid di DIY : Para Pasien Pilih Isoman, Puluhan Pelajar di Bantul Positif

Kasus Covid-19 di DIY cenderung meningkat beberapa hari terakhir. Namun situasi Covid-19 saat ini tidak terlihat mencekam dibanding kasus varian Delta

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Mona Kriesdinar
Tribunjogja/ Ahmad Syarifudin
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bantul, Isdarmoko. 

Tribunjogja.com - Kasus Covid-19 di DIY cenderung meningkat beberapa hari terakhir. Namun situasi Covid-19 saat ini tidak terlihat mencekam seperti halnya ketika muncul kasus varian Delta tengah tahun lalu.

Mayoritas warga yang terpapar Covid-19 kini lebih memilih untuk menjalani isolasi mandiri (isoman) daripada harus mendatangi lokasi Tempat isolasi terpadu (isoter) yang disediakan pemerintah.

Salah satu pasien Covid-19 bernama Luluk mengatakan, dia dinyatakan positif Covid-19 sejak 6 Februari lalu setelah melakukan tes swab.

Saat dinyatakan positif Covid-19, Luluk sempat menitikkan air mata karena merasa bingung bagaimana mengurus dua anaknya.

Dia menceritakan, gejala awal yang dirasakan Luluk yakni tubuh bergejala seperti masuk angin, teggorokan gatal, dan badan pegal-pegal.

Kondisi itu dirasakan seminggu setelah dirinya mendapat vaksin booster, tepatnya pada 31 Januari 2022.

“Suami juga merasa gregesi (tidak enak badan) lalu cek ke dokter hasilnya negatif,” ungkapnya.

Sementara Luluk merasakan tenggorokan gatal selama dua hari.

“Mulai 6 Februari aku cek ke PMI. Hasilnya positif, terus aku tanya apakah harus ke rumah sakit atau puskesmas biar dapat obat. Petugasnya jawab cukup isoman di rumah saja,” jelasnya.

Selama proses isoman, Luluk menyediakan obat-obatan dan vitamin untuk menunjang kesehatannya.

Tanpa harus mengunjungi rumah sakit ataupun peskesmas, kesehatan Luluk berangsur membaik. Dua anaknya yang tinggal satu rumah kala isoman juga semuanya negatif saat dites Senin (14/2) kemarin.

Meski tergolong gejala ringan, namun ia bercerita setiap malam memasuki pukul 20.00 WIB tubuhnya dipastikan menggigil.

“Alhamdulillah pas hari Jumat kemarin udah enakan, dan Senin kemarin aku tes bersama dua anakku hasilnya semua negatif,” terang perempuan yang bekerja sebagai penyiar radio ini.

Seorang lainnya yang memilih isoman lainnya bernama Subarkah menjelaskan, ia juga sempat dinyatakan psoitif Covid-19 belum lama ini. Dirinya memilih isoman lantaran ada beberapa anggota keluarga yang mengawasi.

“Lebih nyaman isolasi di rumah, karena ada anggota keluarga yang mengawasi, meski tidak bertatap muka,” katanya, melalui pesan singkat.

Gejala yang dialami Subarkah hampir mirip dengan apa yang dirasakan Luluk, yakni tenggorokan gatal dan badan pegal-pegal. “Terus saya periksa ke puskesmas, ternyata positif hasilnya. Ya, sudah saya pilih isoman saja,” tutup warga Kalasan, Sleman ini.

Kasus di sekolah

Puluhan warga sekolah di Bantul dari jenjang SD dan SMP terkonfirmasi positif Covid-19.

Dengan demikian, beberapa sekolah harus menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sebagai antisipasi agar virus corona tidak menyebar.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Bantul, Isdarmoko, mendata per 14 Februari terdapat 31 orang dari jenjang SD yang terkonfirmasi positif.

Dengan rincian siswa 19 orang, guru 11 orang, dan satu orang tenaga pendidik. Mereka berasal dari berbagai sekolah.

Sedangkan dari jenjang SMP data pada 13 Februari, terdapat 48 kasus positif Covid-19, dengan rincian siswa sebanyak 36 orang, 11 guru, dan seorang staf.

Isdarmoko menyatakan, sebagai tindak lanjut adanya warga sekolah yang positif Covid-19, pihaknya langsung melakukan pelacakan melalui puskesmas di masing-masing kapanewon. Sekolah yang terdapat siswa atau guru positif Covid-19 langsung dilakukan penyemprotan desinfektan.

"Jika ada anak di satu kelas yang kedapatan positif Covid-19, proses belajar mengajar dilakukan secara daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ)," katanya menjelaskan, Selasa (15/2).

Namun demikian jika terdapat lebih dari satu kelas yang terpapar Covid-19, maka satu sekolah akan menerapkan PJJ.

Isdarmoko mengatakan, hampir semua kasus Covid-19 yang terjadi di SD dan SMP di Bantul bemula karena tertular dari anggota keluarga.

Di sisi lain dia menyatakan, selama PPKM level 3, semua sekolah harus melaksanakan kegiatan belajar mengajar maksimal 50 persen dari total kapasitas siswa. Kecuali jika ada yang terkonfirmasi positif, maka metode belajar menjadi jarak jauh.

Adapun salah satu SD yang siswanya terpapar Covid-19 adalah SD Bantul Timur. Kepala SD Bantul Timur, Wening Nurdiah, menyatakan bahwa ada satu siswa di kelas IVA yang terpapar Covid-19.

Ia memastikan satu siswa yang positif tersebut tertular dari anggota keluarganya.

Wening menceritakan, satu siswa kelas IVA yang positif tersebut sebenarnya sudah tidak masuk sekolah atau melakukan isolasi mandiri sejak Senin sampai Sabtu pekan lalu.

Sebab, sebelumnya ibu dan kakaknya sudah terkonfirmasi positif Covid-19. Kemudian siswa tersebut dilakukan tes swab karena bergejala batuk dan hasilnya dipastikan positif pada Sabtu lalu.

Setelah diketahui positif Covid-19 pihaknya langsung melakukan pelacakan untuk semua siswa kelas IVA sebanyak 30 orang pada Senin lalu. "Semuanya 30 orang dilakukan (tes) swab, tapi hasilnya saya belum dapat informasi,” ungkapnya.

Meski sejauh ini hanya terdapat satu siswa yang terpapar Covid-19, pihaknya menerapkan PJJ untuk satu sekolah. "Semua pembelajaran daring satu sekolah mulai Senin kemarin sampai Sabtu mendatang,” tandasnya. (hda/nto)

Baca Tribun Jogja edisi Rabu 16 Februari 2022 halaman 01

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved