Berita Klaten Hari Ini

Menelusuri Jejak Pabrik Gula Karanganom di Klaten, Pernah Jaya pada 1840 hingga 1930

Keberadaan Pabrik Gula Karanganom di Desa Karangan, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten , Jawa Tengah bukanlah isapan jempol belaka.

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa / KITLV 1920
Penampakan utuh dugaan bangunan Pabrik Gula Karanganom yang memiliki 4 cerobong asap di Desa Karangan, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Almurfi Syofyan

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Keberadaan Pabrik Gula Karanganom di Desa Karangan, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten , Jawa Tengah bukanlah isapan jempol belaka.

Pabrik gula tersebut diperkirakan pernah eksis pada tahun 1840 hingga 1930 masehi dan menjadi satu di antara pabrik gula dengan bangunan terbesar di Kabupaten Klaten .

"Di sini pernah berdiri sebuah pabrik gula, itu pasti. Pabrik gula ini secara fisik bangunannya itu terbesar dari pabrik gula lain yang ada di Klaten," ujar Pegiat Pelestari Cagar Budaya Klaten , Hari Wahyudi pada Tribunjogja.com saat mengecek keberadaan pabrik itu, Kamis (10/2/2022).

Menurut Hari, Pabrik Gula Karanganom tersebut memiliki 9 bangunan yang terdiri dari 1 bangunan pabrik utama dan 8 bangunan pendukung.

Bangunan utama dari pabrik tersebut memiliki 4 cerobong asap setinggi sekitar 30 meter.

Baca juga: Melihat Jejak Pabrik Gula Karanganom Peninggalan Masa Hindia Belanda

Dengan banyaknya cerobong asap pabrik itu, juga menandakan produksi dari pabrik ini juga cukup besar pada masanya.

"Sebab kalau pabrik itu punya cerobong asap 1 dan 2 ya wajar tapi di sini ada 4. Jadi di sini termasuk pabrik gula yang modern dan besar pada zaman itu," papar Hari.

"Dibuktikan juga dengan banyaknya pemukiman warga Tionghoa dan ada juga makam warga Tionghoa di sekitar sini," lanjutnya.

Kemudian, di sekitar Desa Karangan itu juga ada pemakaman orang Belanda dan termasuk pemakaman Belanda yang cukup besar di wilayah Klaten pinggiran karena ada lebih dari 20 makam orang Belanda yang ditemukan.

Namun, untuk wilayah Klaten makam orang Belanda yang terbanyak ada di tengah kota Klaten di daerah Bareng.

"Berarti bisa disimpulkan Belanda nyaman tinggal di sini dulu hingga membuat pabrik gula Karanganom. Jadi di sini mungkin dulunya masuk kawasan metropolitan," urainya.

Hari juga memperkirakan jika pemilik Pabrik Gula Karanganom masih memiliki hubungan kekerabatan dengan pemilik Pabrik Gula Gedaren di Kecamatan Jatinom.

Hal itu dikatakan Hari, lantaran adanya bukti-bukti yang menyebut keluarga Pabrik Gula Gedaren Jatinom yang lahir dan meninggal di Pabrik Gula Karanganom .

Baca juga: Jejak Pabrik Gula Karanganom Peninggalan Masa Hindia Belanda

"Asumsi saya, sini masih satu keluarga dengan pemilik pabrik gula Gedaren di Jatinom karena ada sebagian pemilik pabrik gula di sini lahir di pabrik gula Gedaren dan meninggal di sana begitu sebaliknya," ulasnya.

Ia menyebut, jika Pabrik Gula Karanganom diperkirakan berdiri tahun 1840-an dan aktif berproduksi hingga tahun 1930.

"Kalau warga Belanda yang terakhir meninggal di sini tahun 1925, tapi 1930 informasinya masih ada aktivitas pabrik namun tidak bertahan lama karena kena krisis malaise atau krisis ekonomi dunia hingga pabrik sini mati," ucapnya.

Sebagaimana diketahui, krisis malaise mengguncang perekonomian dunia selama rentang waktu 10 tahun mulai 1929 hingga 1939.

Selain itu, Hari juga menyebut sistem pendinginan mesin Pabrik Gula Karanganom juga cukup modern pada masanya sebab juga ditemukan saluran air yang mengarah ke dalam bekas bangunan pabrik berada.

"Di sini ada saluran air di bawah pabrik untuk sistem pendingin mesin, sebab dulu mesin itu didinginkan dengan menggunakan air yang dialirkan ke dalam pabrik, sampai kini jalurnya masih ada," ulasnya.

Sementara itu, dari pantauan Tribunjogja.com , Kamis (10/2/2022) sekitar pukul 13.30 WIB, di Desa Karangan, secara fisik, keberadaan Pabrik Gula Karanganom tersebut memang sudah hampir punah ditelan zaman.

Tak ada bangunan pabrik yang masih berdiri layaknya Pabrik Gula Gondang yang berada di pinggir jalan Yogyakarta-Solo di Kecamatan Jogonalan atau Pabrik Gula Ceper di Jalan Karangwuni-Pedan di Kecamatan Ceper.

Baca juga: Melihat Jejak Manis Pabrik Gula Karanganom Peninggalan Hindia Belanda di Klaten

Bangunan pabrik yang diyakini berada di Dukuh Tanjunganom, Desa Karangan itu sudah berevolusi menjadi pemukiman warga.

Banyak bangunan-bangunan semi modern yang berdiri di tengah kampung tersebut.

Meski demikian, sisa-sisa bangunan seperti pagar bangunan pabrik dan pondasi cerobong asap dari gedung utama pabrik tersebut masih terlihat jelas.

Pondasi dari cerobong asap itu memiliki tinggi sekitar 5 meter dengan lebar sekitar 7 meter dan panjang pondasi sekitar 10 meter.

Jejak keberadaan pabrik gula lainnya seperti saluran air bawah tanah menuju pabrik dan bangunan bekas kantor pejabat pabrik yang juga sudah disulap menjadi perkampungan juga masih terlihat.

Menuju ke arah utara, berdiri sebuah lapangan tenis yang lantainya merupakan peninggalan asli dari Belanda.

Di luar lapangan tenis, terdapat pondasi pagar pabrik yang sudah hampir rata dengan badan jalan beraspal.

"Lapangan tenis ini dibuat setelah zaman Belanda, tapi ini lantainya merupakan lantai bangunan loji Belanda dan masih kokoh," ucap Kepala Desa Karangan, Gunarto saat ditemui di desa itu.

Baca juga: Cerita Pabrik Gula Karanganom Pernah Jadi yang Terbesar di Klaten (2-Habis)

Ia mengatakan, selaku pemerintah desa, pihaknya berusaha untuk menuliskan jejak sejarah Pabrik Gula Karanganom itu dalam tulisan agar generasi selanjutnya tahu jika di desa itu dahulunya pernah berdiri sebuah pabrik gula.

"Sekarang semuanya hanya tinggal sisa-sisanya saja. Kita selaku pemerintah akan menuliskan sejarah ini agar generasi penerus tahu jika ada pabrik di sini," katanya.

Seorang warga sekitar, Ngadimin (65) menyebut jika bangunan yang diyakini sebagai pondasi cerobong asap pabrik gula tersebut dulunya memang merupakan bagian dari bangunan Pabrik Gula Karanganom .

"Dulu ini memang pabrik, cerita dari orang tua kampung sini juga begitu. Bahkan Kampung Tanjunganom ini lebih dikenal dengan nama babrik (pabrik-red) oleh warga sini," ujarnya, Kamis siang.

Ia mengatakan, pada 2 tahun lalu pernah ada warga Belanda yang datang ke kampung Tanjunganom tersebut untuk mencari bekas pabrik gula peninggalan dari keluarganya.

"Mungkin itu cicitnya yang punya pabrik, sekitar dua tahun lalu ada orang Belanda datang ingin mencari pabrik gula milik kakeknya di sini, tapi ya sampai sini pabrik sudah berubah jadi pemukiman," imbuh dia. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved