Kemacetan di Kota Yogya Diprediksi Makin Parah Saat Tol Beroperasi, Pemkot Siapkan Antisipasi
Keberadaan jalur bebas hambatan itu ke depannya diprediksi akan menghadirkan gelombang besar arus pariwisata lewat jalur darat.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Potensi kemacetan akibat Tol Yogyakarta-Solo dan Tol Yogyakarta-Bawen yang dijadwalkan bakal beroperasi pada 2024 mendatang mulai diantisipasi Pemkot Yogyakata.
Pasalnya, keberadaan jalur bebas hambatan itu ke depannya diprediksi akan menghadirkan gelombang besar arus pariwisata lewat jalur darat.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, menandaskan ketika tol telah terhubung langsung ke DI Yogyakarta, maka akses wisatawan untuk masuk juga semakin mudah.
Alhasil, antisipasi harus dilakukan sedini mungkin, supaya potensi kemacetan tak mengganggu geliat perekonomian.
"Karena harapan kami, operasional tol itu bisa mendukung pemulihan ekonomi di Yogyakarta. Sehingga, dampak yang timbul harus diantisipasi dari sekarang. Salah satunya, ya terkait kemacetan ini," cetusnya, Minggu (6/2/2022).
Terlebih, berdasarkan hasil kajian Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, VC ratio di ruas-ruas jalan di wilayahnya telah menyentuh 0,8 dan mendekati stuck.
Heroe mengatakan, antisipasi yang paling memungkinkan adalah dengan pembuatan jalur khusus menuju titik-titik krusial.
"Jadi, sirip-sirip pembuangan itu nantinya dapat dijadikan alternatif jalur menuju destinasi wisata yang ada di Yogya, maupun jalur-jalur yang menuju kota. Kalau tidak begitu, akan ada potensi kemacetan serius," urai Wawali.
Dijelaskannya, DIY memang telah mempunyai Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS).
Tetapi, pihaknya masih merasa perlu merealisasikan jalur-jalur khusus yang menghubungkan wilayahnya dengan destinasi-destinasi favorit di DIY. Sehingga, akses keluar masuk kota makin mudah.
"Agar mudah masuk ke kota, maka perlu tambahan akses jalan yang bisa mengantisipasi penumpukan kendaraan di satu jalur. Artinya, kita perlu membuka banyak akses itu, yang difungsikan untuk keluar masuk," tegasnya.
"Ini upaya kita untuk menghindari keterlambatan masuk. Supaya, orang-orang nggak kehabisan waktu di jalan. Jadi, waktu yang terbuang di jalan harus dipangkas. Isu soal kemacetan ini jadi perhatian kita," imbuh Heroe.
Menurutnya, Kota Yogyakarta harus belajar dari Bandung, mengingat ketika tol Bandung-Jakarta beroperasi di saat-saat tertentu muncul kemacetan panjang di deretan titik.
Terlebih, ia menyadari luas wilayah dan ruas jalan yang dimiliki Kota Yogyakarta tergolong sangat kecil.
"Bayangkan, kalau dulu sebelum ada tol itu orang masuk Yogya sudah terseleksi dari kabupaten-kabupaten sekitar, Purworejo dan sebagainya. Tetapi, besok, mereka datang dengan kecepatan tinggi, bersamaan dan dari satu titik, sehingga volume akan sangat tinggi," ucapnya.
Wawali pun menandaskan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) lainnya di DIY untuk membahas wacana tersebut.
Pasalnya, sebagai kawasan aglomerasi, dampak kemacetan akibat tol, dipastikan menimpa daerah di DIY keseluruhan.
"Antisipasi kemacetan ini juga kita masukkan di dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPD) tahun 2023-2026, karena memang jadi prioritas," terangnya. (*)