Era Baru Malioboro Yogyakarta Tanpa Pedagang Kaki Lima
penampakan kawasan Malioboro Yogyakarta kini berbeda. Jauh dari hari-hari sebelumnya, yang paling mencolok adalah lapak pedagang kaki lima (PKL).
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Penampakan kawasan Malioboro Yogyakarta kini berbeda. Jauh dari hari-hari sebelumnya, yang paling mencolok adalah lapak pedagang kaki lima (PKL), Kamis (3/2/2022) , pukul 09.00, di Malioboro Yogyakarta tidak tampak aktivitas pedagang kaki lima (PKL).

Beberapa gerobak milik PKL masih tampak tersusun di beberapa titik.
Sejak Senin (1/2/2022), PKL tidak lagi diperbolehkan berjualan di pedestrian Malioboro.
Mereka secara bertahap pindah ke Teras Malioboro 1 dan Teras Malioboro 2.
Di beberapa lokasi, semisal depan Pasar Sore dan Kepatihan, terpasang pagar yang diberi gantungan kertas.
Kertas tersebut bertuliskan “Dilarang berjualan di sini. Sesuai Surat Edaran Nomor 430/1131/SEDisbud/2022 tentang Pelaksanaan Penataan Kawasan Khusus Pedestrian di Jalan Malioboro dan Jalan Margo Mulyo.”

Pagar di Malioboro yang digantungi kertas bertuliskan kalimat peringatan, Kamis (3/2/2022).
Hari itu, Malioboro Yogyakarta pun benar-benar terlihat jauh berbeda ketimbang sebelumnya.
Tidak lagi ada aktivitas perekonomian di sepanjang lorong pertokoan sisi kiri maupun kanan jalan.
Para pengunjung tampak menikmati suasana nan lengang.
Ada yang berjalan-jalan, ada yang sekadar duduk-duduk santai.
Di sudut lain, beberapa PKL masih sibuk mengemasi barang dagangan.

Mereka membungkusi dagangan, kemudian meletakkannya di gerobak dorong.
Mereka bersiap pindah ke Teras Malioboro 1 dan Teras Malioboro 2.
Para PKL tampak mengemasi barang dagangan di kawasan Malioboro, Kamis (3/2/2022).