Pesan Sri Sultan HB X terkait Lonjakan Kasus Covid-19 di DIY

Kasus terkonfirmasi Covid-19 di DIY mengalami lonjakan signifikan selama beberapa hari terakhir

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM / Yuwantoro Winduajie
Sri Sultan Hamengku Buwono X 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X belum akan memperketat mobilitas di wilayahnya.

Hal itu menyusul kasus terkonfirmasi Covid-19 di DIY yang terus mengalami lonjakan signifikan selama beberapa hari terakhir.

Pasalnya, pemerintah pusat juga belum memberi instruksi kepada daerah untuk lebih membatasi aktivitas warganya.

Saat ini, upaya penanganan pandemi Covid-19 di DIY masih mengacu aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2.

"Sepertinya dari departemen (kementerian) belum ada sesuatu yang lebih signifikan, ya, tapi coba pembatasan itu diketati, gitu saja," kata Sultan saat ditemui di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Kamis (3/2/2022).

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X (TRIBUNJOGJA.COM/ Yuwantoro Winduajie)

Sultan melanjutkan, saat ini masyarakat cenderung lebih abai untuk menerapkan protokol kesehatan.

Karena sebelumnya, situasi pandemi di Indonesia sempat membaik pascaserangan varian Delta yang memicu pandemi gelombang kedua tengah tahun lalu.

Raja Keraton Yogyakarta ini pun membagikan pengalamannya saat berkunjung ke DKI Jakarta.

Meski ada perburukan situasi di wilayah tersebut, aktivtias masyarakatnya cenderung normal. Tempat-tempat publik pun masih ramai dikunjungi orang.

"Tapi nganggepnya masyarakat itu sudah bebas. Di Jakarta pun kemarin saya melihat juga seperti itu. Di jalanan di rumah makan juga (ramai) begitu saya takut sendiri," terang Sultan. Jika pemerintah kembali memberlakukan pengetatan, Sultan pun pesimistis bahwa masyarakat akan mematuhinya. Karena kini masyarakat telah merasa aman dari penularan Covid-19.

Sultan pun mencontohkan, sebagian masyarakat masih menganggap bahwa vaksin dapat membunuh virus Corona dalam tubuh seseorang.

Padahal vaksin yang disuntikkan sebenarnya hanya meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus. Sehingga walaupun telah divaksin, masyarakat masih berpotensi untuk terpapar Covid-19.

"Kebijakan apa pun kalau masyarakat tidak bisa mengontrol dirinya sendiri juga akhirnya yang terjadi mutasi. Karena kita enggak paham bahwa yang kita suntikkan itu bukan mematikan (virus). Kita ini epidemi, pandemi, belum ada obat yang mematikan virusnya tapi menumbuhkan (imun) badan," terangnya.

Karenanya, Sultan meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran untuk menerapkan protokol kesehatan. Sebab, virus Corona masih memiliki kesempatan untuk terus bermutasi.

"Kalau terus begini kapan selesainya. Apa kita mampu bertahan kan bisa jadi miskin. Anggaran dipakai semua untuk itu (pandemi Covid-19)," ujar Sultan.

Terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) DIY menampik bahwa lonjakan kasus di DIY disebabkan karena merebaknya varian Omicron. Kenaikan kasus di wilayah ini disebabkan karena masyarakat sudah abai terhadap protokol kesehatan.

"Pertama karena masyarakat sudah abai terhadap prokes. Kedua karena wisatawan yang datang ke sini termasuk kita (masyarakat Yogya) sendiri kan wisatawan juga abai prokes," terangnya.

Aji mengklaim bahwa kasus Omicron belum ditemui di DIY walaupun ada satu sampel yang dinyatakan positif Omicron dengan metode Whole Genome Sequencing (WGS).

Menurutnya, pasien tersebut tidak tertular di DIY karena yang bersangkutan merupakan pelaku perjalanan dari DKI Jakarta.

"Kasus Omicron di Yogya kan belum kelihatan. Dari hasil WGS itu kan hanya satu orang dan itu sudah kembali ke Jakarta. Jadi bukan karena kasus Omicron tapi karena abai terhadap prokes," bebernya.

Siapkan 3.000 isoter

Kondisi Hotel Mutiara di Jalam Malioboro yang bakal dijadikan isoter pasien Covid-19 /
Kondisi Hotel Mutiara di Jalam Malioboro yang bakal dijadikan isoter pasien Covid-19 / (Tribun Jogja / Yuwantoro Winduajie)

Sementara itu, Pemda DIY siap mengaktifkan sekitar 3.000 ruang isolasi yang tersebar di lima kabupaten/kota. Baskara Aji mengatakan, hal itu merupakan hasil inventarisasi ketersediaan selter yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota.

Tiap wilayah mampu menyediakan minimal 600 ruang isolasi untuk mengarantina pasien Covid-19 dengan gejala ringan maupun tanpa gejala.

"Terakhir Kulon Progo itu di setiap kecamatan ada isoter. Lalu yang cukup besar rusunawa di Kulon Progo bisa 300-an. Lalu di kota di Rusunawa Bener dan Sleman di Wisma Haji. Untuk Gunungkidul belum ada info,” jelas Aji, Kamis (3/2/2022).

Pemda DIY juga siap menambah ketersediaan selter jika kasus terkonfirmasi terus mengalami peningkatan.

Salah satu aset Pemda DIY yang bisa dimanfaatkan adalah Selter BBPPKS-DINSOS DIY yang beralamat Jalan Veteran Yogyakarta.

Pemda juga mendapat izin untuk memanfaatkan gedung diklat milik PT KAI Daop 6 Yogyakarta.

Selain itu, Hotel Mutiara yang ada di kawasan Malioboro juga dapat diaktifkan sewaktu-waktu sebagai selter Covid-19. "(Gedung Hotel) Mutiara dua-duanya nya siap. Tapi mungkin lebih representatif yang selatan. Kamarnya lebih banyak dan ada halamannya," paparnya.

Sleman tembus 149 kasus

Laju penularan Covid-19 di Sleman kembali merangkak naik.

Kasus positif terinfeksi virus SARS-CoV-2 penyebab covid-19 dalam sehari bertambah 149 kasus.

Penambahan ratusan kasus tersebut berasal dari sejumlah klaster yang tengah berkembang di Bumi Sembada.

"Klaster pendidikan, klaster keluarga, dan nakes," jelas Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Sleman, dr. Khamidah Yuliati, Kamis (3/2).

Selain itu, penambahan pasien positif Covid-19 di Sleman juga dipengaruhi dari skrining pelaku perjalanan.

Yuli mengingatkan kepada masyarakat supaya tidak lengah dengan protokol kesehatan.

Meskipun telah divaksin, disiplin protokol kesehatan tetap harus dijaga.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Makwan mengungkapkan, update 3 Februari hingga pukul 13.30 WIB, terdapat 82 pasien yang menghuni selter isolasi di Asrama Haji dan Rusunawa Gemawang.

Rinciannya, di Asrama Haji dari kapasitas 136 bed terisi 76 pasien.

Sementara di Rusunawa Gemawang dihuni 6 pasien dari kapasitas 101 bed. "Semoga mandali, tidak ada penularan," harap dia. (Tribunjogja.com/hda/rif)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved