Berita Bisnis Terkini
Distribusi Minyak Goreng Curah di Kota Yogyakarta Mulai Lancar
Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta sudah berkomunikasi dengan distributor minyak goreng curah di daerah Sleman untuk mengatasi masalah stok.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Distribusi minyak goreng curah di Pasar Beringharjo sempat terhambat.
Dampaknya pedagang minyak goreng kehabisan stok.
Kepala Bidang Ketersediaan Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan, Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta , Sri Riswanti mengakui hal tersebut.
Tidak hanya di Pasar Beringharjo , kesulitan mendapat stok minyak juga terjadi di pasar lain.
"Tadi saya cek di pasar rakyat untuk ketersediaan minyak goreng masih ada,"katanya, Jumat (04/02/2022).
Baca juga: Berita DIY : Dilema Pedagang Minyak Goreng : Harga Tinggi, Stok Langka, Syarat Distributor Rumit
Ia menerangkan pihaknya sudah berkomunikasi dengan distributor minyak goreng curah di daerah Sleman.
Menurut informasi, distributor belum mendapat kiriman dari Semarang.
"Kalau di Kota Yogyakarta kan nggak ada (distributor), pedagang ngambilnya di Sleman. Jadi pihak distributor (Sleman) ini menunggu kiriman dari Semarang. Jadi ya yang curah ini memang tidak ada,"terangnya.
Namun demikian, saat ini distribusi minyak goreng curah mulai lancar.
Ia memperkirakan distribusi minyak goreng lancar minggu depan.
Sebelumnya, pedagang minyak Pasar Beringharjo, Ponirah (53) mengaku kesulitan mencari stok minyak goreng curah.
Sudah beberapa hari ini ia tidak mendapat kiriman.
Baca juga: Harga Minyak Goreng Tinggi dan Sulit Cari Stok, Pedagang di Pasar Beringharjo Berharap Ada Subsidi
"Ini hanya stok kemarin saja, sudah sekitar tiga hari barangnya nggak ada. Kalau seperti ini terus ya tutup, lha nggak ada yang dijual," ujarnya.
Ia pun belum bisa menjual minyak goreng sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah.
Hal itu karena harga kulakan minyak goreng masih tinggi.
Jika disesuaikan dengan harga pemerintah, maka ia akan merugi.
"Ya kalau jualnya ikut harga pemerintah, ya nggak mau, saya rugi. Lha saya jual Rp17.500 saja sudah saya banting Rp500. Harusnya paling nggak Rp18.000,"imbuhnya. ( Tribunjogja.com )