Berita Kulon Progo Hari Ini
Dosen LPP Yogyakarta Ungkap Potensi Kakao di Kabupaten Kulon Progo
Dosen Program Budidaya Tanaman Perkebunan D-III Politeknik LPP Yogyakarta Ir Pantja Siwi V R Ingesti MP mengatakan bahwa Kakao termasuk
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Dosen Program Budidaya Tanaman Perkebunan D-III Politeknik LPP Yogyakarta Ir Pantja Siwi V R Ingesti MP mengatakan bahwa Kakao termasuk salah satu komoditas perkebunan yang dikelola oleh petani sebagai salah satu sumber pendapatan yang dimungkinkan dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Salah satu sentra petani Kakao di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah di kabupaten Kulon Progo tepatnya di kecamatan Kokap seluas 800,02 hektare, Kecamatan Kalibawang seluas 754,45 hektare dan kecamatan Girimulyo seluas 471,95 hektare.
"Dari luasan yang ada di tiga Kapanewon tersebut di atas diharapkan keluarga petani Kakao meningkat pendapatannya karena ada sumber pendapatan baru dari komoditas pertanian (Off Farm) selain komoditas padi," urainya dalam keterangan tertulis yang diterima Tribun Jogja.
Kakao, lanjutnya, dibudidayakan di pekarangan rumah tangga petani dengan jarak tanam 3 x 3 m sehingga dalam 10.000 m2 terdapat 1.000 tanaman.
"Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian apakah budidaya tanaman Kakao di Kabupaten Kulon Progo meningkatkan kesejahteraan petani," tambahnya.
Baca juga: Antisipasi Omicron, Pemda DIY Andalkan Suntikan Vaksin Booster Covid-19
Dalam penelitiannya yang dilakukan di Kapanewon Kokap, Kapanewon Girimulyo dan Kapanewon Kalibawang dengan kriteria petani yang menaman Kakao kurang dari 200 tanaman, antara 200 tanaman – 399 tanaman, antara 400 tanaman – 599 tanaman dan yang menanam lebih dari 600 tanaman dapat diketahui bahwa petani yang menenem kakao kurang dari 200 tanaman menerima pendapatan Kakao sebesar 1,944,730/tahun, dan yang menanam lebih dari 600 tanaman menerima pendapatan sebesar 21,600,000/tahun.
"Pendapatan petani dari Kakao erat kaitannya dengan jumlah produksi dan harga produksi. Rendahnya produksi Kakao disebabkan oleh umur tanaman yang sebagian besar sudah lewat umur produktif, rata-rata tanaman Kakao ditanam pada tahun 1992 (29 tahun) dengan rata-rata produksi 6 kg/tanaman/tahun," ucapnya.
Selain itu harga yang didapatkan oleh petani rendah. Rata-rata petani menjual Kakao dalam bentuk basah dengan harga Rp 4.500/kg.
Tinggi rendahnya harga kakao ditentukan oleh kualitas dan cara penanganan pasca panen. Bagi petani yang menjual biji Kakao dalam bentuk kering harganya lebih tinggi dibandingkan dijual dalam bentuk basah.
Harga biji Kakao kering yang tertinggi apabila melalui fermentasi akan tetapi sebagian besar petani tidak melakukan alasannya produksinya hanya sedikit.
"Kondisi di lapangan pada umumnya petani yang memiliki tanaman Kakao kurang dari 200 tanaman menjual biji Kakao dalam bentuk basah karena selain jumlah produksi Kakao -nya sedikit juga petani tidak mau repot mengeringkan dan dikejar oleh kebutuhan keluarga," terangnya.
Kontribusi pendapatan usaha tani Kakao terhadap pendapatan rumah tangga petani Kakao pada rumah tangga dengan kepemilikan tanaman Kakao kurang dari 200 tanaman sebesar 12 persen, untuk petani dengan kepemilikan tanaman Kakao antara 200 – 359 sebesar 41 persen, dan untuk petani dengan kepemilikan lahan diatas 400 tanaman sebesar 51 persen.
Baca juga: Karang Taruna Dusun Maguwoharjo, Gemuruh Adakan Mancing Gratis, Senam dan Bakti Sosial
"Artinya bahwa semakin banyak jumlah tanaman kakao yang dimiliki rumah tangga petani maka semakin besar
sumbangan pendapatan terhadap keseluruhan pendapatan rumah tangga petani Kakao," ungkapnya.
Selanjutnya distribusi pendapatan rumah tangga petani di Kabupaten Kulon Progo termasuk merata dengan indeks Gini ratio sebesar 0.2025 artinya budidaya tanaman kakao memberikan distribusi pendapatan yang merata diantara rumah tangga petani Kakao.
Berdasarkan besarnya nilai GSR, petani dengan kepemilikan tanaman kakao kurang dari 200 tanaman tingkat
kesejahteraannya dikategorikan kurang sejahtera sedangkan petani dengan kepemilikan tanaman kakao antara 200 sampai dengan 599 tanaman sejahtera dan petani yang memiliki lebih dari 600 tanaman Kakao kehidupannya lebih sejahtera.