Berita Bantul Hari Ini

Omicron Menyebar Cepat, Menkes Prediksi Puncak Penularan Terjadi Pada Akhir Februari 2022

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa sudah terjadi transmisi lokal untuk virus Covid-19 varian Omicron di Indonesia. Sehingga kebera

Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
dok. tribunnews
Ilustrasi Varian Omicron 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa sudah terjadi transmisi lokal untuk virus Covid-19 varian Omicron di Indonesia.

Sehingga keberadaan Omicron tak lagi hanya dari kasus impor. Namun demikian, tingkat keparahan varian ini lebih rendah dibandingkan dengan varian delta.  

"Jadi Omicron itu sudah masuk Indonesia. Dan sudah juga terjadi transmisi lokal jadi bukan hanya impor dan di seluruh dunia Omicron itu ciri-cirinya naiknya cepat dan naiknya tinggi," ujarnya saat meninjau vaksinasi di Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Jumat (21/1/2022).

Baca juga: Menkes Budi Gunadi Sadikin Sebut 86,6 persen Masyarakat Indonesia Sudah Memiliki Antibodi

Menkes mengatakan, bahwa saat ini kenaikan kasus karena varian Omicron sudah mencapai 2.000 kasus per hari.

Ia menyatakan bahwa kriteria varian ini cepat menyebar dan tinggi secara jumlah. 

Budi sendiri memprediksi bahwa puncak Omicron di Indonesia terjadi pada akhir Februari atau pada awal bulan Maret.

Ia membandingkan, jika delta mencapai puncak penyebaran membutuhkan waktu tiga sampai empat bulan, namun untuk Omicron hanya membutuhkan 30 sampai 40 hari.

"Kalau saya lihat di negara-negara lain sampai mulai sampai ke puncaknya 40 hari. Jadi mungkin akhir Februari awal Maret sudah sampai ke puncak. Kita memang harus berperang aja sama mereka akhir Februari sampai awal Maret," ujarnya.

Budi menyatakan, hingga kemarin provinsi yang diserang omicron adalah Jakarta, Bandung, Banten, Surabaya dan sedikit di Bali.  

Meski cenderung penyebarannya cepat, Budi mengatakan bahwa angka kasus Omicron juga turun dengan cepat.

Selain itu, varian ini tidak lebih berbahaya dari delta, dibuktikan dengan jumlah yang dirawat di rumah sakit lebih rendah.

"Yang masuk di rumah sakit itu tadi cuma itu tadi 30 persen dari delta. Yang wafat cuma 1 atau 2 persen di bawah dari delta," ucapnya.

Hingga saat ini ia menyebut tidak ada pasien yang membutuhkan ventilator dan High Flow Nasal Cannula (HFNC).

Menteri menyebut bahwa hampir 60-65 persen pasien Omicron berkategori tanpa gejala, 30 persen bergejala ringan.

"Yang 5 persen butuh oksigen tapi tidak sampai membutuhkan ventilator dan HFNC," imbuhnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved