Tiga Hari Lagi Rilis di Netflix, Kru Penyalin Cahaya Justru Tersandung Kasus Kekerasan Seksual

Seperti ironi, salah satu kru film Penyalin Cahaya dilaporkan sebagai pelaku pelecehan seksual. Padahal, film Penyalin Cahaya menceritakan kisah peny

Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Joko Widiyarso
Instagram @penyalincahaya
Poster film Penyalin Cahaya 

TRIBUNJOGJA.COM - Seperti ironi, salah satu kru film Penyalin Cahaya dilaporkan sebagai pelaku pelecehan seksual.

Padahal, film Penyalin Cahaya menceritakan kisah penyintas kekerasan seksual dan akan segera rilis di Netflix tiga hari lagi atau pada 13 Januari 2022.

Dari hasil tersebut, produser dan sutradara memutuskan untuk menghapus namanya dari kredit film.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh sutradara film Penyalin Cahaya, Wregas Bhanuteja langsung di Instagram dan Twitternya, Senin (10/1/2022).

“Kami Rekata Studio & Kaninga Pictures berkomitmen untuk memberikan ruang aman yang bebas dari pelecehan seksual dan kami akan selalu berpihak pada penyintas,” buka surat pernyataan itu.

Dilanjutkannya, mereka berupaya untuk menjaga lingkungan produksi film yang bebas dari pelecehan seksual dan itu menjadi misi utama.

“Proses syuting film Penyalin Cahaya yang berjalan dengan aman selama 20 hari di Januari 2021 adalah bukti komitmen kami," demikian keterangan produser yang diunggah di akun.

Kabar kru tersebut menjadi pelaku kekerasan seksual diperoleh produser dan sutradara dari sebuah komunitas yang mengelola pelaporan terhadap peristiwa pelecehan seksual.

Tentu saja, ini menjadi petir di siang bolong dan amat mengagetkan netizen.

Sebab, tujuan Wregas membuat film Penyalin Cahaya untuk mengampanyekan penghentian aksi kekerasan seksual.

"Sebagai tanggung jawab etik atas komitmen kami dan untuk menghormati pelaporan dan proses yang akan terjadi setelahnya,” papar surat itu.

“Kami memutuskan untuk menghapus nama terlapor dari kredit film Penyalin Cahaya dan di materi-materi publikasi film. Pihak terlapor tersebut tidak lagi menjadi bagian dari film Penyalin Cahaya dan Rekata Studio," tulis mereka.

Saat membuat film, Wregas memandang film adalah media komunikasi yang paling efisien untuk menyuarakan sebuah kegelisahan yang sedang terjadi di masyarakat, termasuk isu kekerasan seksual yang menjadi tema dalam film Penyalin Cahaya.

"Banyak sekali penyintas yang tidak mendapat keadilan, banyak penyintas yang memendam kisahnya karena lingkungan yang tidak support, seperti keluarga," saat jumpa media pada September 2021.

Wregas selaku sutradara pun melakukan riset mendalam dan memakan waktu satu tahun.

Dia mencari bahan riset dari berbagai sumber termasuk dari para korban kekerasan seksual.

"Riset dari banyak yang ada di media seperti ibu Baiq Nuril, dari teman-teman korban kekerasan seksual, kisah teman-teman yayasan yang bergerak dalam kegiatan anti kekerasan sosial. Kita rangkum dan tajamkan untuk diangkat," kata Wregas.

Film Penyalin Cahaya tayang perdana di Busan International Film Festival (BIFF) pada Oktober 2021.

Sang sutradara pun panen pertanyaan dari penonton saat film itu diputar di Negeri Ginseng tersebut.

"World Premiere Penyalin Cahaya terlaksana dengan baik. Pertanyaan-pertanyaan dari penonton Korea sangat menarik dan kritis," kata Wregas, Selasa (12/10/2021).

"Mereka cenderung menanyakan soal budaya dan kondisi, serta aktivisme anti-kekerasan seksual di Indonesia," lanjutnya.

 

( Tribunjogja.com | Bunga Kartikasari )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved