Penjelasan Iran Soal Update Terbaru Tentang Negosiasi Perjanjian Nuklir 2015

Dalam pembicaraan awal, Iran menyebut hasilnya sudah mendekati sebuah kesepakatan yang dinilai sangat positif.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
AP Photo via Atomic Energy Organization of Iran
Foto ini dirilis Kamis, 2 Juli 2020, oleh Organisasi Energi Atom Iran, menunjukkan sebuah bangunan setelah dirusak oleh api, di fasilitas pengayaan uranium Natanz sekitar 200 mil (322 kilometer) selatan ibukota Teheran, Iran. Sebuah kebakaran membakar gedung di atas fasilitas pengayaan nuklir Natanz bawah tanah Iran, meskipun para pejabat mengatakan itu tidak mempengaruhi operasi centrifuge atau menyebabkan pelepasan radiasi 

TRIBUNJOGJA.COM, TEHERAN - Iran saat ini tengah melaksanakan pembicaraan dengan sejumlah negara untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015.

Dalam pembicaraan awal, Iran menyebut hasilnya sudah mendekati sebuah kesepakatan yang dinilai sangat positif.

Namun demikian, keputusannya tergantung kepada pihak lain.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian pada Minggu (9/1/2022) kemarin.

Menurut Hossein Amir-Abdollahian, dalam pembicaraan tersebut, negosiasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat menempatkan Iran di jalur yang benar.

"Inisiatif dari pihak Iran dan negosiasi yang telah terjadi menempatkan kami di jalur yang benar," kata Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian dikutip Tribunjogja.com dari Kompas.com.

"Kami hampir mencapai kesepakatan yang bagus, tetapi untuk mencapai kesepakatan yang bagus ini dalam jangka pendek, itu harus dikejar oleh pihak lain," katanya seperti dikutip kantor berita negara IRNA.

Negosiasi untuk memulihkan kesepakatan nuklir dilanjutkan pada akhir November 2021 setelah dihentikan pada Juni 2021, ketika Iran memilih pemerintah baru yang ultra-konservatif.

Baca juga: Hari Ini Tepat 2 Tahun Kematian Qassem Soleimani, Jenderal Top Iran yang Tewas Oleh Serangan AS

Kesepakatan itu menawarkan keringanan sanksi Iran dengan imbalan pembatasan program nuklirnya.

Namun, presiden Amerika Serikat (AS) saat itu Donald Trump menarik diri pada 2018 dan menggagalkan kesepakatan itu, mendorong Teheran untuk mulai membatalkan komitmennya.

Amir-Abdollahian mengatakan, Iran tidak ingin menghambat negosiasi.

"Penting bagi kita untuk membela hak dan kepentingan negara kita," katanya.

Berbeda dengan pihak lain dalam perjanjian, yaitu Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, dan China, AS hanya terlibat dalam pembicaraan secara tidak langsung.

Teheran awal pekan ini mengatakan, telah mendeteksi realisme baru di pihak kekuatan dunia menjelang negosiasi lebih lanjut di Wina.

Amir-Abdollahian juga tampak mengulang komentar itu pada Minggu dengan mengatakan, "Kemarin, Perancis memainkan peran sebagai polisi yang buruk, tetapi hari ini berperilaku wajar."

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved