Berita Pendidikan Hari Ini
Mahasiswa UNY Implementasikan Triple Helix untuk Dorong Industri Kreatif Wisata Edukasi
Pariwisata menjadi salah satu pendukung pergerakan perekonomian di DI Yogyakarta. Kegiatan ini mendorong pengembangan sektor ekonomi
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Pariwisata menjadi salah satu pendukung pergerakan perekonomian di DI Yogyakarta.
Kegiatan ini mendorong pengembangan sektor ekonomi lain dan berkontribusi dalam peningkatan lapangan kerja.
Kegiatan pariwisata selain menjual komoditas obyek wisata atau kuliner juga wisata edukasi menjadi daya tarik tersendiri karena predikatnya sebagai kota pelajar.
Maka tidak jarang hal ini menjadi rujukan setiap instansi pendidikan atau pelajar untuk mengunjunginya.
Walaupun begitu, segmen di dalam wisata edukasi tidak hanya terbatas bagi pelajar saja tetapi siapa saja yang ingin menambah pengalaman baru dalam suasana belajar di luar kelas.
Baca juga: Aset Digital Non-Fungible Token (NFT) Dikabarkan Jadi Sumber Wajib Pajak Baru SPT
Untuk hal tersebut diperlukan metode bernama Triple Helix yang merupakan sinergi tiga kutub yaitu akademisi, bisnis, dan pemerintah.
Triple Helix menjadi penting di dalam situasi pandemi kali ini, situasi yang memaksa pembaruan inovasi dan
adaptasi perlu untuk terus dikembangkan demi menciptakan keunggulan dalam persaingan serta mampu menumbuhkan kembali gelora ekonomi yang lesu.
Hal ini dikarenakan triple helix merupakan penggerak lahirnya kreativitas, ide, dan ketrampilan.
Inilah yang menjadi fokus penelitian mahasiswa UNY yaitu Ilham Alif Fianto dan Diah Nadiatul Jannah prodi pendidikan IPS serta Aditia Pramudia Sunandar prodi pendidikan biologi.
Mereka meneliti implementasi Triple Helix dalam mendorong pertumbuhan industri kreatif melalui wisata edukasi di Museum Kirti Griya.
Menurut Ilham Alif Fianto wisata edukasi di DIY cukup banyak seperti Taman Pintar, Nutfah Plasma Pisang dan museum.
“Kota Yogyakarta sendiri mempunyai 17 buah museum yang menawarkan daya tarik wisata edukasi yang berbeda antar satu museum dengan lainnya,” katanya.
Berdasarkan potensi ini maka tidak heran perlu untuk dilakukan sebuah pengelolaan melalui industri kreatif yang berdaya saing untuk menciptakan pembaruan dan juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Sementara itu peran dari aktor akademik bisa dikatakan menjadi peran kunci dalam pengembangan triple helix ini sebagai transfer inovasi dan riset tepat guna melalui lembaga pendidikan atau perguruan tinggi.
Tidak hanya tingkat lembaga pendidikan, aktor akademik juga mencakup cendekiawan seperti budayawan, seniman, para pendidik, para pelopor di paguyuban, padepokan, sanggar budaya dan seni, individu atau kelompok studi dan peneliti, penulis, dan tokoh lainnya di bidang seni, budaya dan ilmu pengetahuan yang berperan dalam menerapkan ilmu serta mampu menularkannya.