Update Berita Gunung Merapi

BPPTKG Pastikan Luncuran Awan Panas Merapi Tidak Sampai Permukiman Penduduk

Berdasarkan permodelan saat ini, jika kubah lava runtuh semua secara masif, jarak luncur tidak lebih dari lima kilometer.

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Visual Gunung Merapi 13 Desember 2021 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memastikan jarak luncur awan panas Gunung Merapi tidak lebih dari lima kilometer. 

Pada periode 3 hingga 9 September 2021, tercatat ada empat kali awan panas guguran ke Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal 2.200 meter.

Guguran lava sebanyak 190 kali ke arah barat daya dominan Sungai Bebeng, dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter. 

Awan panas guguran terakhir tercatat pada Minggu (12/12/2021) kemarin.

Tercatat awan panas terjadi pukul 10.18 dengan amplitudo 27mm dan durasi 158 detik.

Baca juga: Kubah Lava Gunung Merapi Terus Bertumbuh Hingga 4,5 Juta Meter Kubik

Sedangkan jarak luncur mencapai 2.000 ke arah barat daya. 

Kasi Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan berdasarkan permodelan saat ini, jika kubah lava runtuh semua secara masif, jarak luncur tidak lebih dari lima kilometer.

Artinya guguran tersebut tidak akan sampai ke rumah penduduk. 

"Saat ini kubah lava barat daya 1,6 juta meter kubik, tengah 3 juta meter kubik. Berdasarkan permodelan sekarang, kalau kubah lava runtuh secara masif itu itu tidak lebih dari lima kilometer. Saat ini kan masih gripil-gripil," katanya, Senin (13/12/2021).

"Tidak sampai ke penduduk. Sampai saat ini kan kami pantau  terus. Yang namanya ilmu manusia kan kita terbatas. Kejadian yang mungkin terjadi kami skenariokan. Untuk luncuran 3 juta itu memang tidak sampai lima kilometer, tetapi harus kita update terus kareana kondisi topografinya berubah dengan adanya erupsi," sambungnya.

Ia mengungkapkan pihaknya selalu melakukan pemantauan kubah lava.

Untuk pemantauan BPPTKG rutin menerbangkan drone dan memantau kamera pengawas.

Ada 34 kamera pengawas yang selalu memantau aktivitas Gunung Merapi.

Menurut pemantauannya, kubah lava Gunung Merapi relatif stabil.

Meskipun terjadi hujan di puncak Gunung Merapi, namun saat ini belum memngaruhi kubah lava.

Kendati demikian, hujan juga bisa berpengaruh pada kestabilan pertumbuhan kubah lava dari faktor eksternal.

Baca juga: Gunung Merapi 13 Desember 2021: Keluarkan 11 Kali Lava Pijar, Jarak Luncur 2 Km ke Barat Daya

"Banyak ya yang mempengaruhi, pertama volumenya, geometrinya sendiri, sifat magmanya, tekanan dari dalam, kemudian faktor eksternal seperti cuaca, banyak faktor ya. Hujan, iya (berpengaruh), tetapi berdasarkan analisa kami masih stabil," ungkapnya.

Yang terpenting, tambah dia, adalah penilaian bahayanya, sehingga segala risiko sudah diantisipasi, masyarakat pun tidak perlu menunggu sirine dan peringatan dini.

Seperti diketahui Gunung Merapi berstatus Siaga sejak 5 November 2020 lalu.

Sejak peningkatan status tersebut BBPTKG sudah meminta pemerintah untuk menyiapkan mitigasi bencana.

Selain itu, masyarakat juga tidak diperbolehkan beraktivitas lima kilometer dari puncak Gunung Merapi.

"Kami bisa memprediksi atau memberikan peringatan akan meluncur. Tetapi lebih penting penilaian bahayanya itu. Sehingga kalau meluncur tiba-tiba sudah ada perkiraan sejauh mana, itu yang perlu diantisipasi,,"imbuhnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved