DPRD Bantul: Warga Harus Paham Potensi Bencana di Lingkungannya Agar Dapat Bertindak Cepat

Komisi A DPRD Bantul terus bekerjasama dengan BPBD Bantul dalam hal membentuk kesiapan masyarakat untuk menghadapi bencana

Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/ Santo Ari
Wakil Ketua Komisi A DPRD Bantul, Suratun dari fraksi PAN 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Komisi A DPRD Bantul terus bekerjasama dengan BPBD Bantul dalam hal membentuk kesiapan masyarakat untuk menghadapi bencana.

Seperti yang diketahui, Bantul memiliki potensi bencana yang cukup beragam seperti gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, kekeringan hingga pohon tumbang.

Wakil Ketua Komisi A, Suratun berharap tak ada bencana alam yang menimpa Bantul dan DIY, namun demikian ia juga berharap agar masyarakat dapat memahami potensi bencana di lingkungannya.

Sehingga masyarakat dapat segera bertindak jika terdapat gejala yang memungkinkan terjadinya bencana.

Baca juga: UPDATE Covid-19 DI Yogyakarta 8 Desember 2021: Tambah 12 Kasus Baru, 34 Orang Sembuh

"Kita harus jaga fisik kita, persatuan kebersamaan di dalam linkungan. Masyarakat harus bersatu, kalau ada apa-apa kita sudah siap," ujarnya.

Pihaknya pun bersama BPBD terus melakukan peninjauan di titik-titik yang terdampak bencana. Peninjauan ini dilakukan agar pemerintah dapat segera melakukan penanganan meskipun tidak permanen.

"Walaupun sementara tetap harus ada upaya dari BPBD. Karena untuk saat ini belum ada dana yang cukup untuk melakukan perbaikan secara permanen. Tapi di tahun 2022 kita prioritaskan untuk anggarannya," kata politisi Partai PAN ini.

Komisi A DPRD Bantul, pada Kamis (25/11/2021) lalu telah mengadakan kegiatan peninjauan lapangan terkait tanah longsor di Dukuh, Kalurahan Guwosari, Kapanewon Pajangan Bantul.

Dalam kunjungan tersebut dijelaskan aliran sungai Bedog di musim hujan rawan menimbulkan bencana banjir.

Apalagi saat ini musim hujan sedang mengalami kenaikan curah hujan. 

Sedangkan tebing sisi timur sungai Bedog di lokasi tersebut sudah mulai tergerus oleh aliran sungai.


Jika tak diantisipasi sejak dini, maka akan berpotensi menyebabkan abrasi.

Berdasarkan pantauan pihak BPBD, dijelaskan bahwa dulunya aliran buangan dari atas sudah diarahkan oleh warga namun upaya itu tidak maksimal sehingga membuat abrasi di dinding tanggul.

Tebingnya juga masih alami dan belum ada rekayasa teknis. Solusi jangka panjang bisa dilakukan dengan cara vegetasi alami penanaman pohon keras.

Selain kunjungan ke Guwosari, pihaknya juga telah melakukan sosialisasai dan pelatihan kebencaaan bersama BPBD di wilayah Dlingo dan Imogiri.

Jika dilihat dari kondisi geografisnya, wilayah tersebut berpotensi terjadinya pohon tumbang dan tanah longsor.

"Kegiatan ini diperlukan, kita tidak perlu menunggu datangnya bencana, tapi pelatihan ini diperlukan untuk kesiapan diri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan pada umumnya. Kita juga menyerahkan alat seperti chain saw yang bisa dipakai untuk memotong kayu, HT untuk komunikasi lebih cepat," ujarnya.

Baca juga: Update Kasus Pemuda yang Jual Perabotan Rumah, Bupati Bantul Berharap Sang Ibu Cabut Laporan

Dengan adanya pelatihan dan bantuan untuk penanganan bencana, ia berharap masyarakat dapat cepat dan tepat dalam bertindak. Dengan begitu, kerugian harta benda bahkan korban jiwa dapat ditekan seminimal mungkin.

Selain bergotongroyong antisipasi bencana di Bantul, ia juga mengimbau agar warga di bumi Projotamansari bersatu padu membantu korban erupsi Semeru di Lumajang.

Para relawan dari FPRB, BPBD, PMI dan elemen masyarakat lainnya telah menyalurkan bantuan kemanusian untuk para korban bencana erupsi Gunung Semeru.

"ini harus dilakukan, bagus sekali. Kita ingat saat Bantul dilanda gempa dulu, saat itu kita mendapat bantuan dari seluruh Indonesia. Sehingga ketika ada kejadian bencana di wilayah lain, hati kita terketuk untuk dapat saling membantu," tandasnya. (nto)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved