Berita DI Yogyakarta Hari Ini
12 Desainer Usung Warna Monokrom di Parade Busana AIRA Fashion on The Spot 2021 Hari Terakhir
Ada 12 desainer yang menampilkan 8-10 rancangannya, memadukan karya batik dan lurik dengan warna-warna monokrom.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Perhelatan ‘AIRA Fashion on The Spot’ yang diselenggarakan di Atrium Hartono Mall, resmi berakhir, Minggu (5/12/2021).
Di hari terakhir ini, ada 12 desainer yang menampilkan 8-10 rancangannya, memadukan karya batik dan lurik dengan warna-warna monokrom.
Berbagai tema diangkat para desainer, seperti Mimi Meira dengan label Mimi Kebaya menuangkan inovasi dan imajinasinya bertema tema ‘Dhatulaya’.
Kemudian ada Essy Masita yang mantap mengusung ‘Peony’ serta Meeri Christian mengangkat ‘Light in The Darkness’.
Baca juga: 11 Desainer Tampil di Hari Ketiga AIRA Fashion on The Spot 2021
Desainer lain, Juli Hardjanto memilih tema ‘Kajon’ untuk ditampilkan di perhelatan semalam.
Ada juga Aldion Soeprijono yang berlabel Tiaramas FD mengusung tema ‘Shanjita’ dan Megawarni by Lastri Megalanti memainkan ‘Blissfully’.
Sementara, ‘Abhipraya’ menjadi tema yang dibawakan Iin Kusumawati, ‘Jembatan Merah’ menginspirasi Rereziq Karim dalam karyanya kali ini dan Tari Made mengusung ‘The Soul of Wastra’.
Selain itu, Indria Aryanto pemilik Indria Fabric and Apparel mengedepankan ‘Klaras’, Pico Ecoprint membawa tema ‘Lingga Collection dan Palem collection’.
Dalam konferensi pers sebelum parade busana, desainer Essy Masita menjelaskan sedikit tentang tema yang ia bawakan.
Essy mengangkat tema ‘Peony’ yang berlambang bunga. Menurutnya, temam memiliki makna dalam urusan cinta, kemakmuran, kebahagiaan dan juga nasib yang lebih baik.
Selain itu, ’Peony’ juga menjadi lambang dari kehormatan serta kepribadian yang berkelas.
“Harapannya adalah semoga keadaan saat ini segera pulih karena pandemi dan kita bisa semakin berkreasi dan berdayaguna bagi sesama,” kata Essy Masita.
Lebih lanjut, dikatakan Essy, inspirasi itu ia wujudkan dalam bentuk kain batik bermotif slobog atau poleng dan beras wutah.
Desainer asal Yogyakarta itu juga memadukan kain tenun lurik dengan detail sulam sashiko khas Jepang.
“Sulam sashiko ini terletak di kain sulam sehingga akan memperindah kain khas tanah air. Sedangkan, motif-motif batik ditampilkan untuk memperkuat kesan daerah,” jelasnya.
Essy juga sengaja bermain dengan menghadirkan warna nuansa monokrom hitam putih.
Baca juga: Perhelatan AIRA Fashion on The Spot di Hartono Mall, Promosikan Busana Terbaik Karya 40 Desainer
Warna tersebut kemudian ia beri kejutan dengan dipertemukan dengan merah dan biru untuk menghasilkan kecerahan.
Kemudian, Tari Made yang merupakan desainer Sakamade Boutique mengatakan dirinya akan terus menerapkan pakem batik yang sudah ada.
Termasuk sejumlah karyanya yang ditampilkan di panggung ‘AIRA Fashion on The Spot’ itu.
“Saya memang berniat untuk melestarikan kebudayaan agar kaum milenial ini juga menggunakan batik,” paparnya.
Meeri Christian dengan ‘Light in the Darkness’ menampilkan gaun-gaun warna gelap.
Nuansa gelam melambankan kondisi dunia saat ini yang tengah dilanda pandemi berkepanjangan.
“Namun di balik gelapnya dunia, bertaburan cahaya kecil. Ini perwujudan mereka yang terus berusaha dan yang dilambangkan dengan payet yang bertaburan dan mengkilap,” imbuhnya. ( Tribunjogja.com )