Feature

Kisah Warga Desa Pasung Klaten Bangkit dari Keterpurukan Dampak Pandemi

sekitar 1.200 pohon nangka yang telah ditanam oleh pemdes Pemerintah Desa Pasung, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUN JOGJA/ALMURFI SYOFYAN
WISATA - Warga Desa Pasung, Wedi, Klaten, menunjukkan buah nangka di agrowisata desa tersebut, Selasa (30/112021). 

Sudah 1,5 tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia termasuk wilayah Kabupaten, Klaten, Jawa Tengah. Namun, pandemi tak selamanya berkaitan dengan keterpurukan. Hal itu coba dibuktikan oleh Pemerintah Desa Pasung, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.

AGAR ekonomi di desanya terus menggeliat, pemerintah desa (pemdes) setempat mulai mengembangkan agrowisata buah nangka.

Sedikitnya, hingga saat ini terdapat sekitar 1.200 pohon nangka yang telah ditanam oleh pemdes dan warga setempat.

Beberapa pohon di antaranya sudah mulai berbuah dan sebagian lainnya masih membutuhkan waktu untuk berbuah.

"Agrowisata kita ikonnya buah nangka karena potensi di desa kita itu buah nangkanya bagus-bagus," ujar Kepala Desa Pasung, Sumarsono saat ditemui Tribun Jogja di desa itu, Selasa (30/11/2021).

Sumarsono bercerita, ribuan pohon nangka yang ada di agrowisata itu terdiri dari berbagai jenis. Mulai nangka madu, nangka merah, nangka mini, hingga nangkadak.

"Kalau jenis nangkadak ini merupakan persilangan antara buah nangka dan cempedak. Hasil buahnya agak panjang dan berukuran besar," paparnya.

Lanjut Kepala Desa yang karib disapa Ambon itu, konsep agrowisata buah nangka yang ditawarkan di desanya tidak berupa perkebunan seperti agrowisata biasanya.

Namun, agrowisata di desa itu dirancang di sepanjang jalan desa yang panjangnya mencapai 3,4 kilometer.

"Itu untuk pohon yang baru ditanami, ya, di luar itu juga masih ada konsep lainnya," ucapnya.

Meski menjadikan nangka sebagai ikon dari agrowisata itu, namun di agrowisata itu juga ditanam sejumlah tanaman lainnya seperti pohon lengkeng, jambu kristal, jambu air madu, hingga sirsak.

"Kalau pohon markisa ini sifatnya hanya sebagai peneduh," urainya.

Sudah berbuah

Diakui Ambon, beberapa pohon nangka telah ditanam, sejak 4 tahun lalu dan sudah berbuah.

Namun, untuk sejumlah pohon yang baru ditanam, beberapa masih butuh proses untuk berbuah. "Kita pakai bibit unggul, yang satu tahun tanam sudah ada yang berbuah, seperti yang di luar pagar itu," ucapnya.

Disinggung terkait kunjungan wisatawan ke agrowisata itu, pihaknya bakal membeli mobil listrik seperti di objek wisata Candi Borobudur, Magelang.

Mobil tersebut bisa memuat 14 penumpang dan akan digunakan untuk membawa wisatawan berkeliling area agrowisata buah nangka itu.

"Nanti kita pandu dan wisatawan juga boleh memetik buahnya. Peresmiannya akan kita lakukan secepatnya," paparnya.

Sementara Kepala Dusun (Kadus) II Desa Pasung, Sentot Widiyanto menambahkan, bahwa pilihan untuk menjadikan pohon nangka sebagai ikon agrowisata lantaran pohon nangka berbuah sepanjang tahun.

"Kalau pohon durian kan berbuahnya setiap akhir tahun, jadi kalau kita jadikan ikon agak susah," ucapnya.

Menurut Sentot, beberapa pohon nangka yang ada di agrowisata itu justru ditanam oleh pasangan pengantin asal desa itu.

Sebab, sejak 4 tahun terakhir pihak Pemdes setempat memberlakukan kebijakan bagi setiap warga desa yang menikah harus menanam pohon agar desa selalu asri.

Ia pun berharap agar agrowisata nangka itu menjadi sesuatu yang baru dan dapat mendatangkan kunjungan wisata ke desanya di waktu-waktu mendatang. (Almurfi Syofyan)

Baca Tribun Jogja edisi Sabtu 04 Desember 2021 halaman 01

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved