Persikup Kulon Progo Proyeksikan Tim Untuk Porda 2022 Selain Liga 3
Persikup Kulon Progo proyeksikan sejumlah pemainnya yang bermain di Liga 3 DI Yogyakarta untuk memperkuat tim Pekan Olahraga Daerah (Porda)
Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Persikup Kulon Progo proyeksikan sejumlah pemainnya yang bermain di Liga 3 DI Yogyakarta untuk memperkuat tim Pekan Olahraga Daerah (Porda) Kabupaten Kulonprogo yang akan bermain pada tahun 2022 mendatang.
Praktis pembinaan pemain usia muda jadi misi utama Persikup pada kompetisi Liga 3 kali ini.
Meski demikian Manajer Persikup, Subiyakto menuturkan jika tidak mengesampingkan target untuk lolos fase grup.
"Kita bina beberapa anak kelahiran 2001 untuk Porda tahun depan, tapi kita tetap punya target untuk bermain di 8 besar. Kita optimis untuk capai target itu," ujarnya saat ditemui Tribun Jogja di Stadion Kridosono, Rabu (24/11/2021).
Seleksi pemain yang dilakukan Persikup juga bisa dibilang cukup ketat, dari total 60 pemain, pihak manajemen menyaring sebanyak 25 pemain dengan memaksimalkan kuota pemain senior lima orang.
Baca juga: Atletico vs AC Milan: Jam Tayang & Channel TV Siaran Live Streaming Liga Champions Malam Hari Ini
"Kita seleksi dari banyak klub internal di Kulon Progo, kebanyakan pemain lokal, jumlahnya 25, enam pemain usia 2001 yang akan dipakai untuk tim Porda Kulonprogo tahun 2022, jadi fokusnya tidak hanya untuk Liga 3, maka dari yang muda-muda kita persiapkan untuk yang muda-muda," katanya.
"Pemain kita kebanyakan memang dari Kulon Progo, lalu karena kemarin kita lakukan seleksi terbuka, jadi ada dari Bantul, Kota, Sleman, ada dari luar DIY, tapi anaknya memang masih relasi kita," tambahnya.
Sebagai informasi, Persikup mulai melakukan seleksi terbuka sejak awal bulan September lalu, dan efektif persiapan tim sekitar satu bula menuju Liga 3 DIY.
"Persiapan kita cukup-cukupkan, karena anak-anak juga punya semangat. Jadi kita punya slogan, semangat tanpo sambat," tukasnya.
Persaingan Grup C Ketat
Subiyakto berujar jika ia melihat persaingan di Grup C sangat ketat, lantaran timnya saat ini satu grup bersama Sleman United dan Bina Taruna.
Kedua tim tersebut dinilai Subiyakto sebagai klub yang memiliki materi pemain yang bagus dari teknik maupun mental.
"Kita lihat di grup ini cukup berat juga, ada SU yang kemarin jadi wakil DIY di nasional, ada Bina Taruna juga yang punya banyak pemain bagus," katanya.
Kendati begitu lolos grup tetap menjadi bidikkan dari tim kebanggaan masyarakat Kulon Progo itu.
"Kalau kita bisa menang lawan mereka, kita bisa lolos," tegasnya.
Lapangan Jadi Kendala Tim
Sejak memulai seleksi, Persikup melatih pemainnya dengan bermain di lapangan-lapangan desa yang ada di Kulo Progo.
Hal ini tak lepas dari Stadion Cangkring yang saat ini tidak bisa dipakai lantaran menurutnya tidak representatif untuk digunakan latihan.
Baca juga: Banyak Pelanggar Perda Tak Tertangani, Satpol PP DIY Gandeng Polda DIY dan Kejati
"Kendala kita cukup banyak, mulai dari penggunaan lapangan untuk latihan, kita harus gunakan lapangan di desa-desa, lapangan milik klub-klub lokal Kulonprogo," bebernya.
"Stadion Cangkring yang jadi home base kita tidak bisa digunakan karena tidak layak dipakai, padahal dulu bagus banget, 2017 itu sempat diperbaiki," imbuh Subiyakto.
Namun justru hal itu menjadi satu kesempatan bagi Persikup untuk mengenalkan tim kepada masyarakat bahwa tim kebangaannya masih eksis.
"Nah selain kita main di desa-desa itu, kita sekaligus memperkenalkan Persikup ke masyarakat Kulonprogo, ini lho klub milik kita ada. Jadi selama bulan Oktober kita tour di Kulonprogo untuk sekalian latih tanding," jelasnya.
Sistem Liga Tidak Ideal
Subiyakto berujar dengan sistem Liga 3 menggunakan setengah kompetisi disebut cukup memberatkan tim.
Pasalnya selain pertandingan yang hanya empat kali, tim juga tak bisa mendapat pemasukan dari tiket penonton di tiap pertandingan.
"Dengan sistem ini cukup berat untuk klub, dari segi pembiayaan karena laganya sedikit. Belum lagi tanpa penonton, kalau dulu kita bisa gelar pertandingan di Stadion Cangkring, dari tiket kita bisa dapat Rp 2 sampai Rp 3 juta rper pertandingan, sekarang tidak bisa," ujarnya.
Menariknya kompetisi musim 2021 ini Persikup Kulon Progo dinilai memiliki jersey tim yang ciamik, sehingga kata Subiyakto pihak apparel dapat menjual banyak jersey Persikup dalam jangka waktu satu bulan setelah diluncurkan.
"Kita beruntung sekarang dari penjualan jersey bisa jual banyak, artinya memang banyak juga masyarakat kulonprogo yang mencintai klub ini," tandasnya. (tsf)