Pasar Tradisi Lembah Merapi Wilayah Magelang, Bayarnya Pakai Dolar Gono
Berada di puncak bukit Gono di Desa Banyubiru, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Pasar tradisi Lembah Merapi
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Iwan Al Khasni
Berada di Puncak Bukit Gono di Desa Banyubiru, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Pasar tradisi Lembah Merapi menawarkan nuansa berwisata ala peradaban tempo dulu. Wisata yang dikemas dengan memadukan keindahan alam dan nikmatnya kuliner zaman dahulu.

SUASANANYA cukup asri. Pasar ini rindang karena dikelilingi banyak tanaman bambu yang ukurannya besar. Saat masuk, pengunjung pun disambut dengan gema irama angklung menambah khas kehidupan di Desa.
Uniknya, para penjual di sana hanya diperbolehkan menjual makanan dan minuman jadul seperti nasi megono, pepes ikan, cenil, rambut nenek,gethuk, es cendol, es pisang, dan es kelapa serut. Penjualnya pun memakai baju-baju tradisional khas Jawa Tengah.
Kepala Desa Banyubiru, Wintoro menuturkan, pasar memang dibuat dengan konsep untuk memuculkan aktivitas orang-orang lembah Merapi zaman dahulusaat berada di pasar.
"Kami ingin memberikan kesan yang menarik untuk pengunjung, yakni berbeda dengan yang lain. Sehingga, ketika ke sini, ada momen yang membekas diingatan," ucapnya pada Tribunjogja.com, Minggu (21/11/2021).
Bahkan, ia melanjutkan, setiap sudut pasar Lembah Merapi dibuat mempunyai makna yang berhubungan dengan kehidupan.
Pada pintu masuk didapati gerbang berbentuk segitiga yang mirip dengan tempat penyimpanan padi orang Merapi terdahulu.
"Untuk pintu masuk, itu bentuknya lumbung padi. Jadi, orang dulu itu menyimpan hasil panen padinya di sana untuk kebutuhan hidup. Dengan begitu, harapannya pasar ini pun seperti lumbung padi,"terangnya.
Kemudian, alat transaksinya pun dibuat sendiri, bukan menggunakan mata uang rupiah melainkan Dono (Dolar Gono)
Dono terbuat dari kayu tebal yang dibentuk seperti kepingan berbentuk agak oval. Di mana, satu Dhono senilai dengan Rp2 ribu.
Mirip uang logam, Dono pun diberi gambar pada tiap sisi uangnya, yakni gambar burung raja udang sebagai satwa asli Gunung Merapi.
"Jadi, Dono ini sebenarnya singkatan dari Dolar Gono. Kami tidak memakai uang seperti biasanya, jadi pengunjung harus menukar terlebih dahulu. Dono ini dibuat untuk memudahkan menghitung pergerakan uang di pasar. Sekaligus, unik karena penggunaan transaksi seperti ini, pertama kali, hanya ada di pasar Gono,"ucapnya.
Ia menambahkan, dalam kondisi normal perputaran uang di pasar Lembah Merapi pun cukup fantastis. Dalam sebulan, bisa mencapai sekitar Rp1,7 miliar.
Di mana, hasil uang tersebut pun digunakan untuk meningkat sumber daya manusia di Desanya.
"Sebelum pandemi, perputaran uang sekitar 1,7 miliar per bulan. Uang ini, pun tetap digunakan untuk kepentingan masyarakat,"terangnya.