Hari Sumpah Pemuda

Sejarah Singkat Lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan Teks Sumpah Pemuda Ejaan Lama

Tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Ini menjadi tonggak sejarah kokohnya kesadaran kebangsaan dan cinta tanah air.

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
Tribunjogja/ Alexander Ermando
Dua peserta berdiri di puncak Watu Gendong sambil mengibarkan bendera dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda pada Rabu (28/10/2020). 

TRIBUNJOGJA.COM - Tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Ini menjadi tonggak sejarah kokohnya kesadaran kebangsaan dan cinta tanah air.

Sumpah pemuda itu diwujudkan melalui ikrar para pemuda yang menegaskan cita-cita Indonesia, melalui tiga hal utama yakni Tanah Air Indonesia, Bangsa Indonesia dan Bahasa Indonesia.

Adapun gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia.

Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.

Sehingga menghasilkan Sumpah Pemuda.

1. Sabtu, 27 Oktober 1928

Ini merupakan waktu digelarnya rapat pertama yang dilaksanakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Lapangan Banteng.

Pada rapat pertama tersebut, Soegondo menyampaikan bahwa kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.

Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.

Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

2. Minggu, 28 Oktober 1928

Ini merupakan rapat kedua yang berlangsung di Gedung Oost-Java Bioscoop.

Dalam rapat kedua tersebut dibahas tentang masalah pendidikan.

Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah.

Anak juga harus dididik secara demokratis.

Rapat kedua tersebut, kemudian dilanjutkan dengan rapat ketiga yang berlangsung di Gedung Indonesische Clubhuis Kramat. 

Pada sesi ini, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.

Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.

Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu “Indonesia” karya Wage Rudolf Supratman.

Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres.

Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres.

Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia, berbunyi :

PERTAMA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE,
TANAH INDONESIA.

KEDOEA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE,
BANGSA INDONESIA.

KETIGA.

KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA,
MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN,
BAHASA INDONESIA.

(Sumber : Museum Sumpah Pemuda)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved