PSS Sleman
Tuntutan Tak Kunjung Dijawab, BCS Serukan MarcoOut, Senyapkan Media PSS, Hingga Mosi Tidak Percaya
Selepas pukul 00.00 WIB, Jumat (15/10) dini hari tadi, BCS juga melakukan audiensi dengan Bupati Sleman terkait tuntutan yang tak kunjung dijawab.
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Iwan Al Khasni
"Dari situ saya sadar bahwa ‘Oh ternyata memang bukan seperti yang saya pikirkan’. Dan teman-teman yang berada di sana saya rasa tahu bahwa memang situasinya sama sekali tidak friendly. Tapi saya tidak apa-apa, saya pikir satu ini tanggung jawab saya sebagai seorang pemimpin, ini tanggung jawab saya," lanjutnya.
"Kedua, saya sayang sama teman-teman Sleman fans, karena itu saya datang walaupun saya sudah di maki-maki. Bahkan (sebelumnya) keluarga saya diteror, rumah saya di teror. Tapi buat saya ini tanggung jawab saya, dan saya merasa mereka membutuhkan ini. Karena itu saya datang dan tetap saya dengerin. Walaupun saat saya mau ngomong saya dimaki-maki, saya dengerin,"
"Tetapi yang saya bingung, kenapa saya dibilang jadi nggak bisa berkomunikasi. Padahal jujur, saya bingung nih saya harus berkomunikasinya seperti apa. Saya sampai bilang waktu itu di sana, ‘Tolong kita masih bisa saling menghargai minimal sebagai sesama manusia. Untuk apa? untuk kita bisa ngobrol dengan enak. Kita cari solusinya. bagaimana mungkin kita bisa mencari solusi kalau kita ngomongnya sudah emosi,"
Di tengah desakan suporter, Marco mengungkapkan bahwa dirinya tetap memposisikan diri selayaknya manajemen, harus independen dan harus punya keleluasaan untuk memutuskan.
"Bukan berarti saya tidak mendengar, dan itu saya sampaikan pada teman-teman semua, pasti saya dengerin. Tetapi timeline, keputusan, schedule, pertimbangan, itu semua menjadi bagian dari dinamika yang ada di dalam manajemen. Ini yang harus juga dihargai kalau kita mau sepakbola ini menjadi industri. Itu memang harus dilakukan apapun hasilnya," kata Marco.
"Dan saya sampaikan kepada teman-teman bahwa saya bukannya nggak kecewa, saya sangat kecewa dengan hasilnya, dan saya bukan yang senang-senang aja. Saya juga evaluasi, tetapi kita udah jelaskan kenapa ini bisa terjadi dan bahkan sebelum kompetisi ini dimulai. Saya sudah sampaikan bahwa memang analisa karena saya sudah ngobrol sama tim teknis dan pelatih fisik." tambahnya.
Selain itu, Marco merasa tidak habis pikir ada yang menuduhnya pura-pura sakit saat bertemu perwakilan suporter di Bandung. Padahal ia sampai dilarikan ke rumah sakit karena mendapat serangan jantung.
"Saat di Bandung saya memang dalam posisi yang tidak sehat. Saya sudah sampaikan dan teman-teman tahu, pemain juga tahu saya tidak sehat. Bukan mencari alasan, tapi kenyataannya memang seperti itu. Saya sayang sama teman-teman Sleman fans, karena itu saya tetap datang."
"Jadi sekali lagi ini bukan pembelaan diri, bukan menyerang siapapun. Saya bilang saya tetap percaya Sleman. Memang ini masa sulit buat PSS, tapi PSS Sleman akan menyelesaikan ini secara kekeluargaan dan akan maju lagi bersama."
Kini kondisi Marco, sudah membaik dan sedang menjalani perawatan di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta. Namun, ia masih dibantu oksigen untuk bernapas.
"Sebagai contoh, saya dengan pemain membuat perwakilan pemain, berarti ketika perwakilan pemain sudah ambil kesepakatan dengan manajemen, maka apa pun itu kita anggap itu sah karena mereka adalah perwakilan pemain yang sah."
"Nah saya rasa ini yang nanti mungkin akan saya coba cari lebih dalam lagi sebenarnya perwakilan fans yang sah ini seperti apa. Supaya ketika kita bikin kesepakatan dan menjalin komunikasi ternyata itu bisa valid gitu ya."
Performa Jeblok
Tuntutan dari Sleman Fans cukup beralasan, terlebih menengok jebloknya performa PSS di tangan Dejan Antonic.
Dari enam pertandingan di seri pertama Liga 1 2021/22, PSS Sleman hanya mengemas 1 kemenangan, 2 imbang, dan 3 kekalahan, dengan koleksi 5 poin. Klub berlogo candi ini pun harus berkutat di papan bawah klasemen, di posisi ke-14 dari total 18 kontestan.

Di samping jebloknya performa di seri pertama Liga 1, desakan memecat Dejan Antonic dari kursi pelatih juga tak lepas dari keputusan pelatih asal Serbia itu untuk terus memainkan Arthur Irawan sebagai starter.
Keputusan tersebut menjadi tanda tanya besar di kalangan suporter PSS Sleman, sebab eks Espanyol B tersebut dinilai suporter tak layak menempati satu posisi di skuad inti PSS. Kemarahan kian memuncak pada laga PSS kontra Persebaya, Rabu (29/9), ketika Dejan justru memilih menggeser kapten Bagus Nirwanto ke sisi kiri lini pertahanan, dan menempatkan Arthur di sisi kanan.
Benar saja, keputusan tersebut harus dibayar mahal oleh Dejan menyusul kekalahan 1-3 yang diterima timnya dari Bajul Ijo. Parahnya, dua gol yang bersarang ke gawang PSS Sleman pun dituding tak lepas dari kurang sigapnya Arthur mengawal pertahanan.
Terkait dengan hal itulah sejumlah suporter menduga ada intervensi di tubuh manajemen dengan terus mendesak agar memainkan Arthur. Dugaan ini dibantah Dirut PT PSS Marco Gracia Paulo.
"Tapi yang jelas saya tidak ada intervensi, tidak ada," kata Marco saat dihubungi wartawan, Sabtu (2/10/2021).
Mantan Bos Badak Lampung itu mengatakan keputusan memasang pemain menjadi keputusan dari tim teknis.
"Itu keputusannya di teknis, bukan saya yang bisa jawab. Kita kan ada departemen performance, ada pelatihnya," tegasnya.