Pemkab Sleman Kaji Perampingan Selter Isoter

Empat selter isolasi terpusat (isoter) bagi pasien Covid-19 di Sleman saat ini masih aktif di empat lokasi.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Agus Wahyu
TRIBUNJOGJA.COM/ Ahmad Syarifudin
Kepala Dinas Kesehatan Sleman Cahya Purnama 

ETRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Empat selter isolasi terpusat (isoter) bagi pasien Covid-19 di Sleman saat ini masih aktif di empat lokasi. Yaitu, Asrama Haji, Rusunawa Gemawang, Asrama Unisa, dan Asrama Mahasiswa UII. Namun seiring melandainya kasus, isoter tersebut mulai dikaji untuk perampingan.

"Kami melihat dari pemanfaatan isoter oleh masyarakat. Jika kasus semakin menurun, ya, otomatis kita akan perampingan," kata Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama, ditemui di Pendopo Parasamya.

Pihaknya kini mulai berhitung untuk melakukan pengurangan. Dari yang semula empat selter kini sedang dibahasa untuk dikurangi menjadi satu atau dua selter saja. Kendati demikian, perampingan dilakukan dengan cermat dan sangat hati-hati.

"Jangan sampai sudah ditutup, tiba-tiba terjadi lonjakan kasus," ucap Cahya.

Jika melihat tren perkembangan kasus saat ini, efisensi Isoter dan juga RS darurat, kemungkinan tetap akan dilakukan. Minimal, meskipun sarana dan prasarananya masih tetap, namun tenaga kesehatan akan diefisiensikan.

Biasanya lima orang yang berjaga maka cukup dua orang saja. Kontrak nakes biasanya sampai akhir tahun, maka akan dibuatkan surat tugas untuk diperbantukan pada kegiatan vaksinasi ataupun pengolahan vaksin di UPT Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan (POAK).

Cahya mengungkapkan, yang sudah dilakukan efisiensi saat ini adalah tempat tidur Covid-19 di RS rujukan. Ketika kasus covid sedang tinggi-tingginya di bulan Juli lalu, rumah sakit diperintahkan menyediakan bed Covid-19 sebanyak 40 persen dari kapasitas.

Kini, penularan kasus sudah menurun dan bed pasien Covid-19 mulai dikecilkan. Zona merah dikurangi dan dimanfaatkan menjadi zona hijau. RSUD Sleman juga sudah menutup beberapa Bangsal Covid-19. "Mungkin dulu 4 bangsal dijadikan bangsal covid, sekarang cukup satu bangsal karena penderitanya di bawah 10. Tiga bangsal lainnya menjadi bangsal umum lagi," ucap Cahya.
Meskipun bangsal Covid-19 telah ditutup, namun sarana prasarana dan peralatan seperti oksigen, maupun cerobong, menurutnya tetap disiapkan. Tidak dihilangkan.

"Jika ada ledakan (kasus) maka (bangsal) bisa dikembalikan ke zona merah. Artinya, ini bersifat tentatif atau fluktuatif. Tergantung jumlah pasien," kata dia.

Sebagaimana diketahui, kasus covid di Bumi Sembada terus mengalami tren penurunan. Keterisian BOR di rumah sakit rujukan saat ini 20,12 Persen. Sementara keterisian di selter isolasi rata-rata di bawah 4 persen.

Bahkan, ada tiga selter di Bumi Sembada, yang dibiayai APBN, berencana ditutup pada akhir bulan ini. Yaitu, Rusunawa UNY di Wedomartani, PIAT UGM, dan Selter Rusun ASN PUPR (BBWSO) di Maguwoharjo.

"Ketiga selter rencananya akan ditutup pada 30 September. Hari ini (kemarin) sudah tidak menerima pasien baru. Tinggal menyelesaikan pasien yang masih ada," ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan, tempo hari. (rif)

Baca Tribun Jogja Kamis besok 30 September 2021 halaman 04

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved