Kerjasama dengan Dinkes Sleman, BBPOM di Yogyakarta Gelar Bimtek Desa Pangan Aman
Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman bekerja sama dengan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Yogyakarta menyelenggarakan bimbingan teknis
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM - Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman bekerja sama dengan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Yogyakarta menyelenggarakan bimbingan teknis (bimtek) komunitas desa pangan aman kepada masyarakat Kalurahan Widodomartani, Kapanewon Ngemplak.
Acara diselenggarakan di Kantor Kepala Desa Widodomartani, Ngemplak, Kamis (16/9/2021).
Menurut Etty Rusmawati selaku Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Madya BBPOM di Yogyakarta, kegiatan tersebut dijalankan oleh 33 BBPOM di Indonesia sejak tahun 2014.
Baca juga: Partai Ummat Soroti Pencabutan Raperda BPRS dari Propemperda DPRD Kota Yogyakarta
“Di Yogyakarta, kami menyasar 43 desa. Di Sleman, ini adalah desa ke-11 yang diberikan bimtek. Fokusnya adalah pemberdayaan masyarakat secara berjenjang untuk mewujudkan desa pangan aman,” bebernya kepada Tribun Jogja ketika ditemui di sela-sela kegiatan.
Dia menjelaskan, tahap awal, pihaknya mengenalkan program desa pangan aman itu kepada lintas sektor, termasuk pemerintah kapanewon, kabupaten dan juga dinas terkait.
Di tahap kedua, ada pelatihan kepada kader agar bisa menyebarkan informasi tentang keamanan pangan ke masyarakat.
Tahap ketiga, bimtek akan diberikan kepada komunitas Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP), komunitas kreatif, ibu rumah tangga, remaja, sekolah dan ritel.
Adapun pemberi bimtek di tahap ketiga bukan lagi BBPOM ataupun Dinkes Sleman, melainkan kader-kader itu sendiri dengan anggaran mandiri.
“Dengan begini, tidak perlu sosialisasi terus menerus. Jadi, mereka mampu memilih dan memilah makanan apa yang bisa dikonsumsi dan perilaku apa yang sebaiknya diterapkan agar pangan tetap aman dikonsumsi,” bebernya.
Dia mengungkap, bimtek ini ditujukan agar masyarakat mampu melindungi diri sendiri dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan yang aman.
Ditanya bahaya apa saja yang jika masyarakat tidak menerapkan keamanan pangan, Etty menjawab, ada tiga bahaya yang diwaspadai.
Ketiganya adalah bahaya fisik, biologi dan kimia.
Sebelum adanya penyuluhan ini, Etty mengungkapkan, masih banyak ditemui tiga bahaya yang membuat konsumsi pangan tidak aman.
Baca juga: Objek Wisata Tebing Breksi Sleman Resmi Lakukan Uji Coba Buka Terbatas, Ini Syarat untuk Wisatawan
Sebagai contoh, untuk bahaya fisik, ada saja penjual yang masih menggunakan staples untuk menutup kemasan.
Padahal, itu adalah cara yang berbahaya karena bisa saja staples jatuh ke makanan dan termakan.
“Bahaya lain adalah bahaya kimia yang menggunakan Rhodamine B untuk makanan sebagai pewarna. Borak, formalin untuk ikan asin. Kami sosialisasikan jangan pakai itu lagi dan ada penggantinya,” ungkap Etty.
Setiap tahun BBPOM di Yogyakarta selalu berupaya untuk mensosialisasikan 7-8 desa se-DIY.
Dia berharap, masyarakat sendirilah yang bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat lain agar semua ikut mewujudkan desa pangan aman. (ard)