Selama 25 Tahun Berjualan, Jamu Mak Jah Asli Magelang Diminati Lintas Generasi

Berada di jantung Kota Magelang, Jamu Jawa Tradisional Mak Jah yang terletak di jalan Ikhlas, Magersari, Kota Magelang itu, sekilas tampak sederhana

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/ Nanda Sagita Ginting
Mak Jah penjual jamu di Kota Magelang sedang meracik jamu pesanan pelanggannya, Rabu (01/09/2021) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting

TRIBUNJOGJA.COM, KOTA MAGELANG - Berada di jantung Kota Magelang, Jamu Jawa Tradisional Mak Jah yang terletak di jalan Ikhlas, Magersari, Kota Magelang itu, sekilas tampak sederhana di antara bangunan di sekitarnya. 

Hanya ada, satu tenda payung berukuran besar ditemani kursi dan meja kayu tua, sebagai tempat duduk dan tempat menjajakan dagangan. 

Sudah 25 tahun lamanya, Mak Jah (61) si empunya berjualan jamu di sana. Alhasil, peminat Jamu Mak Jah pun berasal dari berbagai generasi.

"Di sini jualan sudah 25 tahun. Sebelum dapat tempat, Mak sempat jualan jamu gendong. Kalau, pembelinya mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Bahkan, ada yang langganan awalnya dari Ibunya, malah diteruskan ke anak-anaknya sampai cucunya," jelasnya kepada Tribun Jogja, pada Rabu (01/09/2021).

Baca juga: Vaksinasi Massal 1.300 Dosis Targetkan Seluruh Pelajar di Kapanewon Bambanglipuro

Menariknya lagi, pembeli yang ingin menikmati jamu milik Mak Jah. Dapat melihat langsung proses meracik dari tangan terampilnya.

Di mana, rempah-rempah yang sudah dihaluskan itu, baru diracik ketika ada pembeli yang datang.

"Iya, Mak raciknya pas pembeli datang, biar tetap segar jamunya. Jadi, semuanya bisa dilihat langsung oleh pembeli,  mulai dari memeras sari-sari rempahnya hingga mencampur komposisi dari jamu yang dipesan pelanggan," ujarnya.

Hasilnya, jamu Mak Jah pun terlihat lebih kental dan rasanya lebih khas.

Apalagi, jamu yang dibuatnya memakai bahan rempah-rempah asli dan berkualitas seperti jahe, kencur, kunyit, sambiloto, temulawak, hingga asam jawa.

"Bahan jamu Mak, bisa dijamin semuanya terbuat dari rempah asli. Ini (rempah-rempah) semuanya diolah secara tradisional tanpa bantuan mesin," ungkapnya.

Mak Jah bercerita, berjualan jamu dilakoninya akibat kebutuhan mendesak saat keuangan keluarganya mengalami kesulitan di masa lalu.

Berbekal pengalaman membuat jamu yang diajarkan oleh orangtuanya. Ia pun nekat berjualan jamu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Baca juga: Sumber Mata Air di Klaten Menghilang, Ini Kesaksian Warga di Lereng Gunung Merapi

"Dulu itu, ekonomi keluarga sempat sulit. Jadi, mau tidak mau harus mencari uang untuk keperluan hidup. Karena, sudah bisa membuat jamu, kenapa tidak jualan saja. Ternyata, setelah dicoba banyak yang suka," terangnya.

Setiap harinya, Mak Jah berjualan jamu mulai dari siang hari pukul 14.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB sore hari.

Saat berjualan, Mak Jah pun dibantu oleh anak-anaknya untuk mempersiapkan dagangannya.Adapun, untuk jamu Mak Jah dibanderol mulai dari harga Rp10 ribu per porsinya.

"Iya, anak-anak ikut membantu mempersiapkan dagangan, karena Mak sudah gak kuat kalau sendiri. Untuk pendapatan per harinya, Mak gak pernah hitung, Alhamdullilah bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari," urainya. (ndg)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved