UGM Kembali Lanjutkan Program KKN-PPM Sapa Aruh Terjunkan Mahasiswa ke Masyarakat

Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat (DPKM) UGM melanjutkan kembali KKN-PPM Sapa Aruh yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat saat ini

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
Ist
Sesi diskusi Webinar Telekonseling Sapa Aruh 

TRIBUNJOGJA.COM - Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat (DPKM) UGM melanjutkan kembali KKN-PPM Sapa Aruh yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.

Penerjunan mahasiswa KKN-PPM UGM Periode III tersebut direncanakan pada 12 September 2021 untuk menyambut masa kegawatdaruratan Covid-19.

Menurut Direktur DPKM UGM, Prof. Ir. Irfan Dwidya Prijambada, M.Eng., Ph.D. sapa aruh menjadi penting bagi masyarakat yang sedang melakukan isolasi mandiri (isoman).

Sapaan ini terasa menyenangkan, karena ada orang lain yang peduli terhadap kondisi kesehatannya, sekaligus memonitor tanda-tanda kegawatdaruratan.

“Hanya dengan disapa saja mereka sangat senang, karena mereka tahu ada orang yang memerhatikannya. Matur nuwun Pak. Sapaan itu membantu saya untuk tetap bersemangat,” kata Irfan sambil menceritakan pengalaman tetangganya yang baru saja selesai isoman.

Program pokok “Sapa Aruh” dalam KKN-PPM UGM sangatlah penting mengingat angka penularan Covid-19 di DIY masih tinggi.

Beberapa waktu terakhir, kasusnya melonjak sangat tinggi. Angka kematiannya 2x-3x lebih tinggi daripada angka kematian global akibat banyak kasus masyarakat isoman tak tertangani.

Hal ini diungkap oleh ahli epidemiologi, Dr. dr. Riris Andono Ahmad, MPH., Ph.D. Direktur Pusat Kedokteran Tropis UGM ini mengurai urgensi program telekonseling untuk mendukung isolasi mandiri.

Di samping itu, Riris menjelaskan pula mengapa masyarakat lebih menyukai isoman di rumah.

Beberapa penyebabnya menurut Riris antara lain layanan kesehatan di rumah sakit atau shelter belum mencukupi, hoax “dicovidkan bila periksa di rumah sakit” yang menyebabkan masyarakat semakin takut untuk mengunjungi rumah sakit, stigma buruk penyintas Covid-19, serta ketakutan minimnya dukungan psikososial dari keluarga dan kerabat terdekat.

Padahal masyarakat isoman memerlukan literasi kesehatan yang baik, memantau kondisi klinis yang timbul, dan berjejaring luas untuk dapat mengakses obat, oksigen, makanan, laboratorium, ambulance, tempat tidur rumah sakit/shelter, serta memonitoring tanda-tanda kegawatan dan dukungan psikososial.

Hal ini semua terungkap dalam Webinar Telekonseling Sapa Aruh yang diselenggarakan oleh DPKM UGM, Kagama, dan Sekretariat Daerah Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta, Minggu (15/8/2021).

Semua berharap agar instansi dan universitas di Yogyakarta dapat saling bergandengan tangan bergerak bersama untuk mendukung isolasi mandiri.

Selain dua narasumber, nampak hadir secara daring Wakil Sekretaris Jenderal VI Kagama Sulastama Raharja, ST., Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta Ir. Edy Muhammad, Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemkot Yogyakarta, Ketua Forum Gandeng Gendong (Gage) Kota Yogyakarta Abdul Razaq, para Ketua PKK dan Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK).

Sebelum ini, Irfan menyampaikan bahwa DPKM UGM telah melakukan beberapa kegiatan untuk merespon berkembangnya Covid-19 di Indonesia.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved