Seratusan Jip Wisata Terpaksa Dijual Demi Bisa Angsur Pinjaman
Ada yang jadi tukang batu, bertani. Semua itu untuk menghidupi keluarga masing-masing.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Agus Wahyu
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Sudah lebih dari satu setengah tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Tanda-tanda kapan berakhir sengatan virus corona pun belum juga muncul.
Dampak pandemi Covid-19 begitu luas. Satu di antaranya adalah terhadap dunia wisata. Banyak pemilik usaha wisata terpaksa gulung tikar.
Di Sleman, pelaku usaha jip wisata yang tergabung dalam Asosiasi Jip Wisata Lereng Merapi (AJWLM) pun kelimpungan.
Seratusan jip wisata terpaksa dijual untuk menutup pinjaman di bank dan bertahan hidup. Jip wisata tidak beroperasi karena penutupan kawasan wisata akibat pandemi Covid-19.
Kondisi ini ditambah aktivitas Gunung Merapi yang bisa saja membahayakan mereka yang berada di lereng. Padahal wisatawan datang ke sana untuk menikmati keindahan lereng Merapi itu sendiri.
"Kendaraan ada yang dijual untuk mempertahankan kehidupan. Yang tidak kuat maka otomatis dijual. Udah lumayan banyak. Ada seratusan yang dijual," kata Ketua AJWLM wilayah Barat, Dardiri.
Ia mengungkapkan, para pelaku usaha jip wisata lereng Merapi banyak yang memiliki angsuran di bank. Ketika objek wisata ditutup maka tidak ada pemasukan.
Padahal angsuran terus berjalan. Belum lagi biaya perawatan mobil, iuran BPJS dan kebutuhan hidup lainnya. Tidak ada cara lain untuk menutup kebutuhan, maka terpaksa harus menjual kendaraan.
Jumlah armada jip yang tergabung dalam asosiasi ada sekitar 1.200 unit. Sementara ini yang masih eksis ada 800-an unit. Sisanya ada yang dijual dan masuk di bengkel.
Disamping menjual kendaraan, Dardiri mengatakan untuk mengisi kekosongan selama wisatawan sepi, teman-temannya banyak yang beralih profesi sementara. "Ada yang jadi tukang batu, bertani. Semua itu untuk menghidupi keluarga masing-masing," kata dia.
Saat ini PPKM Level 4 di Kabupaten Sleman diperpanjang hingga 23 Agustus. Dardiri berharap di bulan September nanti, meski PPKM terus diperpanjang, pihaknya diperbolehkan mulai beroperasi.
Protokol kesehatan ditegaskannya akan dipatuhi dengan ketat. Meliputi wajib masker, mencuci tangan, mengecek suhu, dan membatasi penumpang .
Bahkan, ia menyebut saat ini 92 persen pemandu jip wisata lereng Merapi sudah divaksin. Sisanya belum divaksin karena kendala penyakit dan belum memungkinkan divaksin.
Nantinya, ia mengaku akan membuat stiker yang ditempel di tiap armada. Mana kendaraan yang pemandunya sudah divaksin dan belum. Apabila belum divaksin maka tidak diperbolehkan membawa wisatawan.
"Harapannya agar wisatawan aman dan nyaman," kata dia.