Bisnis

Ditopang Konsumsi dan Investasi, Ekonomi DI Yogyakarta Tumbuh 11,8 Persen di Masa Pandemi Covid-19

Pada Triwulan II 2021, ekonomi DIY tumbuh 11,8 persen year on year (yoy) dan angka ini menjadi angka tertinggi di Pulau Jawa.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Pixabay.com / Gerd Altmann
Ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Provinsi DI Yogyakarta mencatatkan pemulihan ekonomi lebih cepat dibanding nasional.

Pada Triwulan II 2021, ekonomi DIY tumbuh 11,8 persen year on year (yoy) dan angka ini menjadi angka tertinggi di Pulau Jawa.

Dari data yang dikumpulkan Tribunjogja.com, untuk Jawa Tengah, pertumbuhan ekonomi provinsi di Triwulan II 2021 mencapai 5,6% dan Banten 8,95%

Kemudian, DKI Jakarta hanya mencatatkan 10,91%, Jawa Barat 6,13% dan Jawa Timur sebesar 7,05% di waktu yang sama.

Baca juga: Ekonomi di DI Yogyakarta Diprediksi Tetap Tumbuh di Tengah Pemberlakuan PPKM Level 4

Realisasi pertumbuhan ini bahkan lebih tinggi daripada pertumbuhan Triwulan I 2021 yakni 5,8% (yoy).

Secara akumulasi, pada semester I 2021 ekonomi DIY telah tumbuh 8,7% cumulative to cumulative (ctc), yang berarti ekonomi DIY telah tumbuh lebih tinggi dibanding sebelum pandemi.

“Secara nasional, pertumbuhan ekonomi DIY memang lebih tinggi dibanding Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi di Indonesia tumbuh 7,07% (yoy) pada Triwulan II 2021 ini,” kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DI Yogyakarta, Miyono dalam keterangan resmi yang diterima Tribunjogja.com, Sabtu (7/8/2021).

Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi di DIY masih ditopang oleh investasi dan konsumsi.

Dari sisi investasi, kata dia, pertumbuhan mencapai 19,0% (yoy).

“Kenaikan investasi utamanya dipicu oleh Proyek Strategis Nasional (PSN) penunjang bandara, yakni PSN Kereta Bandara YIA dan pembangunan tol Jogja-Solo maupun Jogja-Bawen,” katanya.

Selain itu, Proyek Strategis Daerah juga terus berjalan diantaranya pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS).

Investasi dari proyek-proyek tersebut bila diakumulasi nilainya lebih besar dibanding nilai investasi pembangunan Bandara YIA.

Baca juga: Program PEN Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Gandung Pardiman Beri Apresiasi

Sementara, dari sisi konsumsi tumbuh 5,6% (yoy).

Dia mengatakan, nilai konsumsi ini pertama kalinya mencatatkan pertumbuhan positif sejak pandemi.

“Hal ini tidak terlepas dari upaya dalam menjaga ketahanan konsumsi masyarakat menengah kebawah melalui jaring pengaman sosial,” ungkapnya.

Program tersebut juga diiringi dengan pemberian stimulus untuk percepatan pertumbuhan ekonomi, dengan mengalokasikan dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp 157,41 Triliun.

Nilai tersebut untuk melanjutkan Bansos Tunai, Tambahan Kartu Sembako, Bantuan Beras, Perpanjangan Diskon Listrik, Perpanjangan Subsidi Kuota, Tambahan Pra Kerja, hingga Bantuan Subsidi Upah (BSU).

Selain itu pemerintah juga menurunkan PPnBM, yang kemudian Bank Indonesia melakukan kebijakan pembebasan down payment (DP).

Dengan begitu, program tersebut mendorong lonjakan penjualan mobil di DIY mencapai 84,6% (yoy) pada Triwulan II 2021.

Baca juga: Pemda DIY Harus Siapkan Skema Pemulihan Perekonomian 

TANTANGAN

Meski secara angka terlihat menjanjikan, tetapi ada risiko yang mengancam pertumbuhan ekonomi di DIY.

Miyono menambahkan, langkah pemerintah untuk melakukan pembatasan aktivitas melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) guna mengakhiri gelombang kedua Covid-19 berdampak langsung pada penurunan produktivitas.

Untuk itu pemerintah terus mengevaluasi dan menyesuaikan kebijakan ini, yang diharapkan mampu menurunkan tingkat penyebaran virus, dan dapat meminimalisir dampak negatif terhadap perekonomian.

“Ada beberapa cara untuk mempercepat dan menjaga pemulihan ekonomi. Salah satunya dengan pelaksanaan vaksinasi yang perlu dipercepat,” tutur Miyono.

Pihaknya meyakini, vaksinasi menjadi game changer untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

“Kami mengapresiasi stakeholder terkait sehingga progres vaksinasi di DIY menjadi salah satu yang tercepat di Indonesia,” tambahnya.

Namun, upaya vaksinasi untuk kelompok lansia masih perlu dipercepat.

Untuk itu, Bank Indonesia menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat untuk membantu keluarga ataupun tetangga yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan informasi mengenai vaksinasi.

Selain vaksinasi, semangat gotong royong dan empati dalam mengatasi pandemi perlu ditingkatkan.

Baca juga: Upaya Pemulihan Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19 Dinilai On The Track

Aksi belanja di tetangga terdekat merupakan langkah yang konkret untuk menghidupkan sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Aksi tolong menolong warga yang sedang isolasi mandiri perlu terus diapresiasi, untuk menjaga aspek ketahanan ekonomi dan memutus rantai Covid-19.

“Perlu mendorong masyarakat utamanya kelas menengah keatas untuk meningkatkan konsumsi agar dapat menggerakkan roda perekonomian. Masyarakat kelas menengah keatas diharapkan berkonsumsi tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk membantu tetangga yang sedang membutuhkan,” terangnya.

Tidak hanya itu, percepatan digitalisasi perlu terus didorong.

Hingga kini, Miyono mengatakan, Bank Indonesia berkomitmen melakukan digitalisasi sistem pembayaran melalui program 12 juta merchant QRIS dan mendorong UMKM Go Digital.

Digitalisasi, kata dia, dirasakan sangat penting untuk menjaga aktivitas transaksi ekonomi agar tetap berjalan di tengah adanya pembatasan aktivitas.

“Kelangsungan proyek nasional di DIY maupun proyek daerah juga perlu dijaga agar secara konsisten berdampak positif terhadap perekonomian DIY,” terangnya.

PPKM juga perlu dikawal ketat dan dievaluasi bertahap dengan tujuan, masyarakat sehat dan ekonomi DIY pulih kembali. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved