Kisah Inspiratif
Kisah Perjuangan Dyah Ayuning Tyas, Anak Petani Kulonprogo yang Kuliah di UNY Tanpa Dipungut Biaya
Semangatnya tidak surut meski sejak tahun 2020 dirinya harus belajar dari rumah untuk menekan penyebaran virus corona di masyarakat.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Pandemi Covid-19 boleh saja mengobrak-abrik dunia, tapi tidak dengan semangat Dyah Ayuning Tyas (18).
Perempuan kelahiran Kulonprogo tersebut akhirnya bisa menjadi salah satu mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2021 ini.
Semangatnya tidak surut meski sejak tahun 2020 dirinya harus belajar dari rumah untuk menekan penyebaran virus corona di masyarakat.
“Alhamdulillah sekali, saya bisa diterima di UNY melalui jalur SNMPTN 2021 ini,” ungkap Ayu kepada Tribun Jogja, Selasa (27/7/2021).
Hampir satu tahun, Ayu harus belajar di rumah dengan panduan guru, berusaha untuk meraih nilai-nilai terbaik agar tidak mengecewakan orangtua.
Prestasi yang dia raih sejak kelas X SMA dia pupuk terus agar bisa memberikan tambahan nilai saat mengikuti SNMPTN 2021.
“Kalau ditanya belajarnya gimana, saya itu sebenarnya biasa saja. Cuma, memang kalau ada tugas ya sungguh-sungguh. Usaha biar dapat nilai bagus,” tambah alumni SMA Negeri 2 Wates Kulon Progo itu.
Tekun belajar dan tekun mengumpulkan prestasi adalah kuncinya agar bisa lolos SNMPTN dan menjadi calon mahasiswa baru Fakultas Ekonomi (FE) Program Studi (Prodi) Manajemen UNY.
Sejumlah perlombaan sering dia ikuti, termasuk di bidang olahraga seperti Kejuaraan Softball SMA se-DIY dan Kejuaraan Baseball U-16 Perbasasi Kulon Progo Cup 2018.
Kuliah gratis
Mendengar kisah Ayu, anak petani yang mendapat kursi di UNY lewat jalur SNMPTN mungkin bukan hal baru. Namun ternyata, Ayu juga bisa kuliah gratis di kampus tersebut.
Ayu mendapatkan beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) bagi siswa yang memenuhi persyaratan.
Otomatis, segala kebutuhan kuliah dia sudah cukup terpenuhi dari beasiswa tersebut. Sehingga, orang tua Ayu tidak perlu lagi membayar biaya tambahan berkat KIPK.
“Saya dapat info tentang KIPK ini dari guru BK. Sebelum memilih universitas kan saya konsultasi dulu sama beliau. Dari saran beliau, akhirnya saya mantap ke universitas dengan KIPK. Bersyukur, saya bisa lolos beasiswa juga,” jelasnya.
Meski sudah mantap menuju Perguruan Tinggi Negeri (PTN), hati Ayu masih berdebar-debar. Dia takut tidak diterima. Padahal, dia sendiri juga tidak punya rencana cadangan.
Maka, hanya doa orang tua yang bisa mengantarkannya mendapatkan kursi di Prodi Manajemen FE UNY.
“Saya tahu, di prodi itu cukup ketat ya. Favorit di kampus. Jadi, saya minta doa restu dulu sama orang tua. Saat pengumuman, hampir saja pesimis tapi ternyata ya keterima,” paparnya lagi.
Ingin masuk STAN
Jauh sebelum dirinya memantapkan menjadi mahasiswa, sebenarnya Ayu ingin masuk ke sekolah kedinasan yakni Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
Sayang, pandemi ini benar-benar membuyarkan mimpinya menjadi mahasiswa STAN lantaran di tahun 2020, STAN tidak membuka pendaftaran.
Di tengah hal tidak pasti ini, Ayu pun memberanikan diri untuk tidak memilih STAN. Dia tidak mau bertaruh menunggu seleksi STAN 2021 di masa pandemi Covid-19 .
“Sejak awal SMA, saya itu fokusnya STAN sebenarnya. Mau sekolah di STAN tapi pandemi gini ini bikin rencana buyar karena tidak buka (pendaftaran) di tahun 2020. Saya was was gimana kalau di 2021 nanti tidak buka,” ucapnya.
Pertimbangan demi pertimbangan dia pikirkan. Plus minus menjadi mahasiswa PTN terus masuk dalam pikirannya.
“Akhirnya, saya putuskan lebih baik saya ke universitas saja deh. Takut kalau STAN tidak buka dan pas kerja saya ditaruh di luar Jawa, kasihan bapak ibu,” tutur Ayu yang merupakan anak pertama ini.
Harapan orang tua kepadanya cukup tinggi. Maka dari itu, dia mengupayakan kuliah tanpa dipungut biaya.
“Saya punya adik satu masih kelas tiga SD. Daftar KIPK juga karena kasihan sama bapak yang kerjanya petani. Pendapatan tidak menentu, tergantung harga sayur di pasar. Ibu tidak bekerja,” tandasnya.
Ia berharap bisa meraih titel sarjana yang selama ini sudah dia impikan agar bisa menaikkan derajat orang tua. (ard)