Headline

Semoga Ini Yang Terakhir Nakes Gugur Lagi Akibat Corona

"Terima kasih atas semua jasa-jasa Mas Widodo, yang secara nyata ikut serta mewujudkan warga Bantul yang sehat" ujar Bupati Bantul

Editor: Agus Wahyu
Istimewa
PENGHORMATAN - Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, bersama Wakil Bupati Bantul, Joko Purnomo serta direksi RSUD Panembahan Senopati Bantul dan karyawan saat mendoakan den melepas kepergian almarhum Widodo. 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Kabar duka datang dari Bantul. Seorang tenaga kesehatan (nakes) di RSUD Panembahan Senopati, Widodo Lestari, meninggal dunia akibat terpapar virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Ia mengembuskan napas terakhir setelah menjalani perawatan medis selama 12 hari.

Humas RSUD Panembahan Senopati, Siti Rahayu Ningsih mengatakan, Widodo meninggal dunia pada Kamis (22/7/2021) pukul 03.45 WIB. Selain terpapar corona, nakes tersebut pun memiliki penyakit penyerta (komorbid).

Siti menjelaskan, almarhum dirawat akibat corona sejak 9 Juli 2021. Kemudian, lima hari terakhir menjalani perawatan di ruang ICU namun Tuhan berkehendak lain. "Meninggal di ruang ICU tadi (kemarin) pagi. Beliau ini nakes pertama di RSUD Panembahan Senopati yang meninggal karena covid, dan mudah-mudahan yang terakhir," kata dia.

Siti mengungkapkan, almarhum Widodo adalah seorang perawat di bangsal bedah. Dedikasinya luar biasa. Sudah bekerja di RSUD Panembahan Senopati sejak tahun 1994 dan merupakan perawat senior berusia 46 tahun.

Meski tidak bertugas di bangsal khusus pasien Covid-19, namun sebagai perawat tetap sangat rawan terpapar saat menjalankan tugasnya. Kepergian almarhum, diungkapkan Siti, menjadi duka mendalam. Widodo meninggalkan satu istri dan dua anak.

Selain almarhum, nakes yang terpapar Covid-19 di RS kebanggaan warga Bantul itu ternyata cukup banyak. Jumlahnya ada 130.

Mereka, sementara ini menjalani isolasi mandiri. Meskipun, sebagian sudah ada yang sembuh dan kembali bertugas namun kondisi ini membuat layanan di rumah sakit sangat berat. Apalagi, dengan jumlah pasien Covid-19 yang terus mengalami peningkatan.

"Sangat berat ketika seratus lebih nakes kita harus isolasi. Sementara jumlah pasien Covid-19 terus meningkat," ucap Siti.

Meski demikian, pelayanan kesehatan di RSUD masih tetap berjalan normal. Mengoptimalkan segala sumber daya manusia yang ada. Termasuk didukung oleh para relawan.

Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih mengucapkan duka cita mendalam atas meninggalnya nakes di RSUD Bantul. Ia mendoakan semoga almarhum Widodo meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Atas nama pemerintah kabupaten dan warga Bantul, pihaknya mengaku sangat kehilangan.

Baginya, Widodo adalah sosok perawat yang gigih dan berdedikasi tinggi melayani pasien di rumah sakit. "Terima kasih atas semua jasa-jasa Mas Widodo, yang secara nyata ikut serta mewujudkan warga Bantul yang sehat," ujar Halim.

Ia bersama Wakil Bupati Bantul, Joko Purnomo serta direksi RSUD Panembahan Senopati Bantul, dan para karyawan ikut melepas jenazah almarhum ke peristirahatan terakhir di makam keluarga di Padukuhan Jaten, Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pajangan, Bantul.

IDI Terpukul
Ketua IDI DIY, dr Joko Murdiyanto turut prihatin atas gugurnya nakes yang bertugas di RSUD Panembahan Senopati pada Kamis (21/7/2021) dini hari. Di tengah tingginya kasus Covid-19 di DIY saat ini, Joko mengaku sangat terpukul atas kabar duka yang datang dari salah satu nakes.

"Saya belum berani banyak omong. Ini masalah sensitif. Tapi yang jelas kami dokter, perawat, bidang sangat prihatin," katanya, saat dihubungi Tribun Jogja, Kamis (22/7/2021).

Keprihatinannya pun kian memuncak hingga dirinya tak sanggup lagi berkata-kata, karena sudah banyak para nakes yang kini meninggal dunia akibat terpapar Covid-19. "Kenapa ini tidak bisa selesai? Ya, Allah, kami bertugas sudah lelah, ada yang sakit, ada yang gugur. Tapi kok, ya, masih ada saja," jelasnya.

Joko memaklumi para pekerja informal saat ini kesulitan mencari nafkah, akan tetapi hal itu dapat dikomunikasikan dengan baik. Karena ibarat kondisi saat ini, ia mengatakan lebih baik mundur selangkah tapi maju seterusnya, daripada maju pelan-pelan tetapi masuk jurang.

Karena dampaknya jika aktivitas atau mobilitas masyarakat tetap seperti saat ini, yang terjadi rumah sakit kewalahan, para nakes banyak yang tumbang. "Akhirnya kan rumah sakit keteteran, nakes banyak yang tumbang. Oksigen nyari juga susah, enggak akan selesai kalau hulunya enggak dibendung seperti ini," imbuhnya.

Dalam suasana berkabung saat ini, Joko menitipkan pesan agar para nakes tetap berhati-hati saat bertugas. Sementara bagi para yang telah gugur, ia berharap para nakes mendapat tempat terbaik di sisi tuhan. "Bagi mereka yang sedang sakit, semoga bisa segera disembuhkan, diangkat sakitnya oleh Allah," terang dia.

Namun, Joko enggan memaparkan berapa jumlah nakes yang telah gugur selama pandemi Covid-19 di DIY ini. Namun berdasarkan beberapa medikasi yang pernah dilakukan, para nakes tersebut terpapar Covid-19 kebanyakan bukan di tempat kerja.

"Saya kira tempat kerja sudah relatif tertata. Yang beberapa hasil medikasi kami, itu justru di kampung. Di rumah, ya, macam-macamlah," ungkap dia.

Tegas
Joko pun mendesak kepada pemangku kebijakan baik di pemerintah pusat, maupun di pemerintah daerah supaya lebih tegas dalam menentukan kebijakan. "Tolong pengambil kebijakan betul-betul yang bijak. Jangan kami terus menjadi korban. Hampir satu setengah tahun berjuang kayak gini," terangnya.

Perjuangan sebagai nakes di kala pandemi saat ini, menurutnya, semakin berat ketika salah satu dari mereka ada yang mendapat perlakuan kurang mengenakkan. Selain itu beberapa masyarakat justru menganggap pasien yang sedang menjalani perawatan diklaim telah dicovidkan oleh pihak rumah sakit.

"Ada yang dilecehkan, ada yang bilang dicovidkan, itu kan tuduhan keji. Enggak mungkin itu, kami punya kode etik, kami disumpah dokter, perawat, dan apoteker," jelasnya.

Malam tadi IDI DIY berkoordinasi dengan IDI pusat untuk mengambil sikap atas meninggalnya satu nakes dari RSUD Panembahan Senopati.

Terpisah, Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi) Cabang DIY, Dr dr Darwito menanggapi adanya kabar duka tersebut. Secara SOP (standar operasional prosedur) di rumah sakit, dipastikan bahwa setiap rumah sakit sudah menerapkan standar pelayanan yang ditentukan. (rif/hda)

Baca berita selengkapnya Tribun Jogja edisi Jumat 23 Juli 2021 halaman 01.

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved